Seperti halnya kopi Gayo yang sudah mendunia. Pak guru Sri Waluyo ingin cerutu Gayo juga sama.
Hal itu bukan tidak mungkin lanjut pak guru. Apabila para pihak seperti Pemda, Dprk dan pihak terkait lainnya bersinergi mendukung.
Dan secara bersama menjadikan tembakau komoditi andalan.
Karena tembakau bisa berharga mahal dengan perlakuan khusus. Selama ini daun tembakau basah hanya dibeli Rp. 1000,- perkilo.
Sementara tembakau hijau yang sudah dirajang dibandrol Rp. 140 ribu lebih/kilo. Tembakau kuning rp.200 ribu.
Tembakau hijau gayo juga populer sejak beberapa tahun lalu karena memiliki rasa dan aroma khas.
Tembakau hijau gayo banyak dikirim ke Jawa. Konon, tembakau hijau yang dibuat dari daun tembakau muda ini, bermula , ketika seorang petani tembakau kehabisan rokok.
Karena tinggal jauh dari perkampungan, petani tembakau ini merajang daun tembakau muda yang belum kuning.
Lalu mengisapnya. Ternyata enak dan memiliki rasa dan aroma khas . Berbeda dengan tembakau biasa yang berwarna kuning. Berasal dari daun tembakau yang sudah tua.
Tembakau hijau kemudian populer hingga kini dan dikirim ke luar daerah. ( Wrb)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H