Mohon tunggu...
Windarsih
Windarsih Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Bumi Manusia

Mahasiswi kelahiran Wonogiri yang tengah merantau di Kota Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Elegi Tanah Palestina

12 Mei 2019   18:24 Diperbarui: 12 Mei 2019   18:42 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku minta maaf,

banyak waktu mata ini terpejam.

Aku begitu malu,

tak mengerti kabarmu saudaraku.

Aku sesungguhnya payah,

apatah jarak alasanku, basi memang.

Engkau boleh marah,

tetapi jangan menyerah, haram dan pantang.

Jika fajar tak selalu murni pengharapan

Ada banyak serangan buta dan siksaan

Jika terus mengejar tak henti melempar

Ada banyak remuk, air mata, serta pertumpahan

Langit tidak pernah cerah di situ

Setiap waktu bau darah menyerang saraf

Setiap waktu orang tak waras marah-marah

Tak ada waktu buat diam, pejuang

Runtuhan, asap, batu-batu terbang

Perkasanya tangan-tangan milik kalian

Biar kering, tersayat, setia berdiri

Bukan sekedar sejengkal tanah dan kemanusiaan

Aku hanya tidak paham perkara pengecut itu

Dunia sudah mengutuk,

mereka yang memaksa memungut jiwa.

Betapa kejam kemanusiaan di situ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun