Mohon tunggu...
Konsultan Haji Umroh
Konsultan Haji Umroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Travel

www.ptjannahfirdaus.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jannah Firdaus Travel: Keistimewaan Masjidil Haram Berdasarkan Hadis-hadis

28 September 2023   14:08 Diperbarui: 28 September 2023   14:24 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber www.jannahfirdaustourtravel.co.id

Jannah Firdaus Travel Family, Begitu banyak sekali keutamaan dari Masjidil Haram yang tidak dipunyai oleh masjid mana pun di bumi persada ini. Keistimewaan - keistimewaan tersebut tergambar dalam hadis hadis Rasulullah SAW. Antara lain yakni sebagai berikut:

Tempat Ibadah Tertua

Abu Dzar al- Ghifari bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, masjid apakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?" Rasulullah SAW menjawab, "Masjidil Haram" sehabis itu apa  "Rasulullah menjawab," "Masjidil Aqsa".  Abu Dzar bertanya lagi. "Berapa lama jarak antara keduanya". Jawab Rasulullah SAW "40 tahun" ( HR. Bukhari).

Menurut Ibnu al-Qayyim yang dimaksud dengan pembangunan Masjidil Aqsa di dalam hadis tersebut merupakan pembangunan yang dilakukan oleh Nabi Ya'qub bin Ishaq, ysng sesudah itu direnovasi oleh Nabi Sulaiman.

Pahalanya Digandakan 100. 000 Kali Lipat

Shalat di Masjidil Haram pahalanya lebih utama 100.000 kali daripada masjid-masjid yang lain. Jabir bin Abdillah menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat shalat di masjid yang lain selain Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid yang lain" ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah No 1406).

Kiblat Seluruh Umat Islam

Tentang perihal ini, Allah SWT berfirman QS Al- Baqarah ayat 144.

Makna ayat ini memberi ketegasan buat umat Islam bahwa di mana saja mereka berada, bila hendak melakukan shalat, harus menghadap kiblat, yakni Ka'bah yang terdapat di tengah-tengah Masjidil Haram.

Untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam dalam menunaikan shalat sehubungan dengan kewajiban menghadap kiblat ini, maka dalam kitab- kitab fikih diatur bahwa bagi orang yang di dalam Masjidil Haram harus menghadap Ainul Ka' bah( bangunan/ badan Ka' bah) secara pasti.

Sementara itu bagi mereka yang berada di luar Masjidil Haram cukup menghadap ke bangunan masjid itu secara meyakinkan. Serta bagi orang- orang yang berada jauh dari Masjidil Haram, wajib menghadap ke arah Masjidil Haram ataupun tempat dia sujud.

Rasulullah SAW pernah bersabda sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hurairah, bahwa "Ruang cakrawala yang terdapat di antara timur serta barat ialah kiblat" ( HR. Tirmidzi).

Rasulullah SAW bersabda demikian karna posisi kota Madinah berada di sebelah utara kota Makkah. Jadi, orang yang berada di Madinah dalam melangsungkan shalat menghadap ke selatan ialah kiblat.

Shalat Tahiyatul Masjid dengan Tawaf

Ibnu Hajar al-Haitami menuturkan, "Dan melangsungkan thawaf itu mustahab (sunah dan disukai) bagi tiap orang yang masuk Masjidil Haram, baik dia sedang ihram ataupun tidak. Serta apabila seseorang masuk Masjidil Haram sedangkan manusia begitu berjubel, berdesakan sehingga susah melaksanakan thawaf, maka lakukanlah shalat Tahiyyatul Masjid.

Setiap kali kita masuk Masjidil Haram (walau tidak sedang ihram), disunahkan untuk langsung melangsungkan thawaf sebagai penghormatan, bukan shalat Tahiyyatul Masjid sebagaimana di masjid lain. Kecuali jika ada hambatan ataupun disaat memasukinya shalat fardhu sudah akan dilaksanakan, maka hendaklah shalat berjamaah Bersama imam, bukan thawaf.

Tentang ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW, "Apabila shalat fardhu hendak didirikan, maka tak ada shalat lain kecuali shalat fardhu. "ataupun karna khawatir waktu shalat habis maka sepatutnya shalat terlebih dulu, bukan thawaf.

Boleh Melaksanakan Shalat Sunnah Kapan Saja

Dalam kitab-kitab fikih, diterangkan bahwa dilarang melakukan shalat sunnah ataupun shalat tanpa sebab yang mendahuluinya pada 5 waktu sebagai berikut:

  • Setelah shalat subuh disaat matahari terbit sampai naik sepenggalah
  • Ketika istiwa' yakni ketika matahari tepat berada di tengah sampai tergelincir
  • Sesudah shalat ashar dan
  • Disaat matahari terbenam

Akan tetapi, semua waktu itu tidak berlaku di Masjidil Haram. Di sana, kita boleh melangsungkan salat sunah kapan pun, tentang ini berdasarkan sebagian hadis sebagai berikut:

Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Bani Abdi Manaf, barangsiapa di antara kamu memegang kekuasaan dalam urutan manusia, maka jangan sekali-kali melarang seseorang melaksanakan thawaf di Baitullah ini, ataupun mengerjakan shalat kapan saja dia ingin, malam ataupun siang" ( HR. Ahmad dalam al- Musnad, Syafi' I dalam as- Sunan, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa' I serta Ibnu Majah).

Boleh Melintas di Depan Orang Shalat

Pada dasarnya, melintas dihadapan orang yang sedang shalat tanpa satir (pembatas) itu dilarang, bahkan dipandang haram. Abu Juhaim bin al-Harits menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Seandainya  orang yang lewat di depannya orang yang sedang shalat itu mengetahui beratnya dosa atasnya, maka sungguh berdiri selama 40 baginya lebih baik daripada melintas di hadapan orang yang sedang shalat" (HR. Muttafaqun 'Alaih).

Hadis tersebut sebagai dalil yang menunjukkan bahwa lewat di shalat itu haram hukumnya, yaitu tempat di antara tempat dahi-nya pada waktu sujud dan kedua telapak kakinya. Adapun kata 40 tersebut tidak dijelaskan, sehingga ada yang mengatakan maksudnya adalah 40 hari, dan ada yang berpendapat maksudnya 40 tahun.

Jannah Firdaus Travel Family, tidak demikian halnya di Masjidil Haram, Seseorang boleh melintas di hadapan orang yang sedang shalat di Masjidil Haram, baik itu laki-laki atapun perempuan, tanpa makruh. Ini adalah sebagian dari Khashaish (kekhususan atau keistimewaan) dari Masjidil Haram.

Diriwayatkan dari Katsir bin Katair bin al-Muthalib bin Wada'ah, dari sebagian keluarganya, dari kakeknya, sesungguhnya iamelihat Rasulullah SAW shalat di dekat Bani Sahim, sedangkan orang-orang melintas di depannya tanpa satir (pembatas) di antara mereka. Sufyan bin Uyainah berkata, "Tanpa adanya satir di antara beliau dan Ka'bah" (HR. Abu Daud, Nasa'i dan Ibnu Majah).

Sumber : Artikel https://jannahfirdaustourtravel.co.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun