Mohon tunggu...
Win Winarto
Win Winarto Mohon Tunggu... -

Berusaha untuk selalu bermanfaat dengan menjadi pemerhati politik, ekonomi dan perbankan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pahlawan Obor Rakyat...

15 Juni 2014   03:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:42 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada contoh lebih mutakhir, yang dilampirkan dalam tulisan panjangnya pula. Pengalaman dua senior Darmawan dan Setiyardi di Tempo, Ahmad Taufik dan Eko ‘Item’ Maryadi, senior di Kampus Unpad, Dipati Ukur, Bandung. Keduanya, Taufik dan Eko, September 1995, dijatuhi hukuman 32 bulan penjara di era rezim Orde Baru.

Ahmad Taufik yang saat itu ketua Presidium Aliansi Jurnalis Independen(AJI) dan Eko Maryadi, kepala sekretariat AJI, dijatuhi hukuman karena menerbitkan majalah Suara Independen. Majalah itu dibuat para aktivis setelah pembreidelan Majalah Tempo, Juni 1994.

Mengutip tulisannya; dalam pertimbangan putusannya, hakim mengemukakan Ahmad Taufik dan Eko Maryadi terbukti bersalah "menyebarkan rasa permusuhan kepada pemerintah melalui tulisan di Independen. Melanggar pasal 154 jo 55 KUHP. Kedua terdakwa juga disebut hakim, melanggar pasal 19 UU Pokok Pers 1982, yakni menyalahgunakan fungsi pers untuk kepentingan pribadi dan golongan. "Tindakan itu bisa memecah belah persatuan bangsa," kata hakim.

Kalaulah Obor Rakyat produk jurnalistik, lalu kenapa Darmawan dan Setiyardi dengan sadar mengambil bahan-bahan bernada provokatif dari semua yang berseliweran di laman sosial media? Ada jawaban Darmawan Sepriyosso: Karena pengalaman kami mengatakan, cara itulah yang paling efektif dalam menyebarkan pikiran. Kami kembali berutang kepada Rupert Murdoch, yang untuk soal ini berkata,” I think a newspaper should be provocative, stir ‘em up, but you can’t do that on television…”

Lalu, kutipan tulisan Darmawan menjelang akhir: "Jadi, kalaupun sahabat semua menilai pikiran kami naif, kami melihat kerja kecil kami ini sebagai bentuk perjuangan. Perjuangan untuk mengingatkan, perjuangan untuk menyatakan suara—bahkan kalau pun yang bersuara seperti itu di negeri ini tak lebih dari bilangan jari jumlahnya.

Dan insya Allah, kami pun selalu merawat perjuangan itu dengan doa. Karena kami membaca melalui kisah para nabi dan orang-orang terpilih, dengan gamblang terlihat bahwa perjuangan dan doa menjadi piranti penting untuk menumbuhkan harapan dan merawat optimisme.

Maksudnya, kalau tidak salah, lewat Obor Rakyat yang disebar gratis khusus di pesantren-pesantren di Jawa itu, Darmawan dan tentu juga Setiyardi, ingin mengingatkan Jokowi, yang dituding bersalah karena nyapres. Salah, karena Jokowi meninggalkan kursi Gubernur DKI Jakarta, yang belum selesai masa pengabdian pertamanya, dengan jadi capres.

Dari situ, terbayang kalau pasangan Capres Prabowo Subianto-Cawapres Hatta Rajasa, menang dalam Pilpres, 9 Juli 2014, Darmawan Seprayossa dan kawan-kawan di Obor Rakyat, bakal menjadi pahlawan pergerakan. Setidaknya, seperti Marco Kartodikromo dan Adinegoro itu.

Satu hal, bagian ini tidak bermaksud menggiring opini, seolah pihak di belakang penerbitan itu, kubu Prabowo-Hatta. Logikanya, tulisan di tabloid itu, menyerang Jokowi, yang diuntungkan tentulah pasangan Praha itu. Jadi, dengan mencoba memahami alur tulisan soal media partisan di era perjuangan itu, jika capres Prabowo-cawapres Hatta yang memenangkan pertarungan, Darmawan Seprayossa dan kawan-kawan pastilah menjadi pahlawan, pahlawan karena Obor Rakyat.

Itulah persfektif lain dari makna pahlawan yang menyembul dari tulisan panjang Darmawan Seprayossa itu. Kalau terjadi salah tangkap makna, maafkanlah ya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun