Apalagi Dataran Tinggi Gayo memiliki lahan yang subur. "Semua yang saya lakukan secara spontan saja", kata pak guru Waluyo.
Tidak tanggung- tanggung, pak guru Waluyo memesan bibit tembakau langsung dari Havana, Kuba.
Lewat sebuah aplikasi online  milik Jack Ma. Milyarder China yang dikabarkan tidak ada kabarnya , setelah bersinggungan dengan pemerintah komunis China.
"Bibit tembakau dari Kuba itu saya beli dengan pembayaran Cash on Delivery (COD). Secuil rp.700 ribu", rinci pak guru Waluyo.
Bibit tembakau Kuba itu disemai, ternyata tumbuh baik. Lalu ditanam di areal Kampung Paya Tumpi.
Jika daunnya dijual, pak guru merugi. Modalnya sekitar rp.5 juta. Kenapa tak diolah saja. Jadi cerutu . Begitu pikir pak guru.
Kemudian mulailah pak Waluyo belajar membuat cerutu. Langsung dari Kuba. Lewat  YouTube.
Hasilnya? Ternyata tak berbeda jauh dengan cerutu Kuba yang kesohor. Meski baru, pak guru Waluyo terus memperbaiki kualitas cerutunya.
Setelah menerima masukan dari berbagai pihak. Cerutu pak guru kini sudah diuji di seputaran Takengon, Banda Aceh dan Kota lainnya.
Salah satu keunggulan cerutu tembakau Kuba ini tidak ada rasa pahitnya. Rasanya tidak mabuk dan ringan.