Mohon tunggu...
Windi Meilita
Windi Meilita Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Content Writer

Introvert muda yang senang menghabiskan waktu di kamar sambil scroll layar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Terminal 02, Tentang Pekerjaan

15 April 2024   15:12 Diperbarui: 15 April 2024   15:13 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dua perempuan sedang ngobrol di terminal bus (Image Create by AI)


Kehidupan terminal sudah menjadi bagian kehidupanku, meski hanya mampir dua kali sehari, selalu ada cerita menarik yang bisa kusaksikan di terminal. Tempat ini membuatku merasa lebih hidup, dengan caranya. 

Kadang aku penasaran apa yang dilakukan orang lain saat keluar dari terminal. Kehidupan seperti apa yang mereka jalani, apakah mereka pernah muak dengan semua hal yang ada di sekitarnya atau pernah nggak mereka bosan karena rutinitas yang gitu-gitu aja?

Aku penasaran soal itu. 
Jujur, sebelum aku bisa menikmati kehidupan terminal yang penuh lalu lalang ini, bagiku terminal terasa sangat mengganggu. Sempat berharap bagaimana jika peraturan kendaraan pribadi dibuat lebih longgar? Bagaimana jika semua orang bisa bebas bepergian tanpa aturan jarak? 

Seharusnya lebih nyaman dan efisien. Aku nggak perlu datang ke terminal setiap hari hanya untuk pindah ke kota lain yang jaraknya hanya 30 menit perjalanan bus. 

Tapi ya, itu hanya seandainya, hanya bagaimana jika, dipikirkan sampai sore pun tetap nggak akan jadi kenyataan. Daripada terus protes dan mengkhayal sesuatu yang mustahil, kuputuskan untuk lebih menerima keadaan. Mungkin ada hal menarik yang nantinya bisa kunikmati di perjalanan.

Butuh waktu sekitar 6 bulan untukku benar-benar bisa menerima keadaan ini. Dan selama 6 bulan aku belajar membaca banyak pola. Mulai dari jadwal keluar-masuk bus, orang-orang yang berangkat dan pulang bersamaku, jadwal pedagang kecil membuka toko, pakaian mereka dari senin-sabtu, hal-hal yang mereka bicarakan, susunan makanan, susunan motor, ekspresi, suara burung, cahaya matahari, pedagang minuman dan masih banyak lainnya. 

Rasanya aku jadi lebih peka dan lebih peduli pada segala hal yang ada di terminal ini. Bahkan aku tau ekspresi bus saat melewati jalan berlubang dan polisi tidur. Bus-bus ini seperti mengeluarkan ekspresi enggan campur malas tapi terpaksa bergerak, karena mereka ngga bisa menolak perintah. Ekspresi itu selalu terbayang di kepalaku, kapanpun aku mengingat bus.

Setelah memahami pola terminal dan keramaiannya, aku mulai belajar mamahami manusia yang ada di sekitarku. Selalu ada cerita berbeda dari mereka yang bikin aku lebih nyaman di terminal.

Pernah ada sekelompok wanita muda, sepertinya mahasiswa, terlihat sangat frustasi. Wajah mereka kusut dan agak kurang konsen. Mereka nggak peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Mereka orang asing. Aku belum pernah melihat warna almamater yang mereka bawa. Sepertinya mereka datang karena harus riset tugas. Dan sepertinya riset mereka ngga berjalan sesuai rencana. Aku hanya bisa berharap semoga segera ada jalan keluar. 

Lalu ada seorang perempuan muda yang tiba-tiba duduk di sampingku. Tadinya kursi samping ku sudah dipenuhi orang, tapi sepertinya ada beberapa yang pergi saat aku memperhatikan para mahasiswa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun