Selain desain Buntul Kubu, dalam arsip tertulis milik Syiradjjudfin juga ditemukan banyak fakta sejarah lainnya. Seperti catatan seorang Belanda yang tebal bertarik tahun 1905.
Tulisan tangan Pang H. Abadul Mampak, seorang tentara Muslimin, yang banyak membunuh Belanda didalam kemahnya di kawasan Kanis, Pepedang, Bener Meriah.
Tulisan tangan Pang Mampak dalam buku bertuliskan huruf Jawi (?). Dengan cover tebal kulit hewan. Pang Haji Abdul Mampak adalah kakek Din Rengkop , seorang ulama ( Syeh) dan tentara Muslimin. Pejuang kemerdekan.
Arsip arsip milik Din Rengkop sudah mulai rusak karena lembab dan tidak disimpan sebagaimana layaknya benda bersejarah di musium.
Padahal catatan ini begitu penting menguak sejarah modern Aceh Tengah dengan bukti autentik. Seperti arsilp Bagura ke front Medan Area.
Din Rengkop selain mengoleksi fakta sejarah paska kemerdekaan , juga banyak mengoleksi barang antik lainnya.
Syiradjuddin mengumpulkan barang antik berbagai bentuk ini dari warga sekitar hingga ke Jakarta.
Salah satu koleksi terbanyaknya adalah grinder kopi buatan Belanda.
Melihat banyaknya koleksi penting milik Din Rengkop,bsudah selayaknya fakta sejarah ini difoto ulang dan dibuatkan museum digital.
Koleksi aslinya tetap dipegang pemilik. Sementara fotonya bisa dilihat di museum. Begitu idealnya. Namun, sepertinya Pemda atau dinas terkait  tidak berpikir sejauh itu.
Bahkan, kawasan prasejarah Mendale yang dibangun Pemda tanpa melibatkan pakar dan penelitinya, ternyata malah merusak situs dan banyak menghilangkan bukti sejarah akibat pembangunan itu sendiri.
Pembangunan di kawasan prasejarah Mendale, sempat mencuat dan jadi kontroversi karena sembrono.