Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Elegan dalam Berdiskusi

25 Desember 2013   05:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:31 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskusi: Mengapa Penting?


Pada dasarnya, diskusi bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteksnya, diskusi bisa dilakukan dalam lingkup keluarga, sekolah, hubungan antar teman, organisasi dan institusi, yang dilakukan secara formal atau informal. Diskusi (atau dalam bahasa Inggris disebut dengan discussion) ialah salah satu metode belajar mengajar dengan cara melakukan tukar menukar pikiran, ide dan gagasan. Dalam pengertian dan konsep umum, discussion dalam kamus Cambridge diartikan "when people talk about something and tell each other their ideas or opinions." Jadi, inti dari diskusi adalah pembicaraan yang melibatkan beberapa orang atau kelompok, dengan mengangkat tema tertentu dan masing-masing pihak yang terlibat dalam diskusi dapat mengutarakan pendapat, gagasan dan idenya.

Diskusi tidak saja dilakukan secara lisan melalui tatap muka secara langsung, namun juga secara komunikasi tertulis dengan membahas topik tertentu yang sudah ditetapkan. Dalam jurnal-jurnal akademik, banyak ditemui diskusi-diskusi ilmiah para pakar dalam bidang tertentu. Saat sebuah hasil penelitian dipublikasikan oleh seorang penulis/peneliti, peneliti lain dapat mengkritisi hasil penelitian tersebut dalam sebuah tulisan. Kemudian, kritisi atas hasil penelitian tersebut, kembali mendapatkan komentar dari penulis. Sekali lagi, publik dan pihak-pihak yang terlibat dapat merasakan hasil buah dari tukar pendapat dan opini dalam sebuah diskusi.

Dalam perkembangannya, diskusi meluas melalui media Internet, dalam bentuk blog, jejaring sosial dan microblogging. Melalui tulisan di blog, catatan di Facebook, atau kicauan di Twitter, tiap-tiap orang bisa mengeluarkan pendapat mereka melalui media-media tersebut. Dengan adanya teknologi teleconference (misal Skype), diskusi yang pesertanya berbeda daerah dan waktu bisa tetap dilakukan. Tidak jarang, diskusi di dunia maya tersebut, ditindaklanjuti melalui diskusi kopi darat (kopdar). Misalnya, ada sebuah di grup di Facebook yang mendiskusikan wacana dan rencana pembangunan sebuah kota. Berbagai pendapat dilemparkan di Facebook. Untuk lebih mengejawantahkan dan membumikan hasil diskusi, maka dibuat forum tatap muka, yang membahas hal-hal krusial sehingga bisa dijadikan usulan pembangunan sebuah kota. Sangat menarik, bukan?

Tetapi, satu hal yang menjadi catatan, baik diskusi lisan dan tertulis (lewat jurnal ilmiah, tulisan popular atau media Internet) adalah bahwa etika dan norma-norma berdiskusi harus dipahami dan dijalankan. Mengacu pada pengertian serta contoh di atas, karakter unik dari sebuah diskusi adalah "kebebasan" pihak yang terlibat untuk melemparkan opini, pendapat dan pandangan. Tetapi, kebebasan di sini bukanlah kebebasan tanpa batas dan norma-norma. Dalam berdiskusi, masing-masing pihak yang ikut berdiskusi perlu menggunakan etika dan norma-norma, sehingga diskusi yang dilakukan berbuah hasil; bukan sebuah diskusi yang tanpa isi; dan bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam sebuah diskusi.

Pegang Norma dan Etika


Diskusi adalah sebuah bentuk komunikasi, yang melibatkan pemberi dan penerima informasi melalui sebuah media tertentu, misalkan secara lisan atau tertulis. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi gangguan komunikasi dalam berdiskusi, masing-masing pihak perlu tahu dan memahami norma dan etika dalam berdiskusi, yang disesuaikan dengan media dan sarana komunikasi yang digunakan. Misalkan dalam diskusi lisan dan tatap muka secara langsung, setiap peserta diskusi harus menghormati orang yang sedang mengutarakan pendapatnya dengan cara memerhatikan setiap kalimat yang disampaikan dan tidak membuang muka.

Jika diperlukan, seseorang bisa mencatat pandangan dan ide yang diutarakan, dan jika ada pertanyaan atau ingin menanggapi, seseorang bisa menyampaikannya ketika sudah diberi waktu. Yang penting, jangan sampai menyela/memotong seseorang yang tengah beropini. Sering ditemui ada orang yang ketika melihat suatu opini dan pendapat berbeda, maka secara langsung menyela pembicaraan orang lain. Ada baiknya ditahan terlebih dahulu, dan menunggu orang yang bersangkutan menyelesaikan pembicaraannya.

Dalam beberapa kasus, jika ingin menyampaikan ide dan pandangan, seseorang harus mengenalkan diri terlebih dahulu sehingga peserta lain bisa mengetahui nama beserta dengan latar belakangnya. Ada pepatah mengatakan, "tak kenal, maka tak sayang" demikianlah hendaknya dalam setiap diskusi, penyebutan nama dan identitas sangat penting, tidak saja untuk mengetahui siapa yang berbicara, tetapi juga menyangkut tanggung jawab atas opini dan pendapat yang dilontarkan.

Dalam diskusi online melalui Facebook, Twitter atau forum-forum, persoalan identity pihak yang terlibat diskusi seringkali menjadi bahan dan topik diskusi tersendiri. Karena sangat mudah mendaftar dan tergabung hanya dengan memanfaatkan alamat email, banyak orang yang menggunakan fake account lantas bergabung, berpendapat dan berkomentar dalam sebuah diskusi, forum atau postingan sebuah blog. Persoalan yang muncul kemudian apabila akun palsu tersebut berkomentar dengan menyenggol isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Lantas, banyak akun lain yang "menyerang" komentar tersebut, namun akibatnya, arah dan fokus diskusi menjadi terdistorsi.

Sekali lagi, persoalan norma dan etika untuk menggunakan identitas asli dalam diskusi baik tatap muka maupun melalui dunia maya sangatlah penting. Hal tersebut berkaitan dengan tanggung jawab atas pendapat, opini dan gagasan yang dikemukakan. Jika membuat akun palsu hanya untuk "ngubak-ubak banyu bening" saja dan memperkeruh suasana, hal tersebut akan mengganggu proses jalannya diskusi serta bahasan topik yang sedang didiskusikan.

Masih terkait dengan penggunaan identitas asli, satu hal yang tidak kalah penting terkait hal tersebut adalah tidak melarikan diri setelah berkomentar sesuatu, apalagi komentar tersebut mengundang banyak pendapat/opini pihak lain. Lantaran hanya ingin membuat rusuh, akun-akun palsu berumur tidak panjang. Selepas berkomentar atau berpendapat, mereka lantas tidak pernah lagi muncul, bahkan tidak bertanggung jawab atas apa yang telah dikemukakan. Hal ini tentu saja dapat mengurangi esensi dari diskusi. Maka itu, tetap menggunakan identitas asli dan tetap menjawab setiap komentar dan tanggapan, terutama dalam diskusi online, akan sangat membantu dalam proses berdiskusi.

Diskusi: Sebuah Wahana Menghargai Perbedaan


Sebagaimana definisi dan pengertian diskusi pada bagian awal tulisan ini, inti dari diskusi adalah wadah dan sarana bertukar pandangan, opini, gagasan dan pendapat terhadap sebuah topik permasalahan. Untuk itu, satu kesadaran yang perlu dimengerti dan ditanamkan pada pihak peserta diskusi adalah menghargai bahwa perbedaan pendapat pasti akan selalu ada. Ada yang pro terhadap suatu permasalahan, akan ada yang kontra, demikian pula akan ada yang berada pada wilayah abu-abu. Apapun posisi yang diambil oleh peserta diskusi, yang terpenting adalah masing-masing memiliki alasan dan argumen mengapa mereka memilih posisi tersebut.

Dalam diskusi mengenai penyelesaian sebuah masalah sampah dan kota, misalnya, banyak pendapat yang akan muncul mengenai cara penanganan sampah tersebut. Ada yang berpendapat dengan metode A, namun kemudian disanggah bahwa metode A terlalu high cost, sehingga akan lebih cocok dengan metode B. Well, semuanya itu sangatlah wajar dalam sebuah diskusi karena nature diskusi adalah bertukar pandangan, pendapat dan opini. Masing-masing pihak bebas untuk beropini, sepanjang didukung dengan alasan-alasan dan argumen yang logis dan masuk akal.

Dalam konteks dan konsep diversity, perbedaan pendapat dan opini adalah sebuah hal yang wajar, sebab pada hakekatnya manusia juga berbeda-beda. Malahan, perbedaan dalam hal opini dan pendapat dapat berpengaruh kualitas keputusan yang diambil, jika dikelola dengan baik. Perbedaan opini dan gagasan tersebut bisa terjadi lantaran perbedaan jenis kelamin, latar belakang pendidikan hingga pengalaman. Oleh sebab itu, menghargai perbedaan dalam sebuah diskusi, baik online maupun offline sangatlah perlu diperhatikan. Karena perbedaan opini dan gagasan dapat berdampak pada kualitas hasil diskusi, maka masing-masing pihak yang terlibat dalam diskusi, perlu memberi waktu kepada setiap orang yang menyampaikan pendapat dan gagasannya.

Bentuk menghargai perbedaan pendapat dan opini adalah dengan cara mengontrol emosi, sehingga tidak mengeluarkan kata-kata yang mengganggu/menyinggung orang lain. Selain tetap menyimak dan mendengarkan, cara menghargai adalah tidak menertawakan pendapat dan opini seseorang. Pendapat yang mungkin dianggap bodoh, tetaplah pendapat yang harus dihargai dan tidak boleh ditertawakan/diolok-olok. Suatu kali saya mengikuti diskusi di kampus. Salah seorang peserta, sebelum menyampaikan pertanyaannya berkata bahwa dia mungkin akan menyampaikan "stupid question" namun, semua yang hadir termasuk professor yang menjadi narasumber tetap memerhatikan dengan seksama. Bahkan, mereka yang terlibat perdebatan seru di kelas karena berbeda pendapat dalam sebuah topik, setelah selesai berdiskusi, mereka akan bersikap biasa, bahkan bisa duduk dan minum kopi bersama di kafe.

Untuk menciptakan iklim menghargai perbedaan pendapat perlu dilakukan sedari dini, dimulai dari keluarga hingga sekolah. Di Belanda misalnya, anak-anak sekolah sudah dibiasakan untuk menyampaikan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Mereka dilatih agar bisa menyampaikan pendapat dengan penuh percaya diri, dan mendengarkan pendapat atau opini orang lain. Jika ada yang dinilai kurang tepat, maka terjadilah dialog untuk saling mengkonfirmasi dan bertanya jawab.

Menciptakan Diskusi yang Elegan


Diskusi yang elegan tidak terjadi dengan begitu saja. Diskusi yang elegan harus dibangun dan diciptakan. Pertama, perlu ditanamkan bahwa perbedaan pendapat dalam sebuah diskusi adalah sebuah konsekuensi logis yang harus diterima dan dihargai. Dengan adanya perbedaan pendapat, ide dan gagasan dari berbagai macam perspektif tersebut, jika dikelola dengan baik, akan menghasilkan output yang berkualitas.

Hal kedua untuk menciptakan diskusi yang elegen adalah mensyukuri apabila ada orang yang menyanggah, bertanya bahkan mendebat pendapat kita. Mengapa? Sebab dengan adanya sanggahan, pertanyaan dan perdebatan, kualitas ide dan gagasan kita akan semakin terasah. Bukankah besi menajamkan besi dan manusia menajamkan sesamanya? Jadi, ketika ada pertanyaan dan sanggahan, syukurilah! Dari sanggahan tersebut, biasanya akan lebih memertajam ide dan gagasan yang disampaikan.

Ketiga, agar diskusi elegan, para peserta diskusi perlu menguasai materi yang didiskusikan. Baik diskusi online maupun offline, penguasaan materi adalah hal penting yang tidak bisa ditolak, mengingat kualitas gagasan yang dilemparkan, terkait dengan materi yang dikuasai. Materi-materi tersebut akan menjadi bahan dalam memertahankan ide dan opini yang disampaikan, lewat adu argumentasi. Dalam diskusi offline lewat Facebook, blog atau Twitter, mungkin akan sedikit tertolong karena ada "jeda waktu" sehingga seseorang bisa mencari bahan pendukung lewat Google atau sumber yang lain. Namun, dalam diskusi offline dan kopdar, penguasaan materi sangatlah perlu, otherwise, akan kelimpungan menghadapi berbagai adu argumentasi dan pendapat yang mengalir.

Berikutnya, keempat, diskusi yang elegan ditandai dengan para peserta diskusi yang bertanggung jawab atas ide gagasan yang disampaikan. Dalam konteks diskusi online dan offline, perkenalan dan penggunaan identitas asli akan sangat berpengaruh pada kredibilitas hasil diskusi. Dalam sebuah kasus, misalkan, ada pendapat dan komentar yang mungkin sangat mengejutkan terkait temuan baru kasus korupsi pejabat, tetapi apabila tidak ada sumber dan identitas yang jelas, maka hasil perbincangan akan sangat diragukan reliabilitasnya. Bila dalam forum-forum atau milis di Internet, identitas bisa dibuat dengan cara memberikan signature pada bagian akhir dengan disertai nama blog, akun Twitter atau Facebook.

Kelima, para peserta diskusi tetap persisten dan konsisten. Jangan sampai setelah memposting suatu tulisan atau melemparkan komentar dan berpendapat, seseorang langsung pergi tanpa menanggapi komentar-komentar yang masuk. Bearti dia tidak bertanggung jawab. Jadi, tidak ada atmosfer diskusi yang tercipta. Idealnya adalah, setiap tulisan yang diposting, komentar yang ditulis dan pendapat yang disampaikan, hendaknya tetap dikawal dan dipertahankan, dengan berbekal materi-materi yang memadai. Misalnya, jika menggunakan Twitter, balasan bisa dilakukan dengan cara me-mention pengguna Twitter yang menyampaikan komentarnya.

Keenam, jikalau suatu saat macet ide, tidak bisa memertahankan pendapat atau idenya dianggap salah, jangan lantas beranggapan sudah kalah dan jangan lantas pergi meninggalkan arena. Akui saja bahwa materi yang dikuasai kurang dan belum bisa menjawab sanggahan yang disampaikan. Mungkin jika sudah mendapatkan jawaban atas sanggahan yang diajukan, maka akan kembali menanggapinya. Hal ini karena dalam diskusi tidak ada yang menang atau kalah, benar atau salah, yang ada ialah bagaimana masing-masing argumen yang disampaikan bisa menyokong idea atau gagasan.

Ketujuh, jangan ragu ucapkan salam-terimakasih-maaf. Dalam berdiskusi, jangan menahan diri mengucapkan ketika kata ini; salam, terima kasih dan maaf. Ketiga kata tersebut diucapkan untuk menghargai para peserta diskusi yang lain. Dalam konteks diskusi online, misal di milis, seringkali, komentar yang diucapkan tidak sesuai dengan topik/thread yang ada, atau komentar yang sebenarnya sangat pribadi, disampaikan melalui jalur umum. Alangkah indahnya jika sebelum memulai mengirimkan komentar, mengecek kembali supaya jika ada kesalahan bisa diperbaiki, sambil menambahkan kata "salam" pada awal pembuka. Jika, ternyata memang ada kesalahan, jangan ragu untuk meminta maaf. Demikian pula dalam diskusi dengan media bertatap muka langsung. Saat berdiskusi, jangan ragu mengucapkan salam, terima kasih dan maaf

***

Inilah sekelumit ide dan gagasan saya tentang bagaimana menciptakan suasana diskusi yang elegan. Elegan di sini berarti proses diskusi dapat berjalan lancar dan para peserta diskusi dapat saling menghormati perbedaan pendapat. Diharapkan, diskusi yang dijalankan dapat memerkaya pengetahuan para peserta diskusi, mereka yang mendengar jalannya diskusi atau mereka yang membaca hasil diskusi. Semoga bermanfaat! Selamat berdiskusi dan Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun