Adalah Bentara Linge yang pertama sekali yang mengenalkan aksara Gayo ini .setelah berpuluh tahun lamanya dia belajar tulisan aneh dan asing dalam catatan orang tuanya.
Tertatih -tatih Bentara Linge memaknai setiap simbol huruf sendiri karena tak ada tempat belajar.
Apalagi sang Ama  (Ayah ) yang memiliki catatan tersebut terlebih dahulu wafat saat dia masih kecil.
Awalnya, Bentara Linge mengambil catatan tersebut dan berharap mendapat rapalan do'a atau kesaktian dari ilmu orang tuanya.
Memang buku notes tersebut berisi rapalan ilmu Kanuragan Gayo masa lalu yang umumnya dimiliki lelaki Gayo.
Rapalan tersebut dalam berbagai bahasa, seperti, Arab Jawi, Gayo bahkan Aceh. Hanya saja setiap penjelasan do'a tersebut dalam bahasa atau simbol huruf yang aneh dan tidak diketahui Bentara.
Disinilah persoalan pelik bermula. Bentara Linge bak berjalan dalam gelap tanpa suluh. Sementara banyak dari rapalan do'a tersebut sudah dihapal, namun penggunaannya tidak diketahui.
Tidak putus asa, Bentara bertanya pada orang tua di Kampungnya, Linge. Akhirnya, titik terang mulai terbuka. Do'a atau ilmu atau rapalan yang di duga Bentara ilmu pengasihan , Â ternyata do'a tegep (kekuatan-gayo).
Dari ejaan sederhana itulah kemudian Bentara Linge coba memecah huruf - huruf yang tersusun aneh tersebut selama berpuluh tahun seraya bertanya tanya banyak orang Gayo.
Kemudian Bentara Linge berhasil mengetahui kalau yang ada dalam catatan Amalnya tersebut adalah Aksara Gayo dalam Bahasa Gayo, setelah berpuluh tahun dipelajarinya.
Awalnya, Bentara Linge, lelaki berperawakan sedang dan berkulit gelap ini, sudah mencoba berkali-kali mencoba memperkenalkan aksara ini kepada pemerintah daerah melalui orang - orang yang dianggap berpengaruh dan dekat dengan penguasa. Tapi gagal dan tidak direspon.
Disisi lain, Bentara Linge juga sangat ingin kekayaan bahasa Gayo ini juga bisa menjadi milik masyarakat Gayo dan kemudian dipakai menjadi khasanah budaya Gayo.
Ditengah upaya yang pupus dan ketidakpedulian sistim yang korup dan berorientasi pada fee di setiap dinas dan instansi, Bentara Linge bertemu Segertona Gayo.
Meski Segertona Gayo bukanlah lelaki populer, tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh lainnya, namun lelaki lajang bertubuh ceking yang merupakan seorang guru di Kampung Serule ini, sabar dan telaten mengenalkan aksara ini.
Mereka berdua, dengan biaya sendiri bertemu dengan orang - orang dianggap berpengaruh dan bisa mempopulerkan aksara Gayo ini. Proses itu berlangsung lama dan penuh kesabaran dari keduanya.
Lembaga resmi pemerintah ini kemudian mengenalkan aksara Gayo ini dalam Focus Group Discusion (FGD) dan agenda lainnya dalam lingkup Kabupaten Aceh Tengah.
DR Joni kemudian membandingkan aksara ini setidaknya dengan 80 aksara dunia dan tidak ada yang sama
Akhirnya, 2017 tahun usia dunia, Gayo kini memiliki aksaranya sendiri yang selama ini  tersimpan bak harta karun.
Aksara dan bahasa Gayo ini memiliki vokal dan konsonan serta hurup sambung yang lengkap. Bisa dipelajari, dikuasai, ditulis dan dipergunakan menjadi alat komunikasi , seperti tulisan India, Thailand, Jawa dan lain -lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H