"Jadilah seruas jari-jari yang membantu sebuah roda melaju tanpa takut hilang bentuk. Bekerja dan belajarlah hidup seperti apa yang Tuhan-Mu gariskan, tidak perlu risau. Kita mungkin punya saingan, tapi kita tidak pernah lupa dengan perbedaan!." (18/5 23.41 ~ Dalana WK.)
RAYAKANLAH HARI SUCIMU SEPERTI KAMI MERAYAKAN HARI SUCI KAMI
Tidak mungkin aku memohon untuk hal itu : Mengertilah bahwa aku lebih sempurna darimu
Sedang menjadi manusia adalah hal yang paling baik
Jangan dulu kau lancarkan niatmu : Rasis
Rasakanlah dulu tusukan pertama dari semua usaha menjatuhkan : Bercermin, jika aku adalah kamu yang dilempar
Sebelum tusukan kedua benar-benar merajam di dada
Tanah tidak pernah marah ketika ia diinjak, karena tahu wibawanya
Langit tidak pernah malu dikatai si cengeng, karena dia tahu tugasnya
Ibu tidak pernah berhenti bergerak, karena dia mengerti lelah adalah kehidupan bagi anaknya
Dan Agama tidak pernah menjadi salah, karena mereka memiliki setiap pengikut yang berbeda di dalamnya
Mungkin akan letih juga, jika diriku terus membusa di hadapanmu tentang toleransi
Mungkin akan jemu bagimu, jika aku terus menegakkan hak di atas diskriminasi
Sebab tidak akan ada kehidupan yang dramatis, tanpa pelaku dan pemeran yang lengkap
Namun, porsi harus sadar dalam menyadarkan
Cukup dengan antara hanya dirinya dan kaumnya
Tidak juga dengan mereka : tidak memaksa orang lain.
Meski aku tak pernah tahu
Walau pun aku buta akan dirimu
Akan aku usahakan untuk mengerti
Garis ini bukanlah pemisah untuk kita maju bersama
Hanyalah sebuah tanda, untuk saling memahami
Bahwa perbedaan ada untuk sebuah keindahan
Cara Tuhan untuk manusia agar mampu merendahkan hati dan mengenyampingkan ego
Tentang semua hak untuk semua orang
Merayakan dan menjaga kesatuan
Tanpa saling meneriaki satu sama lain dengan tidak manusiawi
Hukum akan meneduhkan kita semua, jika tangan tak pernah curi-curi soal kedamaian.
"Kita terdiri atas banyaknya perbedaan dari segala segi dan sisi yang jelas.
Kita berbeda untuk saling mengakui, bukan mengingkari. Janji tentang saling mengikat diri pada tiang yang sakti, yang mengibarkan kematian masa lalu dan kehidupan yang berani dari masa ke masa. Tidak goyah, tidak pula melonggar. Tetap berpegang teguh pada satu yang maha Esa. Karena kita ada, oleh itu semua. Kadar dan konteks terus menyesuaikan adanya, pada masing-masing toleransi dan keyakinan."
(18/5 23.25 ~ Dalana WK.)
Cihaurbeuti, 18 Mei 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI