Hujan dan kabut mengiringi rombongan pelajar ini. Namun, semangat dan rasa gembira tampak diraut wajah mereka.Rasa ingin tahu mereka tentang Situs Atu Berukir di Umang , Pantan Jemungket, lebih menguasai rasa mereka
Alam dan topografi gayo yang berlembah dan bukit , membuat perjalanan dipenuhi panorama yang indah.
Kawasan Bur Lintang yang bervegetasi kayu hutan hujan tropis. Jalan disana dibelai kabut dan gerimis.Suara burung burung terdengar begitu dekat.
Vegetasi hutan tropis, berganti Pinus Mercusi saat memasuki kawasan Isaq. Satu wilayah tua di memori sejarah gayo.
Kawasan yang tutupan tanahnya didominasi Uyem. Konon Uyem Gayo ini adalah endemik. Meski pernah dideres Belanda dan perusahaan setelahnya. Belanda tidak menanam Pinus Gayo.
Tapi mendapatinya sudah tumbuh di Dataran Tinggi ini.
Vegetasi Pinus, merajai Kecamatan Linge, hingga ke Umang Isaq, dimana Atu Berukir bersemayam.
Puluhan pelajar ini berasal dari berbagai sekolah SMA di Takengon. Mereka , oleh Persatuan Guru Indonesia (PGI) Aceh Tengah yang diketuai Rizki Ichsan, S. Pd, menggelar Workshop sehari sebelumnya yang dilanjutkan Napak Tilas.
Antusias dan rasa ingin  tahu  para pelajar ini tak bisa mereka sembunyikan. Metode belajar seperti ini, berada di alam langsung , sepertinya lebih cepat diserap. Teori dan praktek dalam satu paket.
Situs Atu Berukir yang berada di bagian barat  Umang , tampak karit. Dipenuhi semak belukar dan tak terurus.
Batu batu besar yang bertulis Yantra, Tantra, trikona, hurup, bentuk lingkaran dan sulur suluran dan rumbai singa , sulit dikenali dan tertutup lumut tebal, akar pepohonan, daun dll.
Komplek bebatuan Atu Berukir yang sebelumnya di diketahui hampir dua puluh batu, begitu sulit dimasuki.