Mohon tunggu...
Wintang Aji
Wintang Aji Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

jurnalisme Multimedia "Zaman Old vs Zaman Now"

11 Februari 2018   19:25 Diperbarui: 11 Februari 2018   19:26 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jurnalisme Masa Lalu & Kini

Christhopher Wintang Aji

Pengantar:

Saat ini kita telah merasakan mudahnya mengakses berita. Dengan kemunculan teknologi yang semakin canggih, berita dapat kita nikmati  saat itu juga. Tidak perlu menunggu terbitnya surat kabar esok hari. Perkembangan teknologi media informasi seperti internet yang ditemukan sekitar tahun 1990-an menyebabkan semakin capatnya arus informasi dan semakin mudahnya berita diakses. Manusia menjadi tergantung dengan teknologi yang diciptakannya sendiri termasuk dalam hal ini mengkases berita. Bagaimana perkembangan jurnalisme dari masa ke masa?

Jurnalisme Masa Lalu:

Cara penyampaian berita kepada masyarakat masa lalu bias dikatakan dengan cara "manual". Medianya melalui media cetak seperti surat kabar dan media elektronik seperti televisi dan radio.

Pada masa itu, dalam membuat berita sampai berita sampai dinikmati oleh pembaca atau pendengar selalu mensyaratkan beberapa hal:

Reporter

Koresponden di daerah

Penulis cerita dan editor

Kameramen

Bentuk laporan jurnalisme di masa lalu termasuk dalam jurnalisme investigasi dimana sebuah berita dicari dahulu seluk beluknya, dokumennya, dan jurnalis sunngguh mencari sumber berita kemanapun.

Proses penulisan berita didominasi dengan pedoman klasik 5 W + 1 H (what, when, where, why, who, dan how) yang mengacu pada fakta-fakta di lapangan.

Setelah itu, muncul konsep baru, dimana konsep klasik itu dikembangkan Roy Peter menjadi tulisan model, narrative dengan mengubah rumus 5W dan 1 H. Who menjadi karakter. What menjadi plot. When menjadi kronologi. Why menjadi motif. Dan How menjadi narasi. Hingga, pengisahan berita narrative jadi mirip kamera film dokumenter. Ini menjadi kecenderungan jurnalisme baru.

Namun demikian, terjadi penurunan jumlah pembaca/penikmat media tradisional (televisi, radio, dan media cetak), dengan munculnya teknologi komunikasi di era 1990. Menjadi tantangan tersendiri bagaimana pengguna media sosial menghadapi tantangan penyebaran berita hoaks yang sangat meresahkan.

Jurnalisme Masa Kini

Berkembangnya teknologi kita rasakan semakin membuat segala sesuatunya menjadi mudah, termasuk dalam mengakses informasi dari segala penjuru, di semua benua manapun. Sebuah kejadian dapat dengan mudah disebarluaskan pada saat kejadian itu berlangsung. Perkembangan teknologi ditunjukan dengan muncunyal berbagai jejaring sosial mulai dari facebook, twitter, blog dan sebagainya. Jejaring sosial tidak hanya digunakan untuk hal keperluan pribadi namun juga digunakan untuk penyebaran informasi.

Dapat dikatakan bahwa jurnalisme masa kini adalah online journalism. Jaman kini, logo-logo di bawah ini tidak asing lagi, di mana setiap orang memiliki akses dengan orang banyak di luar dirinya, baik yang kenal maupun tidak. Setiap orang bias membuat berita dan langsung menyebarkannya melalui media yang ia miliki.

Kemajuan teknologi seolah menyebabkan dunia menjadi semakin sempit karena mudahnya informasi didapatkan.

Kalau jaman dulu berita hanya bisa didapatkan dari seorang jurnalis, sekarang ini siapapun bias menjadi "jurnalis". Pembaca, yang dulu hanya menjadi pembaca, dengan teknologi saat ini pembaca bias sekaligus menjadi "jurnalis" dengan menyebarkan berita.

Jurnalisme Masa Depan:  Jurnalisme Data, Masa Depan Jurnalistik

Jurnalisme data menjadi masa depan jurnalistik, dengan menyajikan liputan mendalam basis data untuk kebutuhan publik. Terutama untuk menangkap berita hoax dan berita palsu.

Beragam produk jurnalisme data ini tidak hanya berupa narasi tetapi juga dilengkapi infografis, animasi multimedia, dan grafis sederhana analisis bisnis. Infografis dibutuhkan karena kesibukan pembaca yang membutuhkan informasi yang padat dan dibaca dengan mudah.

Memang seorang jurnalis dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi tetapi bukan berarti berita yang disajikan secara online hanya sekedar mementingkan kecepatan saja. Penguasaan bahasa juga sangat penting dimiliki seorang jurnalis agar berita yang ditulisnya sesuai dengan kaidah bahasa yang tepat.

Jurnalis dituntut untuk mengerti ranah digital dan teknologi  agar dapat  bersaing di tengah ketatnya persaingan media dan jurnalis lainnya. Untuk bisa  bertahan di tengah persaingan,  para jurnalis tidak hanya mengutamakan unsur kecepatan, namun juga kualitas tulisan.

Karena kualitas tulisan itulah yang pada akhirnya membedakan mutu berita. Oleh sebab itu, siapa saja yang  menggeluti jurnalisme hendaknya terus bekerja menghadapi segala tantangan yang ada dan terus berupaya untuk membuat berita yang "mendidik".

Referensi:

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini: RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun