Rumah tersebut beralih manfaat menjadi rumah kontrakan. Saya berpikirnya kalau dikontrakkan, kami tidak perlu memikirkan biaya listrik, air, keamanan, dan uang kontrak bisa kami terima sekaligus sehingga bisa dimanfaatkan lagi. Namun, mengontrakkan rumah juga tidak bisa kepada sembarang orang, bukannya malah untung, ntar jangan-jangan rumah kita kembali dalam kondisi rusak parah. Karenanya kami mengontrakkan hanya kepada orang yang dikenal. Kebetulan teman suami ada yang mencari kontrakan, klop lah sudah. Ada penghasilan tambahan dari hasil kontrak rumah.
Di tahun, ke-5 pernikahan kami, suami dimutasi dari unit kerja lama ke kantor direksi yang terletak di Kota Medan. Kota Medan berjarak 3 jam perjalanan dari Tebing Tinggi, rumah kami yang sebelumnya. Peraturan perusahaan, untuk pekerja di kantor direksi tidak mendapatkan rumah dinas, namun sebagai gantinya diberi uang sewa rumah dan uang listrik. Tanpa pikir panjang, kami langsung memutuskan untuk mencari rumah di Medan, karena setelah kami hitung, jumlah uang sewa dan uang listrik yang diberikan perusahaan, bisa digunakan untuk membayar angsuran KPR ditambahi sedikit saja.
Ada beberapa criteria yang kami gunakan untuk mencari rumah.
Yang pertama Lokasi
Kami prefer lokasi yang tidak terlalu jauh dari kantor, karena kami sepakat bahwa waktu adalah investasi, membuang-buang waktu di jalan merupakan hal boros yang harus dihindari. Lokasi yang dekat dengan tempat menjual kebutuhan sehari-hari juga merupakan pertimbangan saya, maklum ibu-ibu, ke pasar itu bisa menghabiskan waktu lho, makanya saya lebih pilih yang dekat dengan rumah, tidak harus pasar, warung yang lengkap pun sudah masuk list saya.
Kedua, Lingkungan
Rumah itu tempat kita menghabiskan sebagian besar waktu, tempat pulang, istirahat, bersosialisasi, sekaligus tempat membesarkan anak kita. Karena itu lingkungan yang baik menjadi pertimbangan utama dalam memilih rumah. Setelah survey lokasi, tanya tetangga kanan kiri,termasuk mendatangi lokasi rumah yang diincar dalam beberapa waktu ( pagi, siang, sore, malam) untuk mengetahui kondisi sehari-hari di tempat itu.
Ketiga, Harga
Yesss, apapun ceritanya, ujung-ujungnya harga menjadi hal yang menentukan. Prinsip saya dan suami, kami tidak mau membeli sesuatu di luar kemampuan. Jadi walau sudah selera setengah mati dengan sebuah rumah, kalau harga terlalu jauh dari budget langsung kami coret. Pertimbangannya, untuk memiliki rumah ideal, bisa diangsur pelan-pelan, yang penting membeli rumah sesuai dua criteria di atas plus harga yang terjangkau. Masalah rehab bisa belakangan.
Karena kami membeli dengan cara KPR, harus diatur agar angsuran bulanan tidak mengganggu cash flow keluarga.
Ada tips dari saya agar mendapat harga oke.