Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Positif Action 6

20 Oktober 2021   06:50 Diperbarui: 20 Oktober 2021   08:08 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tebar Auramu 2

Oke sobat literasi yang "ZUVER" kita lanjut ya, I you ready? GO.......!!!

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak ingin merasa bahagia, apalagi bahagia yang melimpah.

Ilustrasinya begini :

Ketika kita ditawarkan segelas minuman yang beraneka ragam disaat dahaga, misalnya ada air mineral, air syrup, air gula aren, air kelapa muda, air es jeruk, air teh hangat dan aneka minuman lain, pasti kita akan bingung memilihnya. Namun kita tetap akan memilih karena kita butuh untuk menghilangkan dahaga. Sementara kita punya nafsu dan sangat ingin menikmati semua rasa air minum yang ditawarkan, padahal syaratnya kita hanya boleh minum satu gelas.

Lalu bagaimana caranya kita bisa menikmati berbagai minuman tersebut?

Begitu juga dengan rasa bahagia. Apakah kita ingin bahagia yang berlimpah dengan berbagai fasilitas hidup yang disediakan Sang Pemilik Hidup (Maha Hayyun). Bahagia yang kita inginkan tentu saja beragam sumbernya. Ada beberapa sumber yang bisa menyebabkan kita  bahagia, seperti :

  1. Bahagia karena punya isteri atau suami.

  2. Bahagia karena punya anak.

  3. Bahagia karena  punya cucu.

  4. Bahagia karena harta kekayaan.

  5. Bahagia karena Jabatan.

  6. Bahagia karena ketampanan dan kecantikan.

  7. Bahagia karena banyak teman.

  8. Bahagia karena proffesi yang kita geluti.

  9. Bahagia karena apa yang menjadi harapan atau impian kita terpenuhi.

  10. Bahagia karena........? (Apa saja yang ada dipikiran kita).

Bahagia yang terpapar di atas adalah kebahagiaan secara lahir (fisik). Namun yang lebih ideal bagi kita adalah jika kita bisa merasakan bahagia lahir-bathin (fisik dan mental). 

Untuk mendapatkan rasa bahagia lahir-bathin kita membutuhkan keseimbangan  asupan untuk jiwa-raga kita, termasuk memaksimalkan Aura Positif, seperti yang dikutip dari laman : https//dalamislam.com/info-islami/tips-hidup-bahagia-dalam-islam, terdapat 13 tips hidup agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan lahir-bathin, sebagai berikut :

  1. Selalu bersyukur.

  2. Selalu bercermin pada  orang yang lebih susah.

  3. Sering bersedekah.

  4. Taat kepada Allah SWT.

  5. Bersikap tulus.

  6. Ikhlas menjalankan ibadah.

  7. Bertaubat.

  8. Rajin puasa.

  9. Menjadi pendengar yang baik.

  10. Mendapatkan pasangan yang shaleh/shalehah.

  11. Mencari harta yang halal.

  12. Bergaul dengan orang-orang shaleh/shalehah.

  13. Menyayangi makhluk lainnya.

Setelah kita amati, ternyata ke-13 (tiga belas) hal di atas adalah sikap yang dipenuhi Aura Positif yang bisa menjadi penentu untuk mendapatkan rasa bahagia lahir-bathin.

Memang banyak diantara kita yang berorientasi kepada hal kebendaan (lahiriah) saja untuk memenuhi rasa bahagianya. Namun sesungguhnya, bahagia yang ideal itu harus memenuhi dua unsur (lahir dan bathin). 

Tidak heran jika kita hanya berorientasi pada hal kebendaan, bahagia yang kita cari tidak pernah sampai untuk kita dapatkan secara utuh. Kebahagiaan yang hanya bersumber dari kebendaan, pada titik tertentu pasti akan mengalami "kejenuhan"   dan pada saatnya akan membuat kita tertekan karena merasa tidak pernah terpuaskan.

Bayangkanlah jika suatu saat nanti keadaan akan menjadi :

  1. Harta kekayaan kita habis atau ludes karena musibah kebakaran, kebanjiran atau ditipu orang dan lain-lain.

  2. Pasangan kita yang tampan/cantik tiba-tiba sudah tua dan meninggal atau cacat karena suatu kecelakaan.

  3. Anak keturunan kita ada yang melakukan perbuatan tercela sehingga membuat malu keluarga.

  4. Teman-teman yang dulu dekat dan suka memuji kita tiba-tiba satu per-satu pergi menghilang entah ke mana.

  5. Pangkat dan jabatan yang kita banggakan, usai karena masa purna tugas.

  6. Keluarga kita berantakan atau terjadi perceraian.

  7. Dan lain-lain hal kebendaan yang punah.

Semua hal di atas bisa saja terjadi pada semua orang dan itu sudah merupakan ketentuan Sang Maha Pencipta, hanya saja kita sebagai manusia ciptaan-Nya tidak mengerti dan tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari terhadap kita dan keluarga. Semua yang berlaku dalam hidup kita adalah "rahasia"  dari Allah SWT. 

Agar kita siap dengan segala kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang, maka seharusnya kita mau dan wajib berusaha atau berikhtiar untuk mempersiapkan mental supaya ketika hal itu kita alami, setidaknya kita dan keluarga tidak down dan menyalahkan Sang Maha Pencipta.

Aura Positif yang kita pupuk sejak awal, bisa menjadi alat untuk menangkal hal-hal yang tidak diinginkan ketika kita dan keluarga ditaqdirkan mengalami kondisi terpuruk. 

Bagaimana caranya menjaga kekuatan tebaran gelombang elektromagnetik Aura Positif sehingga kita selalu bisa menularkan dan menarik kebaikan (kebahagiaan) dalam diri dan keluarga kita?

Tidak ada cara yang lebih mujarab selain "ikhlas"  menjalani hidup dalam kondisi apapun. Kita harus selalu yakin akan hikmah yang ada di balik semua kejadian dalam hidup kita. Selama kita masih bernafas, jangan pernah lupa dua hal yakni : "Syukur dan Sabar." Dengan syukur dan sabar kita bisa ikhlas menjalani hidup. Dengan ikhlas yang sebenar-benarnya, maka Aura Positif kita akan terpelihara dengan baik.

Seperti Sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :

"Alangkah mengagumkan keadaan orang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapat kesenangan, dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar,  maka itu adalah kebaikan baginya."  (HR Muslim Nomor 2999).

Sekelumit contoh riil yang saya alami dalam proses menyelesaikan tulisan ini, adalah sebagai berikut :

Ketika sejak pagi hari ini sampai sore saya disibukkan oleh kegiatan (acara purna tugas) Pimpinan di kantor, service kendaraan karena kemaren terjebak banjir di jalan dan mengurus kartu ATM yang tertelan di mesinnya serta membeli kebutuhan keluarga di rumah, pulang ke rumah sudah menjelang Magrib, eh ........saya baru teringat tugas untuk menyelesaikan tulisan harian ternyata belum saya sentuh. Qodarullah karena kecapekan, selesai waktu sholat Magrib, saya langsung menulis di handphone. Jeda lagi waktu sholat Isya. Karena sangat capek dan ngantuk berat, selesai Isya saya hanya sempat Tadarus Al-Qur'an via handphone (maklum sedang haid). Nah .......karena masih menemui kebuntuan merangkai kata untuk melanjutkan tulisan, saya putuskan istirahat (tidur) dan Alhamdulilah pukul 01.00 wita tepat mata saya terbuka. Akhirnya sampai pukul 03.00 wita tulisan ini kelar.

Apa yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa saya hanya bisa menuliskan apa yang saya alami dan sudah lalui dalam menerapkan hadist Syukur dan Sabar untuk menjalani segala aktivitas hidup. Di sini saya merasa sangat butuh terus belajar, belajar dan belajar dari para senior saya, sahabat-sahabat saya dan para pembaca yang sukses di bidangnya masing-masing.

Sehubungan dengan usaha atau ikhtiar saya menjaga Aura Positif diri, saya selalu bermohon pertolongan dari Allah SWT, karena hanya DIA yang bisa membantu kita menyelesaikan semua tugas atau amanah dalam hidup ini, termasuk menyelesaikan tugas tantangan menulis ini. 

Semoga yang saya tulis malam ini berhikmah buat saya pribadi dan orang yang membacanya, Aamiin.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun