Mohon tunggu...
Wina Tryanita Sari Simanjuntak
Wina Tryanita Sari Simanjuntak Mohon Tunggu... Documentary Maker -

simple, consistent, enthusiasm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Bissu: Cinta yang Berjarak

4 Juli 2017   15:58 Diperbarui: 10 Juli 2017   11:54 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Berhentilah mendiskriminasi kehidupan transgender. Telusuri dahulu ketransgenderan mereka. Jika perilaku mereka dipengaruhi lingkungan, ajaklah secara positif (tanpa diskriminasi) untuk berubah. Jika hal itu terjadi secara batiniah yang dinyatakan dari lahiriah (seperti para Bissu), berilah mereka sebuah hidup yang nyaman (selama tidak melakukan hubungan seksual)  layaknya para Bissu melalui tradisi hidupnya. Untuk terakhir, tidak dapat dipungkiri, bahwa Indonesia adalah negara berbudaya yang secara filosofis Indonesia kaya akan keberagaman termasuk pandangan gender dari sudut budaya, Bissu merupakan salah satu tradisi budaya Indonesia, marilah berkacamata dari komunitas Bissu untuk menganalisa ketransgenderan di Indonesia.

      

*sumber bacaan; 

1. CALABAI,  karya Pepi Al-Bayqunie. 2016

2. Gender Trouble, karya Judit Butler. 1990

Gender trouble, 1990, Judith Butler, Routledge, Newyork, London

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun