Pada awal tahun 2022, sebuah komunitas bernama Salman Environment Rangers (Savior) lahir sebagai bentuk penyatuan gerakan pengelolaan sampah yang lebih terkoordinir. Savior melanjutkan upaya pemeliharaan lingkungan dengan berfokus pada pemilahan dan pengolahan sampah di Masjid Salman ITB dan sekitarnya.
Penulis berkesempatan untuk mengenal Savior lebih dalam melalui perbincangan dengan beberapa pihak yang berkaitan dengan komunitas tersebut. Salah satunya adalah Lulu Nailufaaz. Lulu merupakan ketua sekaligus salah satu penggagas berdirinya Savior.
"Keberhasilan suatu infrastruktur lingkungan adalah dari manusianya," ucap Lulu dalam wawancaranya bersama penulis.Â
Menurutnya, Savior hadir sebagai sebuah support system yang dapat menjaga sustainability pemanfaatan infrastruktur ramah lingkungan di Masjid Salman. Selain itu, Savior juga berupaya untuk merealisasikan prinsip ramah lingkungan ke dalam bentuk tindakan dari manusia, sekaligus menurunkan nilai-nilai dalam komunitas melalui kaderisasi.
Dalam konteks urgensi pengelolaan sampah, Savior melihat dari dua sisi, yaitu sisi masalah dan sisi potensi. Kalimat yang tercantum di awal tulisan ini sebenarnya merujuk pada cara Savior memandang urgensi pengelolaan sampah dari sisi masalah. Menurut Lulu, salah satu value dari sisi masalah yang membuat Savior bergerak adalah QS. Ar-Rum ayat 41, di mana Allah menyebutkan bahwa kerusakan yang terjadi di darat dan laut itu akibat ulah manusia sendiri.
Sementara dari sisi potensi, mereka memandang bahwa manusia memiliki potensi dalam dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.Â
Dalam Islam, manusia diturunkan ke bumi untuk menjadi Khalifah yang bertugas menjaga dan merawat bumi. Atas dasar itulah Lulu berpendapat bahwa seharusnya manusia menjadi garda terdepan yang menjaga keberlangsungan dan keseimbangan dari alam.
Sama halnya dengan Lulu, Salim, pembina Savior, mengungkapkan bahwa ada banyak dalil yang mendorong umat Islam untuk membangun etika terhadap lingkungan, menyayangi sesama makhluk, dan tidak membuat kerusakan di muka bumi.Â
Urgensi-urgensi tersebut kemudian membuat keberadaan Savior bagaikan oase di tengah gurun pasir yang memberikan harapan dalam pengelolaan sampah secara lebih baik, di tengah carut marutnya pola pengelolaan sampah yang ada.
Dalam hal mengelola sampah, Savior melakukan dua tahapan. Tahap pertama merupakan tahap pemilahan sampah. Sampah-sampah yang telah terkumpul dari lingkungan Masjid Salman dan sekitarnya dibagi ke dalam lima kategori. Setiap kategori ditandai dengan label warna yang berbeda.Â