Mohon tunggu...
Windarsih
Windarsih Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Bumi Manusia

Mahasiswi kelahiran Wonogiri yang tengah merantau di Kota Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan yang Hilang

3 Mei 2019   07:50 Diperbarui: 3 Mei 2019   08:13 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya pendidikan tidak melulu mengenai akademik namun yang terjadi di masyarakat adalah menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan formal adalah untuk menjadi seorang anak yang pintar, anak yang menguasai banyak mata pelajaran, dan mendapatkan rangking atas di kelas. 

Seringkali yang ditanyakan para orang tua adalah "Nak, rangking berapa di kelas ?". Hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi anak untuk mengikuti jenjang pendidikan demi sebuah nilai di atas kertas.

Hal yang hilang dari generasi terpelajar bangsa Indonesia bukanlah kecerdasan. Kita kehilangan karakter, pondasi dalam mewujudkan pendidikan yang "memuaskan". Jadi yang perlu dan sangat urgent untuk segera dibenahi adalah pendidikan karakter di Indonesia. Perlu ada keseimbangan antara pendidikan karakter dan pendidikan akademik.

Mengutip pernyataan dari Abraham Samad dalam seminar yang pernah saya ikuti, yaitu penjahat yang paling berbahaya adalah orang yang hanya pintar namun tidak berkarakter. Tengok saja para koruptor di Indonesia, mereka adalah putra-putri bangsa yang telah menyelesaikan studi hingga strata 3 bahkan tidak hanya menempuh pendidikan di dalam negeri namun juga di luar negeri, di universitas terkemuka pula. 

Berderet-deret gelar yang seolah menambah kesan bahwa mereka adalah golongan terpelajar yang lain daripada yang lain. Namun apa realitanya? Seterhormat apapun dirinya, mereka tetap melakukan perbuatan keji yaitu korupsi.

Mereka begitu lihai dalam menutupi kebenaran dan cenderung memperlihatkan diri kepada publik dengan tanpa rasa malu maupun bersama. Mungkin akal sehat sudah memudar dari manusia-manusia yang masih bisa tersenyum ketika disangka, didakwa, dan divonis melakukan tindak pidana korupsi.
Memang banyak hal yang harus dibenahi dari bangsa ini. Namun sebagai salah satu anggota kehidupan bangsa ini, sudah sepantasnya memulai dari diri sendiri untuk tidak menanam benih kehancuran.
Oleh karena itu, adalam momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional 2019 hendaknya yang menjadi tanggung jawab bersama bangsa ini segera dibenahi lagi sebelum sangat terlambat. Mulai dari hal yang sering menjadi budaya para mahasiswa (yang hingga saat ini masih saya temui di lapangan), percayalah pada kemampuan diri sendiri dengan tidak menyontek.
Bersikap jujur dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, dan memiliki moral yang baik. Untuk menjadikan generasi pemuda Indoneisa yang cerdas secara akademik dan baik secara karakter. 
Keseimbangan di antara itu diharapkan mampu menjadikan pendidikan karakter yang mulai luntur menjadi eksis kembali. Agar pendidikan Indonesia semakin memuaskan seperti yang dikatakan oleh Mendikbud. Karena memuaskan adalah ketika melihat keadaan negeri yang berkembang pesat namun dengan tidak meninggalkan karakter bangsa itu sendiri. Kepribadian bangsa adalah cerminan yang ke mana pun kita pergi akan meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang bangsa lain. Menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang luhur merupakan kewajiban semua manusia Indonesia.

Semarang, 2 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun