Muncul segelintir kenangan di ingatan Sina tentang kedua sahabatnya dan entah ada dimana keberadaan mereka sekarang. Sudah lama ia tak mendengar kabar sahabatnya itu. Terakhir mereka bertemu sewaktu perpisahan SMA. Waktu itu, Cozy  bilang ingin ke Jepang untuk ziarah ke makam ibunya, sedangkan Tanu melanjutkan sekolahnya di Jakarta saja. Sementara Sina sendiri  mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris.
"kring...kring" suara telepon itu menyadarkan Sina dari lamunannya. Siapa lagi kalau bukan bos dari Sina yang mau meneleponnya di pagi hari seperti ini, dan akan menanyakan semua berkas berkas yang harus dibawa Sina. Memang setelah kuliah di Paris, ia bekerja pula di Paris dengan gaji yang di bilang lumayan. Sina memang merupakan tulang punggung di keluarganya, ia anak yang berbakti pada orang tua, setiap bulan pasti ia akan mengirimkan uang kepada ibu dan ayahnya di Jakarta. Setelah lulus SMA dan kuliah di Paris memang ayahnya sudah tidak berjudi dan tidak mabuk - mabukkan lagi. Mungkin karena rasa bersalahnya kepada Sina.
Lucu memang, bila mengingat kedua sahabatnya itu dan bagaimana mereka bisa bersahabat. Mereka datang dari tiga latar belakang yang berbeda. Sina adalah seorang anak dari keluarga tidak mampu, ibunya seorang pedagang kue kecil- kecilan, bapaknya seorang karyawan yang kena PHK dan setelah itu kerjaannya hanya berjudi dan mabuk -mabukan saja, hanya menghabiskan uang yang ibunya hasilkan dengan susah payah. Ingin rasanya Sina mengingatkan ayahnya tapi ujung ujungnya hanya kata-kata yang dapat menusuk hatinya yang akan ia dapat. Benar kata orang, bukan umur yang menjadikan seseorang menjadi dewasa.
Ishikawa Cozy adalah seorang putri cantik keturunan Jepang, cantik, putih, tinggi, pintar, dan dari keluarga yang baik baik. Keluarga yang baik baik? Mungkin itu hanya impiannya saja, benar memang dia cantik, putih, tinggi, baik, tapi itu semua buat apa bila dia tidak diinginkan di dunia ini. Ayah dari cozy merupakan CEO dari perusahaan besar sedangkan ibunya adalah seorang penyanyi solo asal jepang. Cozy lahir dari sebuah "kecelakaan", oleh karenanya dia tak diharapkan di dunia ini. Semenjak ibunya meninggal sewaktu ia menginjak sekolah dasar, Cozy tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta saudara tirinya. Ibu tiri? Mungkin ibunya itu tidak menganggap bahwa ia mempunyai anak yang namanya Cozy.
      Tanu, anak seorang koruptor yang divonis 15 tahun penjara. 15 tahun bukan waktu yang sebentar memang. Tapi untuk Tanu itu bukan berarti apa apa. Toh,  kalau ayahnya dipenjara atau tidak, ayahnya juga tidak akan memperdulikannya. Yang ada dipikiran ayahnya hanya uang, uang, dan uang. Ayahnya mungkin berpikir Tanu hanya butuh uang darinya. Sampai sampai ayahnya menghasilkan uang yang haram. Padahal yang ia butuhkan adalah keberadaan sesosok ayah.
Kala itu, sebuah puisi yang dibacakan oleh Dio, si rangking satu yang membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman, sebuah kata-kata yang ditujukan kepada para koruptor seakan ditujukan oleh Tanu yang tidak tahu apa-apa, mata tajam Dio  menyoroti mata Tanu yang sedang duduk di pojokan kelas  seakan ingin menerkamnya.
Setelah bel  istirahat berbunyi, Tanu langsung mengambil tasnya dan langsung keluar dari dalam kelas. Mungkin dia hanya akan menghabiskan waktunya di belakang gudang yang tak terpakai dengan melamun sambil menghirup asap dari puntung rokoknya. Sina dan Cozy  yang tak sengaja lewat dan langsung menghampiri teman kelasnya itu.
"Galau, Â lo?" tanya Sina
"Apa lo? lo nggak usah ganggu gue, " jawab Tanu dengan sinis.
"Lo ngerasa hidup lo paling sengsara kan disini? Dulu gue juga gitu. Mungkin lo emang sengsara disini tapi mungkin banyak orang yang lebih sengsara dari lo. Makanya jangan sia- siain hidup lo dengan hal yang nggak berguna kayak gini." Kata Sina.
"bener, lo harus bisa keluar dari keterpurukan ini, kalo lo cuman kayak gini nggak ngelakuin apapun, berarti lo udah kalah," tambah Cozy.