Bentuk laporan jurnalisme di masa lalu termasuk dalam jurnalisme investigasi dimana sebuah berita dicari dahulu seluk beluknya, dokumennya, dan jurnalis sunngguh mencari sumber berita kemanapun.
Proses penulisan berita didominasi dengan pedoman klasik 5 W + 1 H (what, when, where, why, who, dan how) yang mengacu pada fakta-fakta di lapangan.
Setelah itu, muncul konsep baru, dimana konsep klasik itu dikembangkan Roy Peter menjadi tulisan model, narrative dengan mengubah rumus 5W dan 1 H. Who menjadi karakter. What menjadi plot. When menjadi kronologi. Why menjadi motif. Dan How menjadi narasi. Hingga, pengisahan berita narrative jadi mirip kamera film dokumenter. Ini menjadi kecenderungan jurnalisme baru.
Namun demikian, terjadi penurunan jumlah pembaca/penikmat media tradisional (televisi, radio, dan media cetak), dengan munculnya teknologi komunikasi di era 1990. Menjadi tantangan tersendiri bagaimana pengguna media sosial menghadapi tantangan penyebaran berita hoaks yang sangat meresahkan.
Jurnalisme Masa Kini
Berkembangnya teknologi kita rasakan semakin membuat segala sesuatunya menjadi mudah, termasuk dalam mengakses informasi dari segala penjuru, di semua benua manapun. Sebuah kejadian dapat dengan mudah disebarluaskan pada saat kejadian itu berlangsung. Perkembangan teknologi ditunjukan dengan muncunyal berbagai jejaring sosial mulai dari facebook, twitter, blog dan sebagainya. Jejaring sosial tidak hanya digunakan untuk hal keperluan pribadi namun juga digunakan untuk penyebaran informasi.
Dapat dikatakan bahwa jurnalisme masa kini adalah online journalism. Jaman kini, logo-logo di bawah ini tidak asing lagi, di mana setiap orang memiliki akses dengan orang banyak di luar dirinya, baik yang kenal maupun tidak. Setiap orang bias membuat berita dan langsung menyebarkannya melalui media yang ia miliki.
Kemajuan teknologi seolah menyebabkan dunia menjadi semakin sempit karena mudahnya informasi didapatkan.
Kalau jaman dulu berita hanya bisa didapatkan dari seorang jurnalis, sekarang ini siapapun bias menjadi "jurnalis". Pembaca, yang dulu hanya menjadi pembaca, dengan teknologi saat ini pembaca bias sekaligus menjadi "jurnalis" dengan menyebarkan berita.
Jurnalisme Masa Depan: Â Jurnalisme Data, Masa Depan Jurnalistik
Jurnalisme data menjadi masa depan jurnalistik, dengan menyajikan liputan mendalam basis data untuk kebutuhan publik. Terutama untuk menangkap berita hoax dan berita palsu.