Mohon tunggu...
Windi Astuti
Windi Astuti Mohon Tunggu... Guru - Teacher Bloger, Writer and Mom

Senang menulis, bloging dan bermain bersama si kecil. Selengkapnya bisa main kesini yuk www.windieastuti.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Urap Sayur

10 September 2023   03:14 Diperbarui: 10 September 2023   05:20 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Besok hari sabtu, jadwalnya Pak Suami pulang"

"Saya mau masak urap sayur ah. Mumpung semangat dan mau nyari menu pembeda saja"

"Biar suami enggak bosan, saya suguhi itu-itu saja"

Rumi, seorang istri yang cekatan dan mandiri. Was wes sat set pergi ke pasar usai sholat shubuh. Meninggalkan seorang anak yang tertidur pulas di kamar belakang dekat dapur. Mengendap-endap melangkahkan kaki, menuntun sepeda motor supra berwarna hitam melebihi gerbang.

Menutup pintu perlahan. Ambil tas hitam kecil dan menyahut jilbab instan warna coklat. Sambil membawa kresek besar 5 buah untuk wadah belanjaan.

Cukup was-was kepergian Rumi sepagi itu. Takut jika si kecil tiba-tiba bangun dan mencari Rumi dengan wajah melas dan marah karena tidak diajak ke pasar. huft, pernah kejadian seperti itu.

Rumi Ke Pasar Keden

Motor berhasil Rumi tuntut menuju area sepi perumahan. Dibalik tembok berwarna abu tua, Rumi mencoba memanasi motor agar mesinnya tidak kaget. Toh, kalau kata teknisi, motor memang harus setiap hari dipanasi dulu agar mesinnya tetap awet. BEgitulah Rutinitas di pagi hari yang Rumi lakukan. Berusaha jadi istri yang serba bisa. Maklum, long distance marriage dengan pak Suami mengharuskannya jadi perempuan serba bisa.

Dengan mengucap bismillah, Rumi melajukan sepeda motornya dengan begitu kencang. Suasana jalanan yang masih gelap dan sepi membuat Rumi menancapkan gas lebih kencang dari biasanya. Kecepatan laju mencapai 70km/jam. Berharap, sampai di Pasar lebih cepat dan segera pulang bawa belanjaan banyak.

Terhitung, hanya 5 menit saja Rumi sudah sampai di Pasar Keden. Langsung menyahut kantong plastik yang telah dibawanya. Menuju penjual ikan, sayur, buah, telur dan lainnya.

Cukup banyak yang dibeli Rumi. Sampai-sampai, kadang khilaf dan tiba-tiba lupa kalau ada beberapa stock sayur yang tersisa di kulkas. Huft, dasar emak-emak. kadang pakai prinsip, "mumpung ada sayur ini. mumpung ada itu, dan blablabla" Yang sering buat emak-emak khilaf beli ini-itu. Hhhhi

Pasar Keden memang pasar murah. Sering menjadi tujuan utama para pedagang kecil (pengecer). Istilah di sini "pedagang eyek". Tukang sayur yang berkeliling menjualkan barang dagangannya ke perumahan terdekat. Atau ke kampung tetangga yang memang masyarakatnya memiliki jarak akses ke pasar cukup jauh.

Rumi, justru seringnya ke pasar beli sayuran untuk seminggu (sekalian). 

Tak terasa, belanjaan Rumi banyak juga. Bergegas ia kembali ke Rumah.

Alhamdulillah. 

Si kecil aman terkendali. Masih tertidur lelap di atas kasur.

Gagal, Masak Urap

Sebenarnya, Rumi ke pasar di hari Sabtu adalah dadakan. Hanya akrena mau masak urap sayur, dibelainnya pagi buta ke pasar. Demi sang Suami tercinta agar bisa merasakan masakan urap.

Meski pagi itu, Rumi  akan pergi ke sekolah untuk menunaikan tugas tambahan. Tak dielakkannya, dengan penuh semangat tetap bikin urap yang cukup butuh waktu lama untuk prosesnya.

Nguleg bumbu dan dikukus.

Dengan waktu satu jam. Rumi berhasil membuat bumbu urap sayur. Sekaligus merapikan sayur di kulkas, bersihkan ikan dan sarapan. 

Tiba-tiba pesan singkat itu datang.

"maaf ya istriku, saya tidak jadi pulang weekand ini. Bahkan, kemungkinan dua minggu ke depan belum bisa pulang karena pekerjaan"

Runtuh hati Rumi. Ekspektasi dan harapan ingin menyuguhkan urap jadi gagal.

Yah, gimana ini?

Sahut-sahutan, batin Rumi ingin bentrok, sebenarnya.

Kenapa harus begini?, batin Rumi.

Video Call Datang Membawa Semangat Baru

ponsel Rumi berdering. Dengan sigap Rumi mengangkat video call. ternyata Pak Suami.

"tumben sore hari, suami video call, gumam dalam hati Rumi"

Tanpa berlama-lama, Rumi menerima video call sambil rebahan.

"Si kecil masih bobo. Ada apa?, tanya Rumi"

"Ya sudah, jangan dibangunkan. NAnti saja saya video call lagi, jawab Pak Suami"

"Kecapekan dia. Tadi saya ajak ke Taman Sekartaji nonton Wastra Budaya. Ada tarian tradisional. Pertunjukan Pantomim. Ensamble musik, musik traadisional dan pameran UMKM, imbuh Rumi. Senang banget si kecil, sampai-sampai diajak pulang tidak mau, tegas Rumi"

"Pak Suami tersenyum, sambil mengucek air matanya yang mulai menetes"

"Rumi terbelalak di samping layar ponsel yang digenggamnya"

"Kenapa ini suami, jarang banget menampilkan wajah sedih, begitu".

Rumi pun mencoba menghibur

"Saya kirim duit buat jajan si kecil ya. Minta tolong dibelikan Susu Mak Tam. Roti bakar dan Mangga Podang"

Makanan kesukaan si kecil yang tiap Suami pulang pasti membawa buah tangan tersebut.

Rindu yang Menggebu

dokpri
dokpri

Perjalanan menikmati long ditance merriage, sering menuai kerinduan. Baik antara anak, suami, istri dan begitulah kenyataannya. Rumi pun kangen berat sama Pak suami. Si kecil juga pasti bertanya soal Ayah yang kenapa lama enggak pulang-pulang. 

Berkata jujur apa adanya soal kondisi ke anak, sering Rumi lakukan.

Semoga, perjalanan LDM membawa keberkahan. Ketika figur ayah dan ibu dibutuhkan sesuai tahap perkembangannya. Selalu penuh, dengan tangki cinta yang membawa keberkahan bagi perkembangan anak di masa mendatang.

Rindu yang menggebu, selalu membawa makna untuk Rumi. Balut kerinduan kami seindah mungkin ya Rab. Berikan kami ruang unutk saling berbagi kasih yang tulus menikmati segala ujianmu.

Kediri, 10 September di Kala Pagi Buta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun