Mohon tunggu...
Winarto SPd
Winarto SPd Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Ruang Tuang Rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warung Kopi Hadir sebagai Terminal Informasi

2 Juli 2024   07:44 Diperbarui: 2 Juli 2024   20:16 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung kopi di Pasar Tengah, tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang berdiri sejak 1970-an. (KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA)

Tahukah kamu, kalau hanya dengan lima ribu rupiah kamu bisa akses informasi terkini?

Hanya dengan membeli secangkir kopi seharga lima ribu rupiah kamu bisa menikmati informasi terbarukan.

Warung kopi di desa dengan berbagai latar belakang profesi pelanggan selalu menghadirkan informasi terbarukan.

Beda sekali dengan lapak-lapak sayuran, pelanggan yang didominasi ibu-ibu lebih sering bertukar informasi bertajuk gosip belaka. 

Warung kopi di desa-desa tidak hanya diisi minuman dan gorengan, bahkan politik, ketahanan pangan, stabilitas ekonomi turut dijajakan.

Bertukar informasi dengan penyampaian sederhana, saling tertawa, bahkan debat panas turut menghiasi.

Warung kopi di desa yang didominasi pelanggan kelas menengah ke bawah, selalu ada saja yang dibicarakan.

Berbicara politik

Pada tahun politik seperti saat ini, mulai pemilu dan pilkada semua lapisan masyarakat membicarakannya.

Pelanggan warung kopi desa tidak kalah juga membicarakan politik.

Pelanggan yang tidak paham sama sekali tentang politik, tidak mengetahui strategi politik, bahkan tidak mengenal calon pemimpin saja terlihat lihai mendebatkan. 

Mereka tampil bagaikan motor-motor penggerak partai dengan baik menawarkan calon unggulannya. Jika selisih pandangan sedikit saja, debat panas langsung terbuka.

Bagaimana tidak, semua yang datang punya jagoan calon pemimpin masing-masing. Pelanggan yang bijaksana ikut tampil menengahi. 

Uniknya setelah pembicaraan berujung perdebatan, nikmatnya kopi kembali mengembalikan suasana damai dan ada saja bahan untuk tertawa bersama.

Sumber: Doc Pribadi
Sumber: Doc Pribadi

Ketahanan pangan

Beda sekali dengan yang disampaikan presiden, menteri, gubernur, dan bupati terkait program ketahanan pangan di negara ini. Warung kopi desa dengan pelanggan yang didominasi petani, lebih seru pembicaraannya tentang ketahanan pangan.

Mereka bicara tentang praktek melalui pengalaman pribadi dari hasil bertani bukan hanya tentang teori. 

Bibit unggulan, pupuk yang sulit didapatkan, obat-obatan pertanian paling manjur, bahkan prediksi kebutuhan pasar ke depan ikut dibicarakan.

Mereka punya kearifan lokal dalam memprediksi musim dengan ilmu titen. Kapan tahun ngetoni, kapan tahun gagal panen sudah diketahui. 

Kondisi lahan dan tanaman yang berpeluang menghasilkan saling disampaikan. Mereka yang ingin bertani bisa menyimak dan menyerap ilmu dari pembicaraan yang disampaikan.

Sungguh nikmatnya seminar ketahanan pangan dunia pertanian di warung kopi. Hanya dengan lima ribu rupiah kita bisa menerima banyak ilmu tentang pertanian dari pakar-pakar tanpa gelar.

Stabilitas ekonomi

Pelanggan warung kopi di desa-desa tidak mengenal ilmu tentang stabilitas ekonomi.

Mereka tidak paham tentang ekonomi makro dan mikro, mereka tidak banyak tahu tentang kebijakan program-program pemerintah di dunia perekonomian. 

Pelanggan yang didominasi bapak-bapak kepala keluarga saling bertukar pikiran mengenai sulitnya kondisi saat ini.

Kebutuhan hidup yang semakin tinggi serta kebutuhan keluarga yang terus bertambah mereka bicarakan.

Tips-tips tentang mempertahankan stabilitas perekonomian keluarga saling disampaikan.

Bagaimana tidak, saat ini apa-apa serba mahal pendapatan tidak tentu, kalau tidak punya strategi terbaik dapur di rumah bisa berhenti mengebul.

Lagi-lagi seruputan kopi kembali menenangkan, seolah-olah tampak hari ke depan perekonomian masih aman.

Selain topik pembicaraan di atas, di warung kopi desa jika kita menyampaikan hal kecil apapun bisa langsung tersebar.

Pelanggan dengan kedewasaannya paham betul tentang manajemen isu dengan cara nya sendiri.

Informasi yang diserap tidak langsung ditelan mentah tetapi dikaji kebenarannya sebelum dijadikan bahan pembicaraan.

Warung kopi jika diperhatikan lebih lanjut tidak hanya tempat melepas penat, dan penggugur dahaga saja.

Tetapi, warung kopi terkhusus di desa-desa menjelma terminal informasi. Cara-cara sederhana dalam menyampaikannya mudah diterima.

Walaupun kehidupan selalu dihiasi permasalahan, warung kopi selalu hadir membawa solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun