Zaini adalah petani kopi di Gayo. Menjadi petani selama puluhan tahun, membuat Zaini paham. Kenapa produksi kopi petani kopi rendah.
Produksi kopi petani kopi di Gayo hanya 700 kilogram. Per hektar per tahun. Menurut data resmi dinas perkebunan. Eh, tapi dinas perkebunan di Takengon, sudah tidak ada. Digabung ke dinas pertanian. Jadi salah satu bidang saja.Â
Zaini mengaku tamatan S3. Syukur Selesai SMA. Snya ada tiga. Kata Zaini sambil tertawa di WRB Cafe Shop. Agustus 2020
Sudah sejak lama Zaini resah. Resah pada rendahnya produksi kopi petani tradisional. Dengan hasil kurang dari satu ton ini, berarti petani kopi belum sejahtera. Masih melarat.
Banyak petani, mahasiswa, sipil, lembaga yang belajar dari Zaini , soal kopi. Mereka yang datang belajar, bukan saja warga lokal. Tapi regional bahkan dari luar negeri.
Prestasi Zaini, bukan kaleng kaleng , kata orang Medan.Â
Ditahun 2010 lalu, kopi Zaini memenangkan  kontes Specialty Kopi Arabica Indonesia  di Bali.
Dengan  skor yang diuji oleh Specialty Coffee Asosiation of Amerika (SCAA) dan Coffee Quality Institute (CQI) meraih nilai tertinggi  85,43.
Namun, Zaini merasa semua itu belum mampu menyelesaikan persoalan rendahnya produksi kopi.
Dan Zaini tak bisa menyembunyikan resah gelisah nya. Metode yang dipakainya hanya bisa menjangkau sebagian orang atau petani saja.
- Tawarkan Konsep Revolusi Kopi
Zaini menawakan sebuah konsep percepatan peningkatan SDM kopi bagi petani. Tentu saja hal ini bisa dilakukan Pemda, cq Dinas Pertanian setempat.
Karena kalau Zaini seorang, tentu memiliki kemampuan dan dana yang terbatas. Sementara Pemda mengelola uang trilyunan tapi tanpa visi misi yang jelas tentang kopi Gayo.
Kebun percontohan bisa dilihat petani langsung, bagaimana mengelola kopi secara modern sehingga hasilkan produksi mencapai 3 ton lebih perhektar.
"Mudah bagi petani bertanya dan praktek untuk meningkatkan produksi. Ada rangsangan atau stimulus bagi petani" harap Zaini.
Cara ini, menurut Zaini sangat efektif sebagai upaya mendorong produksi kopi agar lebih sejahtera secara ekonomi. Artinya, ada peran nyata pemerintah secara berkelanjutan.
Kekuatiran Zaini lainnya adalah tingginya tingkat pembukaan lahan kopi baru. Setiap hari hutan di Gayo ditebang.
Sementara produksi di lahan produktif sangat rendah. "Konsepnya adalah intensifikasi", jelas Zaini.
Efeknya adalah perubahan iklim yang ekstrim. Dan itu sudah dirasakan petani kopi Gayo. Ditandai dengan naiknya serangga pembusuk buah kopi (PPKO). Hingga ketinggian 2560 MDPL Di kawasan Batu Lintang, Aceh Tengah.
Bagi Zaini, meningkatkan produksi kopi dilakukan dengan konsep ramah lingkungan. Dengan.pupuk organik.
Pertanyaannya, maukah Pemda membuat kebun percontohan di 14 Kecamatan Aceh Tengah?
Beranikah Pemda sisihkan dana untuk program tersebut?
Zaini berani teken diatas materai bahwa program peningkatan tersebut akan berhasil naikkan produksi kopi.
Dari 700 kilogram perhektar pertahun hingga 1.5 ton -4 ton perhektar pertahun.
Mari sambut Tantangan Zaini. Kalau laki!
Foto : FB Zaini
Zaini Wen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H