“Ahh, ngga ko!” jawabnya
Ia tersipu, meski sama sekali tak terkejut pada sapaan tersebut. Namun, ia merasa ada getaran dalam sapaan itu, getaran yang tak pernah dirasakan sebelumnya, getaran yang sanggup meruntuhkan segala egonya, getaran yang memenuhi dirinya dengan gejolak harapan.
“Moz! Maaf aku menyita waktumu.”
“Ngga ko.” jawaban yang sama kembali terucap.
“Langsung aja, kamu sendiri tau kalo aku gak suka basa-basi. Sebenernya, aku mengajakmu bertemu hanya untuk bilang bahwa sejak lama aku suka padamu.”
“Mmm, aku tau…”
“Benarkah!” laki-laki itu memotong. “Tapi…” ucapnya terhenti karena ragu.
“Tapi kenapa?”
“Tapi mengingat jalinan hubungan kita selama ini, aku tak ingin mengajakmu berpacaran.”
“Hmm, aku ngerti, sangat mengerti.”
Moza merasa kecewa karena pernyataan yang tak sesuai pengharapannya. Namun, ia berusaha menutupi perasaannya dengan sikap yang biasa-biasa saja, seolah tegar.