Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Zaini Berbicara dengan Kopi

31 Agustus 2023   22:11 Diperbarui: 31 Agustus 2023   22:25 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaini
Begitulah nama lelaki paruh baya ini. Meski bukan bergelar Profesor, namun pengetahuannya tentang kopi begitu mumpuni.

Jika berbicara kopi, Zaini  mengenal tanaman ini seperti anak kandungnya sendiri.

Di lahan kebunnya di Blang Gele, Bebesen , Takengon, Zaini melakukan risetnya. Semua jenis kopi disana, mendapat perlakuan yang diamati.

Rabu, 30 Agustus 2023, hampir seharian kami bersama. Berbicara hal hal luar biasa yang sudah dilakukan Zaini pada kopi.

Sebagai periset kopi, meski kata riset tak pernah dipakai Zaini. Juga kata eksperimen, hipotesa dll.

Namun semua yang dilakukan Zaini, berstandar ilmiah dan hasil akhir signifikan.

Lalu , bagaimana Zaini memulai semua eksprimennya dengan berbagai perlakuan pada kopi.

"Saya berbicara dengan kopi. Saat duduk dan bekerja dikebun", kata Zaini. Dengan melihat kopi , amati, menduga -duga dan menyimpulkan.

Barulah Zaini menguji hipotesanya. Setelah berbicara dengan kopi. Temuan sekaligus terobosan Zaini untuk kopi , salah satunya adalah memotong satu cabang kopi.

Kopi yang selalu  memiliki cabang  berpasangan, salah satunya dipotong. Pada saat pertumbuhan generatif.

Pemotongan secara zig zag ini bertujuan untuk Produksi cepat.Batang kuat, produksi lebih banyak.Sirkulasi udara dan sinar matahari mencukupi.

Selain itu, Zaini juga dengan berani memotong ujung cabang setelah ruas keempat. Semua yang dilakukan Zaini beralasan logis yang mungkin ilmiah.

Tujuannya akhirnya produksi kopi yang tinggi dan berkualitas .  Zaini mengaku sedih melihat petani tradisional  yang produksi kopinya rendah.

Hal ini sudah berlangsung lama dan diwariskan turun temurun. Zaini ingin pohon kopi arabica gayo diperlakukan tidak mainstream.

Sehingga bisa hasilkan lebih . Mengeluarkan semua potensi maksimal dari satu batang kopi. Hampir semua hipotesa yang dibangun Zaini dari awal penelitian terbukti

Melengkapi eksperimennya, Zaini dibantu 10 Siswi  orang SMK-PP Negeri Saree( Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian Negeri)  Saree Provinsi Aceh, menghitung jumlah biji perbongkol, banyaknya bongkol satu cabang, dll.

10 orang siswi ini selama tiga bulan melakukan praktek lapangan bersama Zaini. Zaini memberikan 35 modul kopi kepada siswi ini.

Setiap modul kopi diulas Zaini tanpa buku. Semuanya ada di ingatan Zaini yang ditulis siswi di smartphone mereka.

Setiap modul selesai para siswi akan menerangkannya kembali langsung dihadapan Zaini,siswi , bahkan orang tua siswi.

Sehingga mereka menguasai soal kopi arabica gayo dari pemilihan bibit hinga paska panen. Persis dalam satu buku.

Tiga bulan belajar dan berlatih kopi setiap hari, membuat siswi  SMK-PP Saree ini bisa setara ilmu Strata satu bahkan strata dua sekalipun .

Itulah hasil ilmiah yang didapat Zaini selama berbicara dengan kopi. Satu terobosan ilmu pengetahuan kopi yang tidak didapat dari buku manapun.

Banyak penelitian kopi lainnya yang dibukukan Zaini dalam ingatannya . Seperti kopi yang sudah berusia 13 tahun keatas, akan memiliki 150 -200 cabang.1 cabang 20 bongkol.

Dengan angka ini, satu pohon kopi arabika gayo, menghasilkan 3 sampai 4 kilogram kopi pertahun. Tinggal dikalikan jumlah pohon kopi perluasan tertentu.

Lalu dikalikan harga kopi saat itu. Umpamanya dalam satu kebun 1000 batang kopi, dikalikan 4 kilogram. Menghasilkan uang Rp.320 juta pertahun yang diterima petani.

320 juta dibagi 12 bulan, gaji petani kopi perbulan adalah 26 juta lebih. Begitulah seharusnya didapat dari lahan kopi , bila petani berkebun kopi secara profesional.

Saat berbicara dengan kopi, terkadang Zaini juga menangis. Menangis melihat kopi diekploitasi secara brutal.

Tanahnya disemprot herbisida, kopinya tidak dirawat, naungannya tidak ada. Tapi buahnya selalu diharap banyak.

"Sesungguhnya kopi menangis. Jika kita bisa merasakannya", kata Zaini menangis....

Saya tertunduk menatap bumi melihat Zaini menangis. Saat itu hujan deras di Blang Gele, seperti ikut bersedih melihat Zaini...

Hujan yang menangis...

Blang Gele, 30 Agustus 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun