Judulnya WOW banget kan?
Postingan ini bisa dibilang curhat saya pribadi
Kemarin itu ada kerabat tetangga sebelah rumah yang datang, beliau nawarin saya asisten rumah tangga. Menurut keterangan beliau, calon ART itu tetangga kerabatnya yang sedang butuh pekerjaan, kebetulan saya juga sedang mencari ART. Jadi kami janjian untuk ketemuan jam 5 sore dengan ART berikut kerabat tetangga saya tadi - untuk mudanya kita sebut saja dia - si "makelar".
Jam setengah 5 mereka bertiga datang - tetangga saya - si "makelar" - dan ART
...
Kami ngobrol ngalor ngidul - dan saya mulai jenuh - karena jujur saja, apa yang mau saya sampaikan sudah saya sampaikan semua - dan dua orang itu si makelar dan ART malah heboh ngobrol sendiri. Setelah menunggu dan menunggu mereka selesai ngobrol, finally kalimat ajaib itu terlontar.
Si makelar dengan memakai kalimat tidak langsung - bilang kalau dia ini minta upah - sebesar 100 ribu
Upah apa? Upah karena perannya sebagai "perantara or makelar" ART itu tadi.
Saya tidak kaget dan heran - karena memang sebelum kami bertemu, tetangga saya sudah memberitahu perihal tersebut - hanya saja saya pikir si makelar tidak akan benar-benar serius mengucapkannya saat itu. Karena apa? Karena saya sendiri belum tentu mau memakai jasa ART tersebut - jadi kok pede banget si makelar itu minta upah padahal pasti atau tidak masih belum jelas.
Well, itu tadi maksud saya dengan "mahalnya nilai kebaikan"
Kalo mau bicara upah yang harusnya dapat upah kan tetangga saya itu (misalnya jadi memakai jasa ART tadi) karena yang mempertemukan saya dengan calon ART kan beliau. Tapi ya sudahlah, bukan itu intinya.
Saya hanya sedikit miris - miris melihat fenomena sekarang yang segala sesuatunya diukur menggunakan uang - jadi istilah "tidak ada yang gratis di dunia ini" adalah benar adanya. Di jaman sekarang menolong orang harus ada pamrihnya - tidak bisa kah murni dan tulus ingin menolong?
Saya hanya bisa berharap dan berdo'a - semoga saya tidak termasuk golongan orang-orang yang menolong karena pamrih.
Jakarta, @ruangtamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H