Mohon tunggu...
Windy Garini
Windy Garini Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Sejati Sepanjang Hayat

Selalu berproses untuk bertumbuh menjadi pribadi yang selalu semangat belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paham Kebutuhan Psikis Siswa Dengan Assesment Non Diagnosis : Instrument SRQ 20 Dalam Kurikulum Merdeka

26 Februari 2023   14:18 Diperbarui: 26 Februari 2023   14:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aktivitas keseharian lebih banyak dilakukan di dalam rumah dan kamar. Mereka lebih banyak berinteraksi dengan gadget dan teman-teman di media sosial saja. Orang terdekat di rumah termasuk orangtua, kakak adik ataupun anggota keluarga lainnya seringkali justru bukan menjadi teman pilihan bagi mereka. 

Seringkali yang terjadi justru, orang terdekat menjadi sumber masalah kesehatan mental mereka. Kebiasan di dalam kamar dengan gadget sepanjang hari, rebahan seringkali menjadi pemicu pertengkaran dan berujung permasalahan yang membuat kesehatan mental mereka semakin terganggu.

Sehingga ketika mereka harus kembali ke sekolah, mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi kembali dengan lingkungan. Pembelajaran tatap muka seperti sediakala secara bertahap tidak bisa menjamin mereka akan mudah pulih secara mental. Tetap dibutuhkan upaya yang berpihak pada siswa, salah satunya dengan secara berkala melakukan assesmen sebelum ataupun sesudah pembelajaran. Guru BK juga bisa membantu ketika layanan BK berlangsung baik saat layanan klasikal tatap  muka di kelas  berlangsung ataupun  saat kegiatan bimbingan kelompok di luar kelas.

Banyak tantangan yang akan dihadapi guru termasuk Guru BK dalam penerapan assesmen ini, di antaranya memang yang paling utama dibutuhkan mindset terbuka dan panggilan hati untuk siap melayani dan mendampingi mereka secara psikis. Siap untuk menerima mereka berbeda dengan teman lainnya yang secara mental tidak terganggu. Sekaligus juga siap memberikan treatment yang berbeda dalam proses pembelajaran, penilaian sampai akhirnya tetap menghargai serta meyakini mereka sebagai individu yang juga memiliki kemampuan untuk bisa bertahan menjadi lebih baik ke depannya.

Tantangan lainnya adalah ketika harus berhadapan dengan orangtua yang seringkali tidak menerima anak dengan masalah kesehatan mental lekat dengan image mengalami gangguan jiwa. Sehingga sulit bagi mereka untuk menerima bahkan mau menghadapinya secara tulus. Dari sekian banyak orangtua dengan siswa yang mengalami kesehatan mental, hanya sedikit orangtua yang bisa menjadi support system yang baik untuk anak mereka. 

Mereka cenderung melakukan penolakan ataupun mendenial kenyataan yang dialami oleh anaknya. Seringkali justru mereka tidak menyadari bahwa sumber atau penyebab anak mereka mengalami kesehatan mental justru dari orang terdekat salah satunya orangtua.

Dengan semua tantangan ini, kita semua berharap guru dan pihak sekolah bisa tetap konsisten dan punya komitmen yang tinggi terutama terhadap tujuan dari Kurikulum Merdeka yaitu, membawa siswa menjadi bahagia dan selamat dalam mencapai cita-cita dan mimpinya di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun