Mohon tunggu...
Windy Garini
Windy Garini Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Sejati Sepanjang Hayat

Selalu berproses untuk bertumbuh menjadi pribadi yang selalu semangat belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kembali Memanusiakan Hubungan dalam Pembelajaran Jarak Jauh

4 Juli 2021   19:42 Diperbarui: 5 Juli 2021   10:19 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa Pandemi Covid 19 belum berakhir sekalipun sudah memasuki tahun 2021. Dan kondisi ini memaksa dunia pendidikan harus kembali memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh setidaknya sampai akhir semester ganjil ini. Pada tanggal 24 Februari 2021 Pemerintah Pusat juga sudah meluncurkan program Vaksinasi untuk Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertempat di SMAN 70 Jakarta. (www. CNN Indonesia.com) 

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah agar kegiatan pembelajaran tatap  muka di sekolah bisa dipercepat pelaksanaannya. Mengingat dampak dari Pembelajaran Jarak Jauh yang sudah berjalan selama kurang lebih kurun waktu 1 tahun ini angka putus sekolah dan pernikahan usia dini juga semakin meningkat. "Hasil pengawasan KPAI menunjukkan bahwa pandemi berpotensi kuat meningkatnya angka putus sekolah dan pernikahan anak," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti. Dari temuan KPAI, ada 119 peserta didik yang menikah, laki-laki maupun perempuan, yang usianya berkisar 15-18 tahun," kata Komisioner KPAI, Retno Listyarti, dalam keterangannya. Temuan itu didapat dari hasil pengawasan KPAI terhadap penyiapan buka sekolah di masa pandemi pada 8 provinsi, khususnya di Pulau Jawa, NTB, dan Bengkulu. Dalam pengawasan tersebut, KPAI menerima laporan dari Kepala Sekolah bahwa ada peserta didiknya putus sekolah karena beberapa sebab yang diantaranya adalah Putus sekolah karena faktor ekonomi dan dukungan sosial orangtua juga karena perkawinan usia dini.  (Newsdetik.com/17/2/2021)

Angka putus sekolah dan Pernikahan Usia Dini ini menjadi tinggi kemungkinan terjadi akibat tidak berjalannya Panduan Pembelajaran Jarak Jauh yang mengusung Konsep 5 M yaitu Cara Pembelajaran 5 M yang terdiri dari Memanusiakan hubungan, Memahami konsep, Membangun keberlanjutan, Memilih tantangan, dan Memberdayakan konteks di sekolah-sekolah baik tingkat dasar maupun menengah. Di sini saya akan mengupas M yang pertama yaitu Memanusiakan Hubungan, tanpa mengesampingkan  M yang lain.

Dalam Panduan Pembelajaran Jarak Jauh , Memanusiakan Hubungan merupakan praktik pembelajaran yang dilandasi orientasi pada anak berdasarkan relasi positif yang saling memahami antara guru, murid, dan orang tua. ( https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/panduan-pembelajaran-jarak-jauh) Makna dari definisi ini mengisyaratkan bahwa perlu adanya kolaborasi dan hubungan yang intens antara Guru, Murid dan Orangtua dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh,  tujuan pembelajaran bisa dicapai secara optimal.

Beberapa hal yang Dianjurkan yang terkait Memanusiakan Hubungan adalah yang Pertama, Mengumpulkan informasi terlebih dahulu mengenai kesiapan orang tua dalam mendampingi murid melakukan Pembelajaran Jarak Jauh. Faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain akses orang tua terhadap teknologi, pola kerja dan tingkat pendidikan orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian Assesment atau Angket Orangtua yang berisi data kondisi latar belakang ekonomi sosial, latar belakang pendidikan dan juga pemahaman orangtua dalam penguasaan kemampuan IT yang akan banyak digunakan dalam Pembelajaran Jarak Jauh. Selain itu juga bisa didapatkan data mengenai kesiapan waktu dan mental orangtua dalam pendampingan siswa ketika belajar dari rumah. Upaya ini dilakukan agar sekolah memiliki peta potensi masalah yang akan muncul ditengah Pembelajaran Jarak Jauh  terkait dengan dukungan moril dan materil orangtua di rumah .

Anjuran  Kedua, yaitu Menyediakan waktu untuk berbincang bebas dengan orang tua dan murid untuk mendapatkan gambaran kondisi yang mereka alami. Membangun kepercayaan diri murid dan orang tua, menghadirkan dukungan, pendorong semangat, dan bantuan profesional. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan komunikasi yang intens antara  orangtua dan guru melalui diskusi di dalam grup Whatsapp Paguyuban Orangtua ataupun secara terprogram sebulan sekali pertemuan via virtual melalui zoom meet. Ataupun jka dimungkinkan secara berkala 3 bulan sekali ada pertemuan tatap muka di sekolah dengan tetap memperhatikan Prosedur Protokol Kesehatan yang ketat. Hal ini penting dilakukan agar komunikasi antara orangtua dan guru juga siswa tetap berjalan lancar sehingga ketika dalam  menghadapi  permasalahan selama pembelajaran jarak jauh bisa lebih cepat dan efektif dicari solusinya secara bersama-sama.

Anjuran Ketiga yaitu, Memperkirakan durasi pengerjaan tugas yang akan diberikan. Pastikan durasinya maksimal 80% dari jam belajar normal untuk menyediakan waktu belajar tidak terstruktur. Durasi ini bisa disesuaikan melalui koordinasi dengan guru yang mengajar pada kelas yang sama dan dengan murid/orang tua. Artinya disini guru dalam memberikan tugas, batas akhir penyelesaian tugas disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dimiliki tugas tersebut. Jika tugas yang diberikan memiliki  tingkat kesulitan tinggi dan kompleks capaian kompetensinya maka paling tidak bisa diberikan paling tidak seminggu batas waktu pengerjaannya. Atau tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok dengan anggota kelompok maksimal 3 -- 4  orang  perkelompoknya. Dan diusahakan dalam setiap hari tidak setiap Mata Pelajaran memberikan tugas kepada siswa setiap harinya. Sehingga siswa bisa mengatur waktu dan tidak mengalami kebingungan dalam pengerjaan tugas.

Anjuran Keempat adalah Membangun kesepakatan dengan orang tua terkait cara pengerjaan tugas murid, jadwal, dan durasi konferensi guru. Anjuran yang keempat ini menjelaskan perlunya panduan pengerjaan tugas yang diberikan ke siswa. Panduan ini mungkin sangat perlu disampaikan terutama untuk siswa kelas Sekolah Dasar. Dimana pada tingkatan tersebut, siswa masih perlu pendampingan penuh dari orangtua.

Anjuran Kelima yaitu Menyiapkan aktivitas dan tugas belajar yamg memadukan tujuan kurikulum , minat murid, dan isu yang sedang hangat dibicarakan. Dalam hal ini guru dapat mengakomodir kebutuhan minat  dan cara belajar siswa yang tidak sama. Tidak setiap siswa menyukai menggambar atau menulis, setidaknya guru dapat membuat berbagai macam bentuk pilihan tugas yang bisa dipilih siswa dan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Guru juga bisa membuat tugas dengan mengangkat isu atau topik yang sedang hangat disukai oleh siswa. Misalnya saat ini siswa sangat gandrung dengan Drama Korea ataupun penyanyi yang berasal dari Korea. Guru dapat mengambil tema atau ide terkait dengan apa yang disukai siswa. Sehingga siswa merasa sangat bersemangat untuk mengerjakan karena tugas yang dikerjakan berkenaan dengan hal yang disukainya.

Dari beberapa anjuran yang mengusung Konsep Memanusiakan Hubungan dalam Pembelajaran Jarak Jauh, Guru juga harus memperhatikan beberapa hal yang harus Dihindari saat Pembelajaran Jarak Jauh yaitu : Pertama, Membuat aturan dan tugas yang tidak memahami kondisi murid dan orang tua. Untuk hal ini, perlunya Guru mengetahui peta kondisi siswa dan orangtua yang ada dalam hasil asssesment kesiapan mengikuti pembelajaran jarak jauh saat awal semester. Dari peta tersebut, misalnya diketahui siswa memiliki kendala sinyal di daerah rumahnya buruk atau tidak stabil. Di sini Guru bisa menawarkan solusi siswa bisa bergabung dengan temannya mengikuti pembelajaran jarak jauh , yang jarak rumahnya tidak terlalu jauh. Dan tentunya kondisi sinyal daerah rumah temannya lebih baik. Solusi lainnya, siswa bisa datang ke sekolah untuk mengerjakan tugas atau mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan fasilitas akses internet dengan sinyal lebih stabil. Sehingga ketika siswa harus mentaati aturan dari tugas yang diberikan oleh guru, mereka juga diberikan bantuan jika ada kendala  dalam penyelesaiannya. Di sini artinya sekolah hadir dan berusaha memahami kendala yang mungkin banyak dihadapi selama pembelajaran jarak jauh.

Kedua,  Memaksakan tugas harus dikerjakan dengan kriteria dan durasi kecepatan yang sama untuk semua murid. Untuk permasalahan ini sering terjadi di sekolah. Mengingat kendala yang dihadapi siswa tidak sama. Dan kecepatan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan Guru juga berbeda-beda. Dalam pembelajaran jarak jauh ini, sebagian besar siswa mengeluhkan kesulitan memahami materi dan tugas yang diberikan guru. Karena biasanya tidak semua Guru menjelaskan secara detil materi yang disampaikan ke siswa. Apalagi jika penyampaiannya dalam bentuk PPT ataupun Video yang diberikan melalui Google Classroom atau WA Grup. Siswa mengalami keterbatasan untuk bertanya lebih jauh dan leluasa jika ada materi atau tugas yang tidak dipahami. Dengan kendala ini, mungkin kriteria tugas harus menyesuaikan dengan keterbatasan yang dihadapi guru dan siswa. Kriteris tugas bisa dibuat lebih sederhana dan bisa dicerna dan diselesaikan oleh siswa. Begitu juga durasi waktu yang diberikan menyesuaikan dengan tingkat kerumitan tugas masing-masing.

Ketiga, Menuntut orang tua untuk mendampingi penuh murid tanpa mempertimbangkan faktor kendala dalam melakukan pendampingan. Terkait dengan hal ini, data awal yang diperoleh Guru mengenai kesiapan Orangtua dalam mendampingi siswa ketika pembelajaran jarak jauh, hendaknya menjadi acuan guru lebih memahami kondisi orangtua yang berbeda. Dalam kondisi sekarang pandemi, banyak keluarga dan orangtua yang mengalami kesulitan ekonomi yang lebih parah dibandingkan sebelum masa pandemi. Tentunya hal ini sangat berpengaruh pada pola hubungan dan komunikasi yang terjadi antara orangtua dan siswa. Bukan tidak mungkin, banyak siswa yang mengalami kendala menghadapi orangtua yang harus menambah penghasilan untuk menutupi kebutuhan rumah tangga yang semakin tinggi sedangkan pendapatan semakin berkurang. Waktu orangtua untuk mendampingi anak nyaris tidak ada, pada akhirnya seringkali siswa berada jauh dalam pengawasan dan pengontrolan orangtua. Pada akhirnya ketika siswa mengalami masalah, ia sulit harus bercerita atau meminta bantuan dari orangtuanya. Sehingga permasalahan ini menimbulkan permasalahan baru lagi bagi siswa, siswa pergi keluar rumah mencari teman yang kurang lebih sama kondisinya dengan dirinya atau justru berteman dengan teman yang putus sekolah. Siswa merasa nyaman, dan punya teman cerita yang senasib, sehingga terpikir untuk keluar dari siswa terlibat dalam pergaulan bebas di luar rumah,  yang pada akhirnya menambah angka pernikahan usia dini atau terlibat penyalahgunaan obat terlarang. 

Dari sekian banyak Anjuran dan yang harus Dihindari pada  Konsep Memanusiakan Hubungan dalam Pembelajaran Jarak Jauh setidaknya ada hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah Guru dan Sekolah harus berupaya juga menciptakan Merdeka Belajar di sekolah masing-masing. Merdeka Belajar menggambarkan 3 hal, (1) menetapkan tujuan belajar sesuai kebutuhan, minat dan aspirasinya, bukan karena didikte pihak lain, (2) menentukan prioritas, cara dan ritme belajar, termasuk beradaptasi dengan cara baru yang lebih efektif; (3) melakukan evaluasi diri untuk menentukan mana tujuan dan cara belajar yang sudah efektif dan mana yang perlu diperbaiki.

Dalam proses penerapan semua konsep ini perlu juga membiasakan memberikan Apresiasi Positif dan Umpan Balik  atas apa yang sudah diperjuangkan dalam pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini. Kedua hal ini sangat sering dilewatkan tapi  justru ketika kita memberikannya akan membawa   dampak luar biasa jika secara tulus dan ikhlas kita lakukan . Orangtua, Siswa dan Guru merasa sangat bersemangat dan lebih merasa percaya diri untuk bisa melakukan yang terbaik dalam proses pembelajaran jarak jauh yang penuh tantangan ini. Segala kesulitan dan hambatan akan sama-sama bisa dihadapi dengan tanpa melupakan pentingnya nilai pembelajaran yang bisa diperoleh yaitu Orangtua, Siswa dan Guru secara tidak langsung saling belajar Memanusiakan Hubungan satu sama lain.

The Person risks nothing does nothing, has nothing and is nothing. He may avoid suffering and sorrow but he cannot feel, learn, grow and love. (Anonim)

(Orang yang tidak menjalani hidup beresiko tidak akan memiliki apa-apa dan dia tidak ada apa-apanya. Mereka menghindari kepahitan dan rasa sakit, tetapi tidak bisa merasa, belajar, tumbuh dan mencintai.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun