Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berburu Kebahagiaan

18 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 18 Mei 2021   07:04 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yes........inilah sebuah inspirasi yang Saya dapat di awal bulan Syawal yang Fitri.

Patutlah kami para peserta bersyukur karena ditaqdirkan mengikuti Webinar bertajuk "Mengapa Aku Mema'afkan" yang digagas oleh sepasang suami-isteri Owner Rumah Hipno Therapy ESQ di Balikpapan Kalimantan Timur pada Ahad/16 Mei 2021 pukul 16.30 wita.

Webinar yang dibuat khusus menyambut bulan Syawal yang Fitri sekaligus Halal Bi Halal Alumni Gerakan Menghapal Asmaul Husna 99 ESQ (GeMAH-99) adalah bertujuan untuk saling menguatkan tali silaturrahmi antara Coach dan para Pendamping Coach serta sesama Alumni penghapal Asmaul Husna 99 ESQ dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan Luar Negeri  (Malaysia, Singapura, Athena Yunani dan Berlin).

Setelah kita semua melaksanakan puasa satu bulan penuh di saat Ramadhan dengan menahan semua hawa nafsu yang bisa merusak ibadah puasa tersebut, bukan saja menghindari makan dan minum, termasuk berbohong, menzholimi orang lain, melakukan syahwat di siang hari meskipun kepada pasangan halal (hubungan suami-istri) serta segala tindak-tanduk yang berkonotasi "mungkar" kejahatan yang dilarang Allah.SWT.  Semua aturan yang harus kita patuhi selama berpuasa adalah perintah yang wajib diikuti Umat Islam berstatus "baligh" (usia sejak sembilan tahun) atau bagi perempuan sudah haid/menstruasi dan laki-laki sudah mimpi basah.

Betapapun untuk sebagian kita aturan itu mungkin terasa sangat berat, namun kewajiban sebulan dalam setahun usia manusia tersebut sangatlah ringan, jika kita menyadari makna yang tersurat dan tersirat dari ibadah itu.

Dalam Kitab Suci Al-Qur'an sudah jelas disampaikan Allah.SWT bahwa puasa bulan Ramadhan tujuannya adalah untuk menjadikan umat Islam yang bertaqwa.

Bertaqwa bukan saja dari segi hubungan kepada Sang Pencipta (Hablumminallah) tetapi harus seimbang dengan hubungan kepada sesama manusia (Hablumminannasy).

Dalam konteks "Memburu Kebahagiaan," hubungan kepada Allah.SWT dan sesama manusia tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan sejajar serta punya kekuatan yang prima dalam diri seorang hamba.

Bagaimana kita bisa mendapatkan kebahagiaan paripurna, jika hubungan kita hanya "bagus" kepada Sang Pencipta sementara kita banyak "musuh."

Sebaliknya walaupun hubungan dengan saudara, teman sejawat serta orang lain sekitar kita sangat "bagus" tetapi tidak pernah bersedia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mustahil kita akan bahagia.

Bukankah semua ciptaan-Nya termasuk manusia adalah Zat yang berada dalam genggaman kekuasaan-Nya?

Memburu Kebahagiaan adalah cita-cita semua makhluk yang bernyawa, tidak ada seorangpun yang tidak menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi tidak semua orang "MAU" berjuang untuk menggapai kebahagiaan tersebut.

Kebahagiaan bagi setiap orang pasti berbeda orientasinya. Kebahagiaan tidak bisa dilihat dari kekayaan, kecantikan, jabatan/kedudukan dan lain-lain yang sifatnya keduniaan.

Sebagai hamba yang sudah berserah diri hanya kepada Allah.SWT, tentu saja kita umat Islam berharap bukan saja kebahagiaan dunia yang didapat, namun juga kebahagiaan akhirat yang dicari.

Mati adalah keniscayaan dan hanya sekali bagi hamba yang bernyawa, tetapi hidup akan kita alami dua periode yakni hidup selama di dunia dan hidup di akhirat setelah kita mati. Sebagai umat yang bertaqwa, hal ini wajib kita yaqini (Imani).

Sekarang bagaimana caranya kita supaya bisa mendapatkan bahagia dunia-akhirat, salah satunya adalah "mema'afkan."

Tidak peduli orang lain mau atau tidak mema'afkan kekeliruan kita, yang penting kita sendiri sudah mema'afkan semua orang tanpa kecuali, sehingga Sang Pencipta (Allah.SWT) meridhoi hidup dunia-akhirat kita. Jika kita mendapat ridho-Nya, insyaa Allah kebahagiaan menjadi milik kita, Aamiin.

Note :

Terima kasih yang tak terhingga kepada guru kami "Coach ABRI dan Dewi" yang telah membuka mata-hati kami khususnya Saya dalam memandang "makna" kebahagiaan dari sudut "mema'afkan."

Semoga Allah.SWT meridhoi guru-guru kami dan melindungi beliau sampai Jannah, Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun