Mohon tunggu...
Win hartanti Winarto
Win hartanti Winarto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta

Pendidik di SDIT Alam Nurul Islam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi 3.1 Pengambilan Keputusan

20 Februari 2022   22:53 Diperbarui: 20 Februari 2022   22:58 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koneksi antar materi 3.1 Pengambilan Keputusan

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dibendung, 15 tahun yang lalu mungkin bagi kita merasa tabu jika murid telah banyak berinteraksi dengan menggunakan hp atau gadget. Namun, saat ini mau tidak mau kita harus berdamai bahkan berteman dengan teknologi. Murid-murid kita akan memasuki dunia yang disebut Metaverse atau dunia digital. Di saat pandemic dimana sekolah-sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh merupakan sebuah anugerah dimana seorang guru mau tidak mau menggunakan semua fasilitas internet untuk mendukung pembelajaran. Maka kita tidak boleh panic saat memang murid harus menggunakan teknologi komunikasi seperti hp atau laptop dengan sambungan wifi.

Dengan keterbukaan teknologi saat ini memang mau tidak mau mendorong perubahan sikap pada murid maupun masyarakat. Kencenderungan sikap negative yang dialami sebagian murid dan masyarakat yang terlanjur kecanduan atau melakukan hal-hal yang tidak bermoral menjadi hal yang perlu kita perhatikan. Kondisi ini pada akhirnya membuat seorang guru tidak jarang dihadapkan pada masalah-masalah di sekolah yang mengandung unsur dilema etika dan bujukan moral. Maka pengambilan keputusan yang tepat dan bijaksana menjadi hal yang wajib dilakukan oleh guru. Berdasarkan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara sikap among menjadi pilihan yang tepat dalam memberikan pembelajaran karakter murid. Selain itu integrasi filosofi Pratap Triloka menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Terdapat tiga unsur penting dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tuladha (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani.

Ing ngarso sung tuladha, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya (murid). Dalam falsafah jawa guru memiliki akronim digugu lan ditiru. Dalam hal ini guru merupakan orang yang patut untuk didengarkan pendapatnya dan menjadi contoh teladan bagi murid. Guru yang mampu digugu lan ditiru  harus selesai dengan dirinya sendiri (mindfulness) yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.

Ing Madya Mangun Karsa artinya guru harus mampu untuk mampu membangun minat belajar murid. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Dengan mengetahui kebutuhan belajar murid seperti minat, gaya belajar dan kesiapan belajar murid tentunya akan membuat murid merasa semakin terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Tut Wuri Handayani yaitu memberi kesempatan kepada murid untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran murid, guru tidak akan rugi. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Kita telah mengenal dan menerima nilai-nilai universal sejak kita masih kecil. Sikap jujur, empati, bertanggungjawab, saling menyayangi, menghargai dan nilai-nilai universal lainnya. Tidak dapat dipungkiri nilai-nilai universal tersebut membentuk karakter dan cara berpikir kita. Sehingga pengambilan suatu keputusan dari penentuan paradigma hingga sudut pandang dilemma etika berdasarkan pada nilai-nilai universal yang sudah ada pada diri kita. Dari tiga prinsip pengambilan keputusan yang berdasarkan pada penilaian kita yaitu Berpikir Berbasis Peraturan. Berikut ini adalah 3 prinsip pengambilan keputusan yang dipelajari pada modul ini.

Tiga prinsip pengambilan keputusan adalah:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Sembilan langkah dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilemma etika atau bujukan moral adalah sebagai berikut:

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat

3. Mengumpulkan data fakta-fakta yang relevan

4. Pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji Regulasiprofesionalitas, Uji Intuisi, Uji Halaman Depan Koran, Uji Panutan/Idola)

5. Pengujian paradigma Benar Lawan Benar

6. Melakukan prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilemma

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

           Pada Sembilan langkah pengambilan keputusan terdapat opsi trilemma atau opsi diluar dua opsi dilematik yang kita alami. Opsi trilemma ini bisa saja merupakan bentuk coaching kepada siswa atau kepada kolega kita. Coaching akan membantu teman dan murid kita untuk menggali potensinya agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Coaching ini juga bisa diterapkan kepada kita, agar mampu mencari opsi mana yang merupakan terbaik yang bisa kita ambil dalam menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi.

Dalam pengambilan keputusan perlu kita sadari akan adanya aspek social emosional yang akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Perlu keadaan yang mindfullness sebelum kita melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang terburu-buru, keadaan emosi yang belum stabil, bisa saja menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak objektif. Keputusan yang tidak objektif tentunya akan memiliki konsekuensi yang lebih berat. Berbeda dengan pengambilan keputusan yang kita ambil setelah kita sedikit mundur kebelakang. Menghadirkan suasana dimana kita benar-benar dalam kondisi yang mindfulness sehingga keputusan yang kita ambil tepat.

Dengan pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang terbaik adalah keputusan yang berpihak pada murid. Pengambilan keputusan yang kita ambil harus sejalan dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Karena sebuah mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Contohnya saja saat diketahui salah satu murid menyontek dan dibiarkan saja karena bentuk kasihan dari guru, maka bagi murid yang melihatnya karena bentuk kasihan saja namun tidak melihat pembelajaran dari bentuk kasihan tersebut mungkin akan melakukan kecurangan yang lainnya. Dan bagi murid lainnya bisa saja meniru perilaku mencontek dan menganggap bahwa kecurangan adalah bentuk pemakluman.

            Pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah dilema etika akan sulit dilakukan pada lingkungan yang tidak mendukung akan nilai-nilai universal. Oleh karena itu sekolah perlu untuk memiliki budaya positif. Dengan mengembangkan budaya positif di sekolah maka akan terwujud lingkungan yang nyaman dan aman bagi murid serta warga sekolah.

Sebagai pemimpin pembelajaran mempelajari modul ini menjadi sangat penting mengingat bahwa pemimpin pembelajaran yang menghadapi masalah dilema etika atau bujukan moral. Pengambilan keputusan yang diambil haruslah objektif dan mampu untuk terciptanya lingkungan positif, kondusif, nyaman dan aman. Agar mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan maka filosofi KHD dalam pendidikan, kemudian bagaimana seorang pemimpin memiliki visi sekolah dan mengembangkan budaya positif sangat mempengaruhi karakter pemimpin pembelajaran tersebut. Ditambah lagi bagaimana seorang pemimpin pembelajaran memiliki kondisi social emosional yang bagus saat menghadapi masalah juga menentukkan bagaimana pemimpin pembelajaran mengambil keputusan. Coaching bagi pemimpin pembelajaran merupakan salah satu kondisi dimana seseorang memiliki opsi trilemma dalam menghadapi kondisi dilema etika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun