Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cerutu Gayo Sepopuler Kopi

15 Maret 2021   22:03 Diperbarui: 15 Maret 2021   22:10 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adi Bale, Kepala Kampung Bale sedang memegang salah satu produk cerutu terbesar Sri Waluyo . Foto. Wrb. Koleksi Pribadi

Seperti halnya kopi Gayo yang sudah mendunia. Pak guru Sri Waluyo ingin cerutu Gayo juga sama.

Adi Bale, Kepala Kampung Bale sedang memegang salah satu produk cerutu terbesar Sri Waluyo . Foto. Wrb. Koleksi Pribadi
Adi Bale, Kepala Kampung Bale sedang memegang salah satu produk cerutu terbesar Sri Waluyo . Foto. Wrb. Koleksi Pribadi
"Setiap wilayah di Gayo memiliki tempat pembuatan cerutu. Menjadi industri cerutu dan dijual seperti halnya  kopi", harap pak guru.
Hal itu bukan tidak mungkin lanjut pak guru. Apabila para pihak seperti Pemda, Dprk dan pihak terkait lainnya bersinergi mendukung.
Dan secara bersama menjadikan tembakau komoditi andalan.

Karena tembakau bisa berharga mahal dengan perlakuan khusus. Selama ini daun tembakau basah hanya dibeli Rp. 1000,- perkilo.

Sementara tembakau hijau yang sudah dirajang dibandrol Rp. 140 ribu lebih/kilo. Tembakau kuning rp.200 ribu.

Tembakau hijau gayo juga populer sejak beberapa tahun lalu karena memiliki rasa dan aroma khas.

Tembakau hijau gayo banyak dikirim ke Jawa. Konon, tembakau hijau yang dibuat dari daun tembakau muda ini, bermula , ketika seorang petani tembakau kehabisan rokok.

Karena tinggal jauh dari perkampungan, petani tembakau ini merajang daun tembakau muda yang belum kuning.

Lalu mengisapnya. Ternyata enak dan memiliki rasa dan aroma khas . Berbeda dengan tembakau biasa yang berwarna kuning. Berasal dari daun tembakau yang sudah tua.

Tembakau hijau kemudian populer hingga kini dan dikirim ke luar daerah. ( Wrb)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun