PENDAHULUAN
Historiografi Islam merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki peran penting dalam mendokumentasikan dan memahami perkembangan sejarah dunia Islam. Melalui karya-karya historiografi, umat Islam tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang peristiwa dan tokoh-tokoh penting, tetapi juga mendapatkan wawasan tentang nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan dinamika sosial-politik yang membentuk peradaban Islam. Salah satu karya penting dalam tradisi historiografi Islam adalah "Tarikh Khulafa" yang ditulis oleh Imam Jalaluddin As-Suyuti.
Imam As-Suyuti (1445-1505 M) adalah seorang ulama besar yang dikenal karena kontribusinya yang luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk tafsir, hadits, fiqh, dan sejarah. "Tarikh Khulafa" merupakan salah satu dari sekian banyak karya yang dihasilkan oleh As-Suyuti, dan dianggap sebagai salah satu karya utama dalam bidang sejarah Islam. Metodologi penulisan As-Suyuti yang menggabungkan berbagai sumber primer dan sekunder, termasuk hadits dan karya sejarawan sebelumnya, memberikan kekayaan informasi yang komprehensif.
PEMBAHASAN
Biografi Imam Jalaludin As Suyuti
Imam As Suyuti memiliki nama lengkap Jalaludin Abu al-Fadl Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad al-Khudairi al-Suyuti al-Misri al-Syafi'i. Berasal dari keturunan yang berada, beliau juga berasal dari keturunan yang berdasar pada pemuka tarekat juga tasawuf. Beliau lahir pada tanggal 1 Rajab 849 H di Asyut dan wafat pada 10 Jumadil Awal 911 H di Kairo.[1]
Â
Semasa kecil Imam As-Suyuti sudah dikenalkan pada dunia Pendidikan oleh ayahnya, di usia tiga tahun sudah sering diajak untuk mengikuti berbagai kelas-kelas hadis atau forum ilmiah yang diampu oleh berbagai intelek muslim seperti Zain al-Ridwan, Sirajuddin al-Warwari, namun memang sudah bakat sebagai seorang yang pintar, pandai dan cerdas, di usia 8 tahun beliau sudah mampu menghafal al-Qur'an dan berbagai kitab fiqih bermazhab Syafi;I, Pada beliau menulis buku pertamanya yang berjudul Syarh al-Isti'azah wa al-Basmalah pada usianya yang baru menginjak 17 tahun. Pencapaian intelektualnya pun cukup tinggi, bidang-bidang ilmu yang beliau pelajari diantaranya ialah ilmu faraidh, tafsir, hadist, gramatika, retorika, fiqih dan sebagainya, berkat kepiawaiannya dalam mempelajari berbagai bidang ilmu tersebut beliau dijuluki sebagai kutu buku.
Â
Guru-guru beliau diantaranya ialah beberapa ulama besar, seperti Syihabuddin As-Sarmahani As-Syafi'i, Syamsuddin Al-Hanafi, Imam Al-Bulqini, Al-Manawi, Izzudin Al-Kinani Al-Hanbali, Taqiyudin As-Samni Al-Hanafi, Saifuddin, dan Muhyiddin Al-Kafiji. Selama 14 tahun, ia berguru pada Izzudin Al-Kinani Al-Hanbali
Â