Saat itu , beberapa kontraktor yang sudah memenangkan tender, mundur. Bang Iman dengan kenderaannya Hard Top warna merah dengan plat BL 333 G, berangkat ke Aceh Timur.
Bang Iman menyelesaikan perumahan disana dengan pendekatan hati sehingga tidak ada gejolak dan masalah dalam masyarakat.
....
Sebagai pengusaha kaya bang Iman tetap sederhana. Tak terlihat mentereng dan membatasi pergaulan. Saban hari, dia duduk di Warung kopi.
Salah satu tempatnya ngopi adalah WRB Cafe Shop di Blang Kolak 2 . Tiba disana, Bang Iman punya meja sendiri.
Disamping pintu masuk , menghadap ke jalan Yos Sudarso.
Setelah duduk dan memesan minuman, biasanya black coffee, dia membakar rokok. Penduduk warung yang melihat kedatangannya, langsung memenuhi meja sekelilingnya.
Bang Iman banyak bercerita dan seringkali membuat teman duduknya tertawa terbahak.
Jika ada temannya yang tidak terlihat di warkop itu, biasanya akan ditelponnya dan memintanya datang.
"Halo, isihen? Kininye. Ini waktu jema rawan tangkuh", katanya tersenyum. Arti bebasnya dalam bahasa Indoenesia, kira kira, " Halo, dimana? Kemarilah, ini waktunya laki laki keluar rumah".
Jika sudah bersamanya, semua minuman, kue dan rokok yang dipesannya dan kawan kawannya,akan dibayarnya. Terkadang sekali duduk Bang Iman merogoh koceknya, Rp.300 hingga 500 ribu. Dan itu dilakukannya hampir setiap hari. Tergantung berapa banyak kawannya. Pun begitu jika Bang Iman memesan makanan.
Pergaulannya bukan hanya di Takengon saja. Di Aceh, Bang Iman juga sering berkumpul dengan para pengusaha Spbu
Bamg Imanuddin bergelar Insinyur Pertanian yang diperoleh dari Universiatas Sumatra Utara. Usai kuliah dia pernah bekerja di beberapa perusahaan , termasuk Hph di Takengon , Alas Helau.