Yes........inilah sebuah inspirasi yang Saya dapat di awal bulan Syawal yang Fitri.
Patutlah kami para peserta bersyukur karena ditaqdirkan mengikuti Webinar bertajuk "Mengapa Aku Mema'afkan" yang digagas oleh sepasang suami-isteri Owner Rumah Hipno Therapy ESQ di Balikpapan Kalimantan Timur pada Ahad/16 Mei 2021 pukul 16.30 wita.
Webinar yang dibuat khusus menyambut bulan Syawal yang Fitri sekaligus Halal Bi Halal Alumni Gerakan Menghapal Asmaul Husna 99 ESQ (GeMAH-99) adalah bertujuan untuk saling menguatkan tali silaturrahmi antara Coach dan para Pendamping Coach serta sesama Alumni penghapal Asmaul Husna 99 ESQ dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan Luar Negeri  (Malaysia, Singapura, Athena Yunani dan Berlin).
Setelah kita semua melaksanakan puasa satu bulan penuh di saat Ramadhan dengan menahan semua hawa nafsu yang bisa merusak ibadah puasa tersebut, bukan saja menghindari makan dan minum, termasuk berbohong, menzholimi orang lain, melakukan syahwat di siang hari meskipun kepada pasangan halal (hubungan suami-istri) serta segala tindak-tanduk yang berkonotasi "mungkar" kejahatan yang dilarang Allah.SWT. Â Semua aturan yang harus kita patuhi selama berpuasa adalah perintah yang wajib diikuti Umat Islam berstatus "baligh" (usia sejak sembilan tahun) atau bagi perempuan sudah haid/menstruasi dan laki-laki sudah mimpi basah.
Betapapun untuk sebagian kita aturan itu mungkin terasa sangat berat, namun kewajiban sebulan dalam setahun usia manusia tersebut sangatlah ringan, jika kita menyadari makna yang tersurat dan tersirat dari ibadah itu.
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an sudah jelas disampaikan Allah.SWT bahwa puasa bulan Ramadhan tujuannya adalah untuk menjadikan umat Islam yang bertaqwa.
Bertaqwa bukan saja dari segi hubungan kepada Sang Pencipta (Hablumminallah) tetapi harus seimbang dengan hubungan kepada sesama manusia (Hablumminannasy).
Dalam konteks "Memburu Kebahagiaan," hubungan kepada Allah.SWT dan sesama manusia tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan sejajar serta punya kekuatan yang prima dalam diri seorang hamba.
Bagaimana kita bisa mendapatkan kebahagiaan paripurna, jika hubungan kita hanya "bagus" kepada Sang Pencipta sementara kita banyak "musuh."
Sebaliknya walaupun hubungan dengan saudara, teman sejawat serta orang lain sekitar kita sangat "bagus" tetapi tidak pernah bersedia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mustahil kita akan bahagia.
Bukankah semua ciptaan-Nya termasuk manusia adalah Zat yang berada dalam genggaman kekuasaan-Nya?