Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Teh di Bener Meriah, Indonesia

27 Agustus 2020   12:25 Diperbarui: 27 Agustus 2020   12:22 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana tanaman teh pertama sekali di tanam di Dataran Tinggi Gayo?
Siapa yang pertama sekali membawanya?, Kemana teh ini dijual?, Bagaimana rasa dan aroma teh asal Gayo ini?

Tidak banyak data atau foto yang bisa didapat dari internet tentang sejarah teh di Gayo. Tepatnya di Pondok Baru. Pondok Baru lebih dikenal dengan Janarata.

Kebanyakan data dan info soal teh di Gayo, berasal dari catatan Belene ( Belanda) yang menjadi penjajah di Indonesia. Diantaranya KITVL dan Tropen Museum. Dahulu, mudah sekali mengakses situs yang berlokasi di Belanda ini. Namun kini akses sudah sulit dan berbayar.

Dalam buku John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics. Gayo History, 1900-1989. Disebutkan, sebelum jalan dibangun Belanda. Mereka terlebih dahulu sudah menanam dalam skala kecil, tanaman baru.

Potatoes and cabbage arrived in Takengon in 1905. 1908 the first arabica coffee trees were planted north of the lake.

By 1924 Dutch and other European investors had begun to lease land from Lords of the Bukit and Ciq domains for coffee, tea and vegetable estates.

Menurut Wiknyo, seorang petani dan mantan penyuluh Pertanian, rasa dan aroma teh Gayo yang terletak di Janarata Bener Meriah. Sangat disukai. "Ratu Belanda tidak akan minum teh sebelum teh dari Redlong (Bener Meriah) tiba", kata Wiknyo.

Sebelum merdeka, pabrik teh Gayo masih berdiri kokoh dan tergolong modern di dekat pasar Janarata.

Sayang, setelah merdeka, pabrik teh buatan Belanda ini di kanibal. Atau dibongkar dan besinya dijual ke Sumatra Utara.

Sejak saat itu, sejarah teh Gayo berakhir dramatis setelah sebelumnya di eksport Belanda ke Erofa dan merupakan salah satu teh terbaik dunia.

Kini, meski tidak lagi ditanam secara besar-besaran, teh Gayo masih bisa didapat di Bener Meriah, sekitar Kampung Pondok Gajah, Pondok Sayur, umumnya Kecamatan Janarata yang dijadikan pagar kebun.

Alangkah baiknya, seandainya Pemda Bener Meriah , kembali membangun perkebunan teh yang dulu terbukti sudah hasilkan uang dari eksportnya.

Belanda sudah buktikan berdasarkan analisis ilmiah, bahwa teh Gayo di Bener Meriah adalah tanaman komersil. Tanaman eksport.

Waktu dan kemauan serta analisa ilmiah yang akan menjawabnya. Paling tidak, petani tidak monokulturlagi. Yakni hanya tanam kopi. Tapi juga ada teh dan tanaman komersial lainnya.

(Sumber : facebook, Joe Renggali Seulanga)
(Sumber : facebook, Joe Renggali Seulanga)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun