Mohon tunggu...
Win Winarto
Win Winarto Mohon Tunggu... -

Berusaha untuk selalu bermanfaat dengan menjadi pemerhati politik, ekonomi dan perbankan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Tegas, Berani Ambil Resiko

23 Juni 2014   06:23 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"JANGAN dipikir saya tidak bisa tegas. Tegas adalah berani memutuskan, berani mengambil resiko."

Itu pernyataan tegas Capres Joko Widodo menjawab pertanyaan capres nomor urut satu Prabowo Subianto, dalam Debat Capres seri ketiga di Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/6) malam.

Dalam debat menuju Pilpres 2014 yang dipandu Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana itu, Jokowi menjawab pertanyaan Prabowo Subianto soal apa yang akan dilakukan jika kedaulatan negara atau wilayah RI diduduki pihak luar. Jokowi menjabarkan kalau ada masalah seperti batas maritim, tapal batas yang belum jelas, jalur diplomasi government to government akan dikedepankan terlebih dahulu.

Kalau pulau atau wilayah yang diduduki sudah jelas milik Indonesia,  berbeda penanganannya. Karena, sudah menyangkut kedaulatan, kepentingan nasional, kepentingan rakyat. Kalau masalah batas maritim yang belum jelas, batas patok belum jelas, kata Jokowi, G to G dikedepankan. "Kalau sudah jelas (tapi tetap) diduduki, apapun akan kita lakukan. Hal-hal yang menyangkut kedaulatan kita, kita akan buat rame."

Poin pentingnya, ketegasan seorang pemimpin tidak ditentukan oleh latar belakangnya sebagai militer, atau kalangan sipil. Karena tegas dalam persepsi mantan Walikota Solo itu, berani memutuskan dan mengambil resiko. "Resiko akan ambil sebagai pimpinan nasional. Kalau betul-betul wilayah kedaulatan nasional kita diduki, apapun akan kita lakukan."

Kita buat rame

Seperti ditulis Tempo.co, Minggu malam, pernyataan Jokowi soal ketegasan sebagai pemimpin nasional itu langsung jadi perbincangan hangat di media sosial twitter. Para pengguna twitter mengapresiasi pernyataan itu. Salah satunya, dari Tika Panggabean melalui akunnya @tikapanggabean: Kita buat rame!, jangan dikira saya tdk bisa tegas!” Sedaaap!!. Saya juga #Tegaspilih2 #salam2jari. Twit personel Project Pop itu juga dilengkapi dengan emoticon 3 jempol dan love.

Pengguna twitter lainnya, B Mendrofa dalam akunnya @b_mendrofa malah menilai Jokowi lebih militer ketimbang lawannya. @b_monoarfa Gilee trnyta pak lebih militer & strategical bgt lebih panglima & lbh jenderal, "Jangan Pikir sy Tidak Bisa Tegas" #TegasPilih2.

Ernest Prakasa, pelawak tunggal atau comic asal Bali itu juga memuji ketegasan Jokowi. dalam akunnya @ernestprakasa, “Soal kedaulatan, keliatan bgt Jokowi bingung cari kata pengganti u/ "serbu" / "perang". KITA BUAT RAME! :)) #TegasPilih2.

Ketua Pembina Paguyuban Pasundan Ginandjar Kartasasmita mengatakan, pemimpin Indonesia tidak harus berlatarbelakang militer. Ketegasan, tak identik dengan militer, tapi juga dimiliki sipil. "Pemimpin itu tidak harus berlatarbelakang militer untuk tegas dan berani. Bung Karno seorang sipil. Bekerja sama dengan Jenderal Soedirman untuk Bangsa Indonesia," ujar Ginandjar saat menyambut Cawapres pasangan Jokowi, Jusuf Kalla di Bandung, Sabtu (21/6).

Ginandjar yang juga politisi Partai Golkar mengatakan ketegasan tepat bukan dimunculkan dalam bentuk kekejaman, kekejian, dan kekerasan. "Ketegasan yang tepat disertai kasih sayang, dan hal itu ada dalam sosok Jokowi-JK."

Sejak di Solo

Ketegasan Jokowi sudah sejak lama. Setidaknya, saat menjabat Walikota Solo, pada 2011, Jokowi menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bekas Pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Solo. Walaupun menuai polemik dengan Gubernur Jateng saat itu, Bibit Waluyo, yang diusung PDI Perjuangan, Jokowi tetap bersikukuh menolak rencana tersebut.

Alasan utama Jokowi ketika itu, mengedepankan kepentingan rakyat, bukan kepentingan elit penguasa. Masuk akal kalau ia mendapat dukungan luas masyarakat, sampai terpilih dalam dua periode memimpin Solo.

Ketegasan Jokowi membela kepentingan rakyat itu, jelas memiliki implikasi sangat besar bagi Kota Solo. Seperti dikutip dari Tribunnews.com, karena keputusannya itu, pedagang, pelaku UKM dan pasar tradisional di Solo tetap terjaga kelangsungan hidupnya. Mereka tak lagi khawatir kehilangan mata pencaharian dari kehadiran mal baru.

Dari contoh ketegasan inilah, terlihat pendekatan ekonomi kerakyatan apa yang selalu diusung Jokowi. Yakni, ekonomi kerakyatan yang berpihak pada rakyat menengah kecil. Ketegasan itu merujuk pada sikap dan keputusan Jokowi. Kalau taruhannya harus melawan pihak-pihak yang seringkali dianggap khalayak lebih berkuasa, Jokowi siap.

Dalam masa kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga tegas menjalankan keputusan yang dianggapnya sudah berada dalam rel. Salah satu contohnya, ketegasannya tetap mempertahankan Lurah Susan, meski mendapat tentangan kuat, disertai demonstrasi. Susan dipertahankan karena telah terpilih melalui proses lelang jabatan, sebuah mekanisme pencarian pejabat ala Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun