Mohon tunggu...
winda ikariyani
winda ikariyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa

Proses belajar tidak pernah berhenti sampai nafas ini berhenti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan sebagai Formalitas atau Kebutuhan?

17 Maret 2023   16:19 Diperbarui: 17 Maret 2023   16:24 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batin Mereka yang Bersih Jiwa Mereka yang Jernih adalah Khazanah Luar Biasa yang harus di jaga

 Pendidikan salah satu aspek yang dapat menunjang segala kemajuan di berbagai bidang dalam kehidupan. Tapi, sepertinya pendidikan saat ini dikalangan masyarakat Indonesia mengalami deviasi makna. 

Pendidikan bukan lagi menjadi tempat individu dalam membentuk diri atau mengembangkan pola pikir melainkan sebagai formalitas atau rutinitas yang mesti ditempuh oleh setiap kalangan jika tiba waktunya. 

Mayoritas masyarakat Indonesia  menempuh pendidikan yang menjadi orientasi utamanya adalah hitam di atas putih, pendidikan hanya mereka gunakan sebagai alat untuk mendapat pekerjaan dikarenakan harus memenuhi kualifikasi tertentu, maka pada dasarnya tujuan pendidikan hanyalah upaya untuk memenuhi hasrat kebutuhan material mereka. 

Memperbaiki kualitas kehidupan dari segi ekonomi tentu bukan hal yang salah, yang menjadi problematikanya  adalah ketika masyarakat berada pada kelas ekonomi atas, atau telah menempuh pendidikan tinggi menimbulkan dis-harmoni dalam masyarakat itu sendiri.

Banyak sekali fakta-fakta mereka yang berpendidikan justru yang melanggar norma masyarakat , kasus para pejabat maupun akademisi yang melakukan tindak kriminalitas tidak sedikit ditemukan. Keresahan yang perlu diantisipasi berikutnya adalah masyarakat tidak lagi memandang pendidikan sebagai sesuatu yang "mulia" atau "Suci" yang nantinya bisa saja berujung pada kemungkinan yaitu pendidikan digunakan sebagai alat pemuas keinginan atau untuk kepentingan  tertentu sehingga memberikan konstruksi pada pola pemikiran masyarakat menjadi orang yang berpendidikan atau tidak berpendidikan tidak ada bedanya. 

Padahal kemudahan akses pendidikan Indonesia saat ini bahkan dapat dijangkau masyarakat kalangan bawah seharusnya dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut.

Dengan ditandainya semakin meningkat jumlah peserta didik di setiap jenjang sekolah maupun mahasiswa di perguruan Tinggi. Transformasi tersebut tidak hanya ditandai dengan jumlah orang yang dapat menempuh pendidikan, tapi juga sistem pendidikan yang sering berganti setiap harinya. Namun, kuantitas yang ada sampai saat ini tidak juga diimbangi dengan kualitas yang ada

Mulai dari post modern sampai post pandemi saat ini,Indonesia tidak hanya berganti satu atau duakali sistem pendidikan. Pergantian sistem yang mengikuti perkembangan zaman tentu mengalami polarisasi yang signifikan, baik dari kurikulum, materi pembelajaran, teknik atau metode mengajar, maupun standarisasi pencapaian. 

Sudah kurang lebih sebelas kurikulum yang sudah diaplikasan dalam sistem pendidikan Indonesia mulai kurikulum pada tahun 1947 sampai kurikulum merdeka yang digalakan saat ini. Tentu, perubahan sistem yang sering terjadi juga berdasarkan Assessment dan evaluasi dari proses yang ada.

Jika merujuk pada pendidikan nasional Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 3, menyatakan bahwa "Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Dapat kita lihat dengan jelas  yang menjadi point of view pendidikan di Indonesia adalah pengembangan kompetensi dan karakter. Kedua unsur tersebut tentu yang menjadi domain utama dalam pembentukan sistem pendidikan. Dan jika kita menelaah secara epistemologi sistem pendidikan Indonesia yang selama ini berganti sudah mempunyai kedua domain tersebut. 

Lalu timbul pertanyaan, kenapa pendidikan Indonesia saat ini mengalami stagnasi tidak ada perkembangan bahkan terindikasi merosot ? Hal ini,terbukti bagaimana banyak sekali anak malas sekolah, tidak memiliki semangat belajar, tidak mau berfikir kritis mereka hanya datang menerima apa yang dihidangkan kepada mereka menelannya mentah-mentah, tanpa mau menelaah, mengkritisi lebih dalam apa yang diberikan.

Pembelajaran seharusnya menjadi ruang eksplorasi bagi setiap individu. Namun, hal tersebut belum kita jumpai dalam sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia. 

Kebanyakan lembaga pendidikan hanya menjalankan peran profesional mereka untuk meluluskan peserta didiknya dan mendapat kualifikasi sebagai lembaga pendidikan terbaik tanpa memperhatikan eksistensi perannya dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi realitas kehidupan ke depan. 

Problematika pendidikan yang kompleks tentu tidak dapat kita menyalahkan satu, dua faktor saja. Banyak unsur yang perlu kita uraikan dalam melakukan perbaikan pendidikan. 

Jika kita melihat pergantian sistem pendidikan Indonesia  yang sudah memiliki visi misi sesuai dengan perkembangan zaman dan ideologi Indonesia, tapi juga belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Padahal  hal tersebut sudah melalui riset dan observasi yang cukup panjang. Maka, perbaikan seharusnya tidak hanya terfokus sistem pusatnya saja, melainkan juga berfokus pada perbaikan grassroot itu sendiri. 

Kelas merupakan satuan sistem pendidikan terkecil yang memiliki dampak yang cukup besar. Komponen yang ada di dalam kelas merupakan faktor terpenting untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. 

Peran ini sangat ditentukan oleh guru dan lembaga pendidikan dalam mengolah pembelajaran menjadi ruang untuk bereksplorasi, berekspresi, dan berelaborasi dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik tanpa perlu mengintervensi mereka pada tujuan tertentu.  

Peserta didik yang duduk di dalam kelas tentu tidak pernah tau dan tidak peduli bagaimana sistem pendidikan yang telah dibuat dari pusat, karena yang mereka ketahui sistem pendidikan yaitu proses  yang berjalan di dalam kelas. 

Oleh karenanya, guru meemgang peran penting dalam pembelajaran di kelas untuk membentuk diri setiap individu. Guru bukan hanya transfer of knowledge bertugas mengajar, menjelaskan materi saja. 

Lebih dari itu Guru memiliki peran penting untuk membantu peserta didik menemukan cara belajar mereka sendiri, menumbuhkan rasa ingin tahu mereka, serta membangun value dalam pembelajaran.

Namun, perlu kita akui juga untuk mengaktualisasikan hal tersebut tentu bukan hal yang mudah dan singkat. Maka untuk menghadapi tantangan ke depan kita bukan hanya memerlukan perbaikan melainkan percepatan perbaikan dalam pendidikan di Indonesia, baik dari lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat Pendidikan yang baik akan membentuk peradaban yang maju dan harmonisasi di lingkungan masyarakat. Oleh karenanya, memerlukan strategi dan regulasi yang matang agar dapat maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun