Zaini adalah petani kopi. Ditangannya, kopi diusahakan menampilkan potensi maksimalnya . Untuk hasilkan kualitas dan kuantitas kopi terbaik .
Untuk apa? Untuk kesejahteraan. Bukan saja untuk dirinya, tapi untuk petani lainnya. Untuk orang banyak.
Itulah sebabnya, usaha Zaini untuk pertanian kopi tak pernah berhenti. Zaini ,terus meneliti  kopi. Setiap hari.
Di lahan dan rumahnya di Blang Gele, Kecamatan Bebesen, Zaini sedang meneliti kopi dengan sistim potong cabang.
Menurut Zaini, setiap cabang baru tumbuh setiap satu bulan sekali. Umur kopi bisa dilihat dari berapa cabang yang tumbuh.
Lubang Angin/ rorak
Selain pemotongan cabang , Zaini juga membuat lubang angin atau rorak disamping  pohon kopinya.
Lubang angin berpungsi untuk menampung sampah organik dari gulma kopi, kotoran hewan hingga sampah organik rumah tangga.
Kepakaran Zaini soal kopi, membuatnya sering diminta menjadi guru tani bagi petani kopi di Tapanuli Utara.
Bagi masyarakat petani kopi  Karo, Zaini adalah motivator . Sang pencerah bertani kopi. Zaini sudah dianggap seperti saudara. Dan dalam banyak kesempatan, Zaini diminta datang memberi pelatihan.
Bagi Zaini, Tanah Karo seperti kampung keduanya. Sering Zaini memberi pelatihan di Gereja.
Isu tentang kopi Gayo tak lagi dibeli karena pandemi Covid 19 , pernah merebak beberapa bulan silam.
Ternyata isu itu hanya isapan jempol belaka yang dihembuskan oleh pengusaha. Padahal, menurut Zaini, tidak benar kopi petani kopi Gayo tak dibeli.
Kopi Gayo tetap di dibeli eksportir. Hanya saja , kopi eksport tersebut tidak bisa diekspor karena merebaknya Pandemi Covid19.
Hal ini diketahui Zaini setelah satu tim utusan "Jakarta" melakukan inspeksi terkait isu ini.
Tim Jakarta ini mendapati fakta bahwa kopi yang tersimpan di gudang gudang dan resi gudang adalah kopi pengusaha yang Tertunda eksport.
Mendapat fakta ini, tahun depan , Jakarta akan menjajaki berbagai peluang dan bantuan untuk petani kopi Gayo.
Untuk itulah nantinya, utusan Jakarta akan datang ke Takengon secara langsung mendengar berbagai hal menyangkut kopi Gayo. Langsung dari petani.
Tidak lagi melalui Pemda , koperasi dan.pengusaha. Karena informasi yang diterima selama ini tidak benar , alias bohong.
Setelah kedatangan tim Jakarta ini , kedutaan besar RI diluar negeri termasuk atase ekonomi, akan diminta mempromosikan kopi Gayo. Karena terbukti sudah sejak lama.menyumbang devisa negara.
Kini, sebuah tim Jakarta sedang berada di Gayo untuk
Mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk direpresentasikan di hadapan pemangku kepentingan nasional.
Kopi Gayo Merek Sumut
Selama ini kopi yang diekspor dari Sumatra Utara,ternyata telah menghasilkan anggapan negatif.
Kopi Gayo di Sumatra Utara dieksport dengan nama Kopi Sumatra , Lintong dan sejumlah nama lainnya.
Akibatnya , kopi Gayo seperti kehilangan marwahnya. Dan seolah olah tidak memiliki lahan produksi.
Padahal kopi Gayo ditanam diseluruh lahan dua kabupaten di tengah , Takengon dan Bener Meriah. Dan sebagian Kabupaten Gayo Lues.
Jumlah eksport kopi Gayo tidak tanggung tanggung, mencapai 80 ribu ton lebih. Bahkan diperkirakan 110 ribu ton lebih.
Dengan nilai mencapai Rp. 4-10 trilyun pertahun. Dengan tujuan eksport terbesar ke Amerika. Kedepan, sedang dijajaki eksport kopi Gayo ke negara negara Arab .
Hal ini didasari karena besarnya potensi pasar di negara Arab dan petani kopi di gayo adalah Muslim yang taat.
Eksport Kopi Langsung dari Gayo
Melihatnya banyaknya mafia pada kopi , koperasi nakal dan pengusaha yang mencampur kopi. Kedepan, sudah selayaknya eksport dilakukan langsung dari Gayo.
Para pengusaha luar, yang ingin menjadi eksportir kopi Gayo , harus memiliki gudang dan lahan jemur di Gayo. Pengiriman kopi ke luar negeri, harus dimasukkan ke kontainer siap eksport langsung dari Gayo.
(Win Ruhdi Bathin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H