Petanian adalah salah satu basis ekonomi masyarakat Indonesia yang menjadi penentu ketahanan bahkan kedaulatan pangan. Kelapa sawit merupakan tanaman yang menjadi komoditas unggulan utama Indonesia. Kelapa sawit berbentu pohon yang tingginya mencapai 24 meter, memiliki akar serabut, dan buah sawit mempunyai warna yang bervariasi dari hitam,ungu, hingga merah tergantung dari bibit yang digunakan.
Kelapa sawit adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma, minyak kelapa sawit menghasilkan berbagai produk yang kaya akan manfaat diberbagai industri, mulai dari industri makanan, farmasi, sampai industri kosmetik. Umunya sejauh pemahaman yang ada di tengah masyarakat, kelapa sawit merupakan salah satu dari sekian banyak komoditas alam yang bernilai ekonomis tinggi.
Faktanya memang minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), yang dihasilkan dari pengolahan kepala sawit memiliki nilai jual yang menggiurkan dan penyumbang terbesar bagi negara Indonesia sebesar 80% dibarengi dengan komoditas-komoditas lainnya. Indonesia menjadi produsen pertam di dunia dengan produksi CPO sebesar 34 juta ton dan mengekspor sebanyak 25 juta ton dari total produksi serta ekspor berbagai negara didunia.Â
Konsekuensi logis dari produksi CPO yang sebanyak itu ialah bahwa dibutuhkan suatu produsen yang tentu sama banyaknya, atau bahkan lebih. Tahun 2020, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mencatat bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan telah mencapai 14.996.010 hektare dengan estimasi produksi minyak kelapa sawit itu berada pada angka 49.117.260 ton.
Ada beberapa cara untuk mengetahui dampak negatif dari suatu industri dapat dilakukan penilaian siklus hidup atau disebut dengan life cycle assessment (LCA). LCA sering digunakan untuk menilai dampak produksi industri terhadap lingkungan dimulai dari tahap ekstraksi material hingga pembuangan akhir. Ada empat siklus yang dapat digunakan dalam menilai dampak negatif kelapa sawit terhadap lingkungan adalah prakontruksi, operasi, dan produksi dan pasca operasi.
1. Â Pra Kontruksi
Dalam siklus pertama ini belum ada dampak langsung yang terhadap terjadi pada lingkungan. Adapun yang biasa dilakukan dalam pra kontruksi ialah survei lahan dan pengadaan lahan.
2. Â Kontruksi
Dalam tahap ini muncul masalah dampak negatif terhadap perkebunan kelapa sawit terhadap lingkungan sebab ada beberapa kegiatan utama yang dilakukan yaitu pembuatan jalur jalan, cut and fill, persiapan area tanam dan pembangunan pabrik. Selain itu pembukaan lahan dapat mengakibatkan hilangnya habitat hutan di Indonesia dan habitat hewan yang ada di hutan.
3. Â Produksi
Pada tahap ini dimulai dengan pengadaan pembibitan serta penanaman dan perawatan tanman yang belum menghasilkan. Kemudian untuk tanaman yang sudah menghasilkan buah sawit maka dapat dilakukan pemanenan dan pengolahan CPO serta memasarkan hasil produksi kelapa sawit. Adapun beberapa dampak negatif dari kegiatan produksi yaitu: