Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Malio dan Zaini, Pembuat Ikon Kopi Gayo

14 Agustus 2020   08:47 Diperbarui: 14 Agustus 2020   16:45 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikon kopi Gayo karya Malio

Mereka yang Membuat Ikon Kopi Gayo

puluhan anggota DPRK dan bupati Aceh Tengah sudah berganti ayun. Tentu saja mereka orang hebat. Katanya sih orang pilihan. Katanya lho.

Orator ulung (bukan ulung lipah) , konseptor. Janjitor ( pandai berjanji. Tak harus ditepati). Belum tentu suka makan ketor (Luttawar food).

Dan tor tor lainya. Semuanya diatas kertas. Kertas putih lagi. Karena kalau kertas hitam, ngak terbaca.

Namun, hingga kini jajal ( hurup aslinya G, maksudnya gagal). Belum mampu membuat satu ikon kopi pun.

Kenapa harus ikon kopi?. Kasi tau ngak ya?. Begini. Kopi adalah napas ekonomi penduduk pegunungan ini.


Ikon kopi Gayo desain Malio
Ikon kopi Gayo desain Malio
Dari dan dengan kopi, dengan ijin Allah. Warga Koding ini menumpukan keuangannya untuk hidup.Dari kopi, untuk asapi dapurnya. Beli beras, sandang panganlah. Sampai untuk menyekolahkan anaknya.

Beli mobil, buat rumah, nikah hingga naik haji, menyempurnakan Islamnya. Bahkan hasil  kopi beli kebun kopi lagi.

Kopi sumber utama uang untuk bertransaksi dan menyambung napas.

Bagi pemerintah daerah, yang berjanji dan bersumpah atas nama petani kopi , lebih hebat lagi.

Pemda, mengambil uang resmi dari kopi rakyat. Caranya, biar sah, eh legal, diberi nama retribusi.

Retribusi diambil dari kopi kopi yang dijual atau dikirim ke luar daerah. Perkilonya sekitar Rp 300 rupiah ( angka ini harus di cek  ulang oleh pembaca).

Pertahunnya, Pemda mendapat milyaran rupiah. Dan kopi, masih di tangga teratas penyuplai uang bagi kas daerah (PAD).

Sementara itu, setiap tahun , nilai perdagangan kopi Gayo untuk Aceh Tengah saja, mencapai rp.2 trilyun lebih.

Angka ini , angka lama. Ada yang bilang mencapai Rp .5-9 trilyun. Wow...

Ikon kopi gayo
Ikon kopi gayo
Kembali ke ikon kopi .Para Pengurus daerah (Pengda) kabupaten ini, mengelola apbk , kucuran uang dari Jakarta. Setiap tahunnya, diatas Rp. 1 trilyun.

Setengahnya terpakai untuk uang habis pakai. Gaji asn, DPRK, kertas, mobil dinas mewah, kunker, sewa dll.

Selebihnya untuk proyek yang ber fee tentu saja. Dan karena fee itu banyak yang di hotel prodeo dan ribut berjamaah. Dan semua uang itu , tak ada satupun untuk sekedar simbol kopi.

Simbol kopi atau ikon kabupaten ini, minimal untuk swa foto bahwa sudah berada di Kabupaten Kopi Indonesia, Takengon, Aceh Tengah, Indonesia. Anggota Asean.

Tapi sudahlah , masih banyak nasi yang akan ditanak. Meski banyak nasi -  nasi yang jadi bubur.

Menurut catatan saya yang awam. Ada dua orang warga Takengon yang hanya warga biasa. Membuat ikon kopi.

Mereka bukan poli-tikus atau biro-krat ( bukan krat krat atau bagi bagi). Hanya warga sipil biasa yang terkadang tak memiliki uang di tabungan.


Zaini, sebelah kanan dan ikon kopinya
Zaini, sebelah kanan dan ikon kopinya
Mereka adalah Malio Adnan, dari Arul Relem Kecamatan Silih Nara yang kini bermigrasi di Toa. Masih Indonesia.Siapa Malio Adnan? Sebaik dilihat rekam jejak digitalnya.

Dan Zaini. Dulu di Merah Mege, Batu Lintang. Kini bermukim di Blang Gele. Orang sederhana yang hebat.


Ikon kopi Gayo karya Zaini
Ikon kopi Gayo karya Zaini
Mereka membuat ikon kopi tanpa proposal. Tanpa tandatangan proyek. Dan jadi. Ngak pula ribut atau orasi dulu.Ternyata, membangun itu sederhana saja. Ada ide, siapkan uang dan kerjakan. Tak semuanya uang harus dibawa pulang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun