Perihal pagi yang selalu menjawab awal, mengharu biru
Bersenandung harap tentang mimpi yang kerap baradu
Tapi jelas jalan harus selalu ditempuh
Dengan membuka selebar-lebarnya pintu citamu
Lalu tanya menghampiri diri
Masihkah aku yang menyendiri, terdiam?
Sudut tembok itu bukan untuk sandaran, Kawan
Karena dibalik tirai yang tak pernah kau singkap cahaya itu tak akan pernah terlihat
Lalu kamu mengajakku bercerita
Tentang semua benda yang terlihat selalu pada tempatnya
Pada porsi yang nyatanya itu yang terbaik
Bukankah kita pun demikian?
Menjemput mimpi adalah alur kita
Yang selalu menjadi titik balik kisah
Diantara bentangan rona fatamorgana
Siap menyampaikan maknanya
Sederet tanya yang semestinya menjawab
Bukankah ia terbentuk dari pembiasan cahaya yang berbeda?
"Sederhana." ucapmu
Seperti kita, menjadi indah karena berbeda
Ya, pagi, siang, malam itulah waktu yang ditempuh
Sementara aku dan kamu adalah pelaku
Menuju satu tempat dan temu
RUMAH, tujuan ternyaman untuk kita tuju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H