Penambangan litium, misalnya, sering menyebabkan kerusakan ekosistem lokal dan memerlukan banyak air, yang bisa mengganggu komunitas sekitar. Jadi, dari awal hingga akhir, baterai kendaraan listrik bisa memberikan dampak negatif jika tidak ditangani dengan bijaksana.
Bagaimana Baterai Ini Bisa Dikelola?
Berita baiknya adalah limbah baterai kendaraan listrik tidak harus menjadi mimpi buruk lingkungan. Ada beberapa cara untuk mengelolanya dengan lebih bijak:
1. Pemanfaatan Baterai Bekas
Jadi gini, sebelum baterai mobil listrik benar-benar habis, ternyata masih ada cara cerdas untuk memanfaatkannya!
Misalnya, baterai yang sudah lemah untuk mobil bisa dipakai untuk menyimpan energi dari panel surya di rumah atau kantor. Ini cara keren untuk memanfaatkan sisa daya baterai sebelum akhirnya didaur ulang.
Baterai yang masih punya kapasitas di atas 50% bisa jadi “baterai kedua” yang berguna untuk penyimpanan energi atau aplikasi lainnya. Penelitian Kotak et al. (2021) juga mengungkapkan bahwa baterai bekas masih bisa dipakai untuk keperluan yang nggak butuh daya besar, seperti di rumah atau kantor. Jadi, baterai bekas itu punya kehidupan kedua yang bermanfaat sebelum benar-benar berakhir!
2. Daur Ulang Baterai
Salah satu cara buat ngatasin limbah baterai mobil listrik adalah dengan daur ulang total. Ini melibatkan proses mengumpulkan, mengolah, dan memanfaatkan kembali bahan-bahan dari baterai bekas.
Menurut penelitian Hantanasirisakul & Sawangphruk (2023), biar daur ulang baterai bisa lebih efisien, kita butuh sistem pelabelan baterai yang standar dan pantauan kondisi baterai secara real-time. Beberapa perusahaan udah mulai mencoba sistem ini, dan di Uni Eropa, mereka lagi ngobrolin ide "battery passport" untuk memastikan kita paham betul komponen baterai dan dampaknya terhadap lingkungan.
Jadi, daur ulang baterai bukan cuma tentang memanfaatkan sisa baterai, tapi juga tentang mengatur dan memantau prosesnya dengan lebih baik!