Â
Konsep Karakter Akhlak Peserta Didik dalam Kitab Adabul 'Alim Wal Muta'alim
Â
      Dalam kitab Adabul'Alim Wal Muta'alim yang terdiri dari delapan bab, dari beberapa bab tersebut tentu fokus pada nilai pendidikan karakter murid mengenai keutamaan ilmu, ulama, belajar mengajar, karakter pelajar terhadap diri sendiri, karakter pelajar terhadap pendidik dan pelajar terhadap pelajar, karakter pendidik terhadap buku atau kitab.
Â
      Berkaitan dengan konsep akhlak, khusus untuk santri sebagaimana terdapat pada kitab tersebut (Asy'ari, 1994), terdapat beberapa akhlak di antaranya:
Â
- Adab Seorang Santri Pada Dirinya Sendiri, yang mencakup: (a) Membersihkan hatinya dari sifat-sifat tercela seperti dengki, hasud, berkata kotor, berfikiran kotor, suudzon, akhlak yang buruk dan lain sebagainya. Hal demikian supaya seorang santri pantas menerima dan menghafalkan ilmu, (b) memperbaiki niat dalam mencari ilmu. Yakni dengan niatan mencari rida Allah Swt, niat mengamalkannya, niat menghidupkan syari'at, niat mencari penerangan hati, niat menghiasi bathin, niat mendekatkan diri kepada Allah, (c) menyegerakan mencari ilmu selagi masih muda dan memanfaatkan waktunya di usia muda, (d) qona'ah dalam hal makanan pakaian dan tempat, yakni selalu sabar terhadap semua keadaan selama dia mencari ilmu, (e) membag waktu malam dan siangnya untuk kegiatankegiatan yang positif contohnya, mengaji, belajar, dan lain sebagainya, (f) menyedikitkan makan dan minum karena kenyang itu bisa mencegah dari ibadah dan bisa memberatkan badan, (g) menuntut dirinya selalu wira'i dan berhati-hati dalam segala tingkahnya, dan mencegah dari perkara-perkara haram, dan menjaga makanan, pakian, dan tempat yang halal, (h) menyedikitkan makan-makanan yang banyak menyebabkan kebodohan dan melemahkan pancaindra, seperti apel yang kecut, kacang-kacangan, minuman cuka, dan segala macam makanan yang menyebabkan banyak riya' atau lendir, (i) mengurangi tidur sekira tidak membahayakan pada jasmaninya. Dan tidak tidur lebih dari 8 jam dalam sehari semalam, (j) meninggalkan pergaulan yang memperbanyak ngobrol dan mementingkan perkara-perkara yang lebih penting.
Â
- Adab Santri Terhadap Guru, yang mencakup (a) Seorang santri seharusnya mendahulukan berfikir dan memintapetunjuk kepada Allah terhadap siapa guru yang mau diambil ilmunya serta dipelajari akhlak dan adab mulianya, (b) Seharusnya santri juga sungguh-sungguh terutama terhadap guru yang memilki ilmu syari'at yang sempurna serta mengambil ilmu dari gurunya secara langsung (tidak secara otodidak), (c) Sebaiknya santri itu juga patuh kepada gurunya didalam segala urusannya dan jangan samai menyalahi kebijakan dan aturan gurunya, (d) Sebaiknya santri melihat gurunya dengan pandangan memuliakan dan mengagungkan serta beri'tikad kepada gurunya dengan derajat sempurna, (e) mengerti hak-hak bagi gurunya dan tidak melupakan keutamaankeutamannya dengan cara mendoakan mereka selama hidupnya dan sesudah matinya, serta menjaga dzurriyah dan kerabatnya, (f) Sabar terhadap kerasnya pendidikan dari gurunya, (g) Tidak masuk ke kediaman gurunya selain majelis umum kecuali ada izin gurunya, (h) duduk didepan gurunya dengan adab yang baik seperti contohnya: duduk bersimpuh atau duduk seperti tasyahud, (i) memperbaiki ucapannya ketika berdialog dengan gurunya.
- Adabnya santri didalam pelajarannya dan berpedoman kepada gurunya, yang mencakup: (a) Mendahulukan yang fardlu 'ain terlebih dahulu, seperti ilmu tauhid, fiqh, sunnah, dan lain-lain, (b) menambahkan ilmu dengan mempelajari Al-qur'an serta tafsir dan syari'at ilmunya, (c) bagi santri pemula jangan terlalu menyibukkan diri dalam permasalahan khilafnya ulama', (d) membenarkan bacannya kepada guru sebelum menghafalkannya, (e) mengutamakan menghafalkan ilmu apalagi ilmu hadis.[4]
Â
Â
PENUTUP
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!