Mohon tunggu...
Wini Rahayu
Wini Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Sedang Belajar di Jurusan Administrasi Publik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Ekonomi Biru dalam Mendorong Pembangunan Berkelanjutan di ASEAN: Perspektif Ekonomi Publik

17 Juni 2023   21:21 Diperbarui: 18 Juni 2023   11:27 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi Biru (Blue Economy) merupakan suatu konsep dalam salah satu aspek pembangunan berkelanjutan khusunya dalam bidang kemaritiman, yang dapat menghasilkan arus pertumbuhan ekonomi sekaligus menjamin kelestarian sumber daya dan menjaga lingkungan dibidang kelautan dan perikanan. Lautan menyediakan sumber daya yang dapat menghasilkan lebih banyak barang dan jasa bernilai tambah untuk kemakmuran juga dapat mendukung penghidupan miliaran orang dari sumber daya laut yang diambil, baik dari sumber daya hayati maupun nonhayati, serta aktivitas pariwisata, penelitian dan pelayaran.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulau 17. 001 pulau, luas laut ± 4 juta km2, dan panjang pantai ±81.000 km,  memiliki potensi yang besar menjadi Poros Maritim Dunia. Potensi tersebut dapat mendorong transformasi dan penganekaragaman ekonomi melalui ekonomi laut yang berkelanjutan, ekonomi biru, sangatlah tinggi. 

Sebagai ‘major sea country’ lautan merupakan pusat kemakmuran Indonesia melalui kegiatan ekonomi berbasis kelautan. Sumber daya alam laut Indonesia meiluputi: (i) sumber daya hayati perikanan, dan tiga ekosistem utama pesisir, yaitu: terumbu karang, rumput laut, dan hutan bakau; dan (ii) sumber daya fisik yaitu pertambangan mineral, dan sumber daya energi seperti arus laut, pasang surut, gelombang, dan perbedaan suhu permukaan laut dan laut dalam. 

Ekonomi Biru dapat menjadi sarana untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan memanfaatkan potensi ekonomi sumber daya pesisir dan laut, yang dapat menggabungkan pelestarian lingkungan dengan kemamuran ekonomi, ekonomi biru memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti, memperluas sektor ekonomi baik itu perikanan, pariwisata, energi terbarukan, dan transportasi laut. Dengan mengembangkan sektor-sektor ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja baru, menarik investasi, dan menghasilkan aliran pendapatan. 

Pariwisata yang berkelanjutan dapat meningkatkan pendapatan dari kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata, seperti akomodasi, layanan rekreasi, dan transportasi, yang berkontribuso terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekonomi biru dapat menekankan pada pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dengan menerapkan  praktik pengelolaan sumber daya yang efektif dan melindungi ekosistem laut, agar dapat mengeksploitasi sumber daya yang berkelanjutan, mencegah eksploitasi berlebihan, dan memelihara lingkungan yang sehat. Hal ini,  dapat mendukung petumbuhan jangka panjang sektor ekonomi yang bergantung pada sumberdaya laut.

Ekonomi Biru dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui berbagai sektor yang dibentuk, yaitu:

a. Perikanan Tangkap

Indonesia memiliki modalitas sebagai sektor perikanan terbesar kedua di dunia, yang menyumbang sekitar 20 persen atau USD 27 miliah terhadap PDB, dan menyediakan sekitar 5,32 juta nelayan dan pembudidaya ikan pada tahun 2019 dan 1,25 juta pelaut pada tahun 2021.

b. Akuakultur

Akuakultur dianggap sebagai salah satu sektor dengan potensi pertumbuhan terbesar dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Akuakultur di wilayah pesisir mencakup spesies yang dibudidayakan di tambak air asin, seperti udang, dan spesies yang diproduksi di keramba. Hal ini, dapat memberikan sumber pendapatan tambahan bagi populasi pesisir yang rentan, yang mungkin bergantung pada pertanian atau penangkapan ikan.

c. Pengolahan Makanan Laut

Pada tahun 2010 diproyeksikan nilai tambah global sekitar USD 79 miliar. Asia menciptakan nilai tambah paling besar , terhitung 54 persen dari nilai tambah dunia dalam pengolahan ikan. Pada tahun tersebut, jumlah pekerjaan penuh waktu di industri pengolahan ikan kira-kira 2,4 juta, sebagaian besar pekerjaan diciptakan di Asia, yang merupakan wilayah pengolahan ikan utama.

d. Pelabuhan Laut

Kontribusi nilai langsung dari pelabuhan global diperkirakan sekitar USD 193 miliar pada tahun 2009, menurut Basis Data Aktivitas Pelabuhan Global ITF OECD, yang mencakup 830 pelabuhan terbesar di dunia dalam hal tonase dan hampir 100 persen penanganan kargo di seluruh dunia. Asia memberikan kontribusi sekitar USD 102 miliar untuk ekonomi global, terhitung lebih dari separuh nilai tambah global dari aktivitas pelabuhan. Asia menyumbang 53 persen dari volume pelabuhan dunia. Pelabuhan laut berperan sebagai pintu gerbang perdagangan internasional, memfasilitasi impor dan ekspor barang antara negara-negara.

e. Pembuatan dan Perbaikan Kapal

Pada tahun 2010, 96,4 juta GT (gross tone) kargo dibangun, dengan sebagian besar berasal dari konstruksi peti kemas, bulker, dan tanker yang menyumbang sekitar 77 juta GT. Nilai kapal yang selesai pada tahun 2010 diperkirakan sekitar USD 58 miliar, dengan 47 persen pasar, Asia diantisipasi memiliki pangsa pasar terbesar,  diikuti Eropa (25 persen) dan Amerika Utara (23 persen). 

Sekitar 1,9 juta orang bekerja di bidang pembuatan dan reparasi kapal, karena mayoritas galangan kapal berada di negara-negara Asia , sebagian besar pekerjaan ada di kawasan ini, terutama di China, Indonesia, Jepang, dan Korea Dalam industri pembuatan dan perbaikan kapal global, negara-negara ini menyumbang lebih dari 60 persen dari semua pekerjaan.

f. Minyak dan Gas Lepas Pantai (Perairan Dangkal)

Industri minyak dan gas alam lepas pantai merupakan bagian terbesar dari ekonomi laut saat ini dan berkontribusi pada banyak negara berkembang. Proyek di Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam juga sedang berlangusng, dengan sekitar 60 perse produksi saat ini di wilayah Asia Tenggara berasal dari lapangan lepas pantai dengan kedalaman air kurang dari 450 meter. Proye lepas pantai ini menghasilkan hamper USD 90 miliar arus kas untuk perusahaan ekplorasi dan produksi yang diperdagangkan secara publik pada tahun 2019, tahun terkuat ketiga dalam dekade terakhir dalam hal pendapatan (Bousso, 2020)

g. Manufaktur dan Konstruksi Kelautan

Pada tahun 2010, nilai tambah global untuk peralatan kelautan diperkirakan mencapai USD 168 miliar, dengan Asia merupakan bagaian terbesar. Lebih dari tiga perempat pasar global dikuasai oleh Asia. Menurut Balance Techology Consulting (2014), peralatan maritime memperkerjakan 2,1 juta orang penuh waktu pada tahun 2010.

h. Layanan Bisnis Kelautan

Usaha jasa kelautan merupakan sektor yang berkembag dalam ekonomi kelautan. Ini termasuk asuransi dan keuangan, konsultasi kelautan, persewaan, layanan teknis, inspeksi dan survei, layanan pasokan tenaga kerja, dan kegiatan terkait lainnya. Sebagai referensi, sebuah studi dari Pwc pada tahun 2016 melaporkan bahwa layanan bisis maritime berkontribusi £4,4 miliar per tahun terhadap perekonomian Inggris Raya dan secara langsung mendukung lapangan kerja bagi 10.000-11.000 orang

i. Litbang dan Pendidikan Kelautan

Penelitian dan pendidikan adalah pendukung penting bagi keberlanjutan maritime. Upaya penelititan dna pendidikan ditujukan untuk menjadikan ekonomi biru lebih kompetitif dan berkelanjutan di masa depan. elitian pendidikan kelautan dapat mendorong inovasi dan pengembangan teknologi di sektor kelautan. 

Melalui penelitian, pengetahuan baru dapat ditemukan, teknologi yang lebih efisien dapat dikembangkan, dan metode pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan dapat ditemukan. Inovasi dan pengembangan teknologi ini membantu meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing sektor kelautan, yang pada gilirannya berkontribusi Wisata terkait pesisir dan laut memiliki banyak bentuk, termasuk wisata selam, arkeologi laut, selancar, kapal pesiar, ekowisata, dan operasi penangkapan ikan rekreasi. 

Daerah pesisir menyumbang 80 persen dari pariwisata, dengan pantai dan terumbu karang menjadi tujuan paling populer. Ini juga memiliki kontribusi yapada pertumbuhan ekonomi.

j. Wisata pesisir
Wisata terkait pesisir dan laut memiliki banyak bentuk, termasuk wisata selam, arkeologi laut, selancar, kapal pesiar, ekowisata, dan operasi penangkapan ikan rekreasi. Daerah pesisir menyumbang 80 persen dari pariwisata, dengan pantai dan terumbu karang menjadi tujuan paling populer. Ini juga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian. Misalnya, sektor pariwisata di Indonesia menghasilkan setara dengan 8,5 persen dari PDB dan menjadi sumber utama pendapatan dan lapangan kerja. Oleh karena itu, wisata bahar yang dikelola dengan baik dapat menjadi sumber kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingukungan yang penting dan berkelanjutan di banyak negara. pariwisata berkelanjutan dapat menjadi bagian dari ekonomi biru, mempromosikaan perlindungan dan pemanfaatan lingkungan dan spesies laut secara bekelanjuta dan menghasilkan pendapatan bagi masayarakat lokal (Sehingga mengurangi kemiskinan).

Ekonomi Biru dapat membantu  pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap sumber daya kelautan dan pesisir. Melalui pengelolaan yang bijaksana, pemanfaatan yang inovatif, dan perlindungan lingkungan laut, ekonomi biru dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun