Sejarah Gayo Dalam Bukti Tertulis Din Rengkop
Syiradjuddin bin Abu Bakar Salam adalah pewaris catatan sejarah tertulis Gayo. Dalam bentuk arsip ketikan dan tulian tangan.
Din Rengkop, nama panggilan Syiradjuddin, mantan anggota Dprk Aceh Tengah, didapatnya dari orang tuanya, Abu Bakar Salam. Seorang pegawai di Djawatan Penerangan Aceh Tengah. Juga seorang veteran kemerdekaan RI.
Saya mengunjungi Din Rengkop Dik  ini di Kampung Lot Kala Kebayakan. Jum'at, 24 Januari 2025.
Din Rengkop mengenakan kaos dengan lengan panjang bertuliskan Dprk Aceh Tengah.dan sarung  .  Disana sudah ada, seorang mahasiswa Usk, Saputra Mahara  yang sedang meneliti bangunan Belanda, Buntul Kubu, untuk skripsinya.
Saputra menemukan gambar rancangan Buntul Kubu lengkap yang sudah terpotong dua karena dimakan usia.
Bangunan Buntul Kubu yang megah dengan arsitektur Belanda , berada di tengah Kota Takengon itu, Â tertutupi rimbunan pohon, tidak lagi terjaga dan dijadikan kantor Satpol PP.
Sebelumnya, Saputra Mahara menemui saya dan meminta arsip foto Buntul Kubu. Saya teringat desain Buntul Kubu pernah saya lihat dan foto dirumah Din Rengkop.
....
Selain desain Buntul Kubu, dalam arsip tertulis milik Syiradjjudfin juga ditemukan banyak fakta sejarah lainnya. Seperti catatan seorang Belanda yang tebal bertarik tahun 1905.
Tulisan tangan Pang H. Abadul Mampak, seorang tentara Muslimin, yang banyak membunuh Belanda didalam kemahnya di kawasan Kanis, Pepedang, Bener Meriah.
Tulisan tangan Pang Mampak dalam buku bertuliskan huruf Jawi (?). Dengan cover tebal kulit hewan. Pang Haji Abdul Mampak adalah kakek Din Rengkop , seorang ulama ( Syeh) dan tentara Muslimin. Pejuang kemerdekan.
Arsip arsip milik Din Rengkop sudah mulai rusak karena lembab dan tidak disimpan sebagaimana layaknya benda bersejarah di musium.
Padahal catatan ini begitu penting menguak sejarah modern Aceh Tengah dengan bukti autentik. Seperti arsilp Bagura ke front Medan Area.
Din Rengkop selain mengoleksi fakta sejarah paska kemerdekaan , juga banyak mengoleksi barang antik lainnya.
Syiradjuddin mengumpulkan barang antik berbagai bentuk ini dari warga sekitar hingga ke Jakarta.
Salah satu koleksi terbanyaknya adalah grinder kopi buatan Belanda.
Melihat banyaknya koleksi penting milik Din Rengkop,bsudah selayaknya fakta sejarah ini difoto ulang dan dibuatkan museum digital.
Koleksi aslinya tetap dipegang pemilik. Sementara fotonya bisa dilihat di museum. Begitu idealnya. Namun, sepertinya Pemda atau dinas terkait  tidak berpikir sejauh itu.
Bahkan, kawasan prasejarah Mendale yang dibangun Pemda tanpa melibatkan pakar dan penelitinya, ternyata malah merusak situs dan banyak menghilangkan bukti sejarah akibat pembangunan itu sendiri.
Pembangunan di kawasan prasejarah Mendale, sempat mencuat dan jadi kontroversi karena sembrono.
Meski tak dilirik Pemda, Din Rengkop berencana membuat galeri sendiri dari koleksi sejarah milik keluarganya.
Siradjuddin sedang menjual satu aset tanahnya untuk mewujudkan mimpinya ini. Semoga
Win Ruhdi Bathin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI