Pagi ini kau tak biasa
Hujan di sepanjang jalan yang berlubang
Membuatmu tak bisa memilih
Basah kuyup atau diam?
Sementara kaki-kaki semakin keriput dibalik celah yang terbuka
Memperjelas lubang yang semakin menganga.
"Tapi hari ini ujian." lirihmu menguatkan tubuh yang semakin menggigil
Terngiang doa tulus dari Ibu, saat kau pamit dan mencium tangannya
Memulihkan kembali semangat yang tadi tenggelam seperti masuk ke dalam kubangan.
"Lihat, atap sekolah sudah mulai tampak."
Matamu memancarÂ
Tekadmu kian menggelora mengalahkan cemas yang sempat menghentikan langkah.
Satu kilometer sudah kau tempuh, sesekali berjalan, sesekali berlari
Seragam putih abu bersembunyi dibalik mantel hitam yang memudar
Suara cipratan air hujan menerpa kasar pundakmu, menjadi suara acapella dengan ritmenya yang syahdu.
Senyummu menyungging, di depan gerbang sekolah
Tepat pukul 7.00.
Sepasang sepatu akhirnya muncul dari dalam plastik yang menyelimutinya dari luar
Basah, namun tidak menjadi masalah
Masih aman.
Kau lipat kembali plastik hitam sang penolong empunya
Mengamankan sepatu satu-satunya.
Dalam keterbatasan selalu ada pilihan
Maju atau mundur?
Karena hasil tak akan pernah datang
Tanpa proses.
Sepasang sepatu melangkah tegap penuh harap
"Aku siap memperjuangkan mimpiku."
#sepasangsepatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H