Kita memang tak lagi remaja
Yang selalu beradu kata
Atau sekedar berlomba debat
Namun kabarmu tetap menjadi deretan yang pertama.
Seperti senyum manis yang selalu ingin kutemui, bersama aroma kopi
Menyeruak diantara syair-syairÂ
yang dituliskan pada zamannya.
Kita tak lagi mengingat rupa
Selembar tulisan kini berubahÂ
Menjadi kecanggihan layar sentuh
Hingga tak ada batas, ruang penuh.
Ah, Gawai
Kau kembali menjadi primadona
Mangalahkanku kalah telak
Jeda akhirnya dianggap biasa
Lalu lupa menjadi terbiasa.
Hai, aku di sini...
Masih berdiam diri bersama langit jinggaku
Diantara doa yang kutitip untukmu
Menuliskan bait puisi yang tak pernah usang, menasbihkan kisah.
Seandainya bisa kuselipkanÂ
Satu permohonan
Sekali saja, untuk hari ini...
Kita nikmati senja tanpa gawai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI