Mohon tunggu...
Winda manhartika
Winda manhartika Mohon Tunggu... Guru - Tidak Ada

Penikmat sastra, sajak, puisi, filsasat, sejarah, fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Labuhan Takdir (Bab 5)

22 Oktober 2019   10:37 Diperbarui: 22 Oktober 2019   10:53 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"aku ingin pulang mas, aku rindu Bunda, aku rindu rumah, aku rindu Indonesia" akhirnya aku menyampaikannya.

"apa ? kamu bilang apa ? aksara, ada apa sebenarnya ? ini terlalu tiba-tiba, jangan bilang alasan kamu pulang hanya karna alasan rindu, itu tidak masuk akal, suaranya sedikit meninggi, dia marah, marah karna bingung.

"mas, aku sangat rindu pada bunda, tidak bisa kah itu saja menjadi alasan ku untuk pulang ? lagi pula hanya sebentar mas, aku mohon mas mengijinkan aku"

"kalau memang kamu kangen bunda, ya sudah, aku akan meminta bunda untuk kesini, biar bunda sekalian jalan-jalan" dia berkata sembari meraih handphone nya, aku tau dia ingin menghubungi bunda.

"Mas, aku ingin pulang, aku rindu kampung halamanku, teman-temanku, kamu tidak akan mengerti mas" aku setengah teriak. Mas Yohan kaget, baru pertama kali melihat aku yang seperti itu. Dia berdiri dari duduknya, menghampiriku, menatap mataku, aku menunduk, merasa bersalah karna sudah membentaknya. Dia memelukku, aku hanya diam.

"baiklah, kapan kamu mau pulang, mas akan pesankan tiket"

"benarkah ? mas serius ?"

"iya, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada istri ku, aku tidak tahu apa yang sedang disembunyikan istriku dariku, tapi apapun itu, aku yakin istriku sudah mempertimbangkan segalanya, karna wanita yang aku nikahi bukanlah wanita yang ceroboh, tapi mahasiswi tercerdas di kelasku."

"terimakasih mas, terimakasih karna telah mencintai aku" tiba-tiba saja aku merasa bersalah padanya, aku merasa buruk, oh tuhan, apakah keputusanku sudah benar ?

***

Mas Yohan mengantarku ke bandara, penerbangan pagi Seoul-Jakarta, di sepanjang perjalanan ke bandara kami hanya diam, entah apa yang dipikirkan Mas Yohan, sepertinya dia sedang memikirkan banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun