Mohon tunggu...
Win WanNur
Win WanNur Mohon Tunggu... Freelancer - Kopi dan Traveling

Pembaca kompas yang menulis novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dajjal, Si Penipu yang Takut Alqur'an

31 Desember 2018   20:22 Diperbarui: 31 Desember 2018   20:32 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mei 1984, Ba'da shalat ashar, dari sebuah mersah kayu berbentuk panggung, bercat kuning beratapkan seng, di kaki Burni Telong. Terdengar suara-suara bocah melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an dari surat-surat pendek dalam Juz Amma.

Di dalam mersah, sembilan anak kecil berumur antara delapan sampai sebelas tahun duduk di bersila beralaskan tikar kertan di belakang meja kecil tempat mereka meletakkan Al Qur'an Juz Amma yang sedang mereka baca.

Di depan mereka duduk bersila, Tengku Lahmuddin, seorang Haji berumur 65 tahun yang dipercaya menjadi imam kampung Atang Limus yang terletak di salah satu sudut dataran tinggi Gayo yang sejuk ini. Tengku Lahmuddin, yang di kampung ini biasa dipanggil Tengku Lah mengajar bocah-bocah itu mengaji di tempat ini tiga kali dalam sepekan, masing-masing satu jam, sehabis shalat ashar.

Bocah-bocah yang belajar mengaji di mersah ini tak semuanya berasal dari Atang Limus. Beberapa bocah khusus datang mengaji ke sini dari kampung tetangga, Simpang Remok dan Kuniran, kampung di seberang sungai yang mayoritas dihuni etnis Jawa keturunan pekerja perkebunan kopi milik Belanda, yang tetap tinggal dan beranak cucu di kampung itu sejak Indonesia merdeka dan tak pernah lagi bisa membayangkan Tanah Jawa itu ada di mana.

Tengku Lah boleh dikatakan adalah orang paling kaya di kampung ini, kebun kopinya luas dan ada di beberapa tempat. Sawah juga punya dan ditambah puluhan ekor kerbau. Di kampung ini Tengku Lah tinggal berdua saja dengan istrinya, anak-anaknya sebagian tinggal di Takengen menjadi pegawai negeri, yang lain kuliah di Medan dan pulau Jawa.

Sebagai guru mengaji, Tengku Lah sama sekali tidak dibayar. Tapi sebagai penghormatan orang tua anak-anak ini juga cukup tahu diri, ketika anak-anaknya pergi mengaji mereka menitipkan seceret teh manis atau kopi serta sekantong penganan. Masing-masing anak punya giliran sendiri.

Cara lain anak-anak ini membalas jasa Tengku Lah adalah dengan membantu "mulelang" menyiangi rumput di kebun kopi sang Tengku.

Pelajaran mengaji hari ini sudah selesai, setelah mengucap, shadaqallahul-'azhim, bocah-bocah ini merapikan Al Qur'an Surah Juz Amma dan menyusunnya di rak yang dipasang di dinding mersah.

Setelah semua rapi, Tengku Lah pindah duduk ke tengah ruangan dan bocah-bocah inipun duduk melingkar di depan sang Tengku. Saat ini adalah saat yang sangat mereka tunggu-tunggu.

Setiap selesai mengaji, Tengku Lah selalu menceritakan kisah-kisah dalam khazanah Islam yang mengandung muatan moral, entah itu kisah para nabi atau kisah-kisah lain yang mengandung hikmah.

Poniman, anak Kuniran yang hari ini dapat giliran membawa minuman, mengambil ceret berisi teh hangat yang diberikan ibunya. Irwan, anak Gayo asli Atang Limus, yang di sekolah duduk sebangku dengan Poniman membantu dengan mengedarkan gelas ke depan tiap anak.

Tengku Lah membenarkan posisi topi putih bundar yang  melekat di kepala atasnya, mendehem kecil, mengambil gelas  teh manis yang dihidangkan Poniman di depannya dan mendekatkannya ke mulut. Seteguk teh manis terasa hangat ketika menyentuh lidah dan melintasi kerongkongannya dan guru mengaji inipun membuka suara.

"Hari ini saya akan bercerita tentang Dajjal, ada yang pernah dengar cerita tentang Dajjal?" tanya Tengku Lah membuka cerita.

Sembilan anak di depannya saling pandang seolah saling bertanya, tapi tak seorangpun menjawab.

"Dajjal itu adalah fitnah akhir zaman yang kerjanya membolak-balikkan kenyataan, untuk menyesatkan orang." Ujar Tengku Lah melanjutkan ceritanya.

"Dia manusia seperti kita juga tengku?" tanya Irwan, bocah asli Atu Limus, anak paling cerdas dari semua murid Tengku Lah..

"Iya, dia manusia seperti kita, badannya tambun, wajahnya tak pernah senyum, matanya satu" Bocah-bocah yang mendengarkan cerita Tengku Lah pun mulai menggambarkan sosok Dajjal dalam benak masing masing.

" Ketika dia muncul nanti, dia akan mendatangi semua penjuru negeri untuk mengajak semua manusia menjadi pengikutnya." Lanjut Tengku Lah.

"Kapan Dajjal akan muncul tengku?" tanya Dolah, murid paling besar yang sudah berusia 11 tahun.

"Di akhir zaman"

"Kapan itu akhir zaman tengku?" tanya Poniman.

"Kita nggak tahu, mungkin sekarang, atau mungkin waktu kalian sudah dewasa nanti. Kita tidak tahu, yang penting kalian harus waspada, jangan sampai ketika Dajjal muncul, kalian malah jadi pengikutnya"

"Kalau kita jadi pengikutnya terus bagaimana Tengku?" kali ini Umin, anak paling kecil berbaju kaos hijau yang duduk di samping Irwan yang bertanya dengan suara khas bocahnya.

"Kalau mengikuti Dajjal, manusia akan tersesat  dan masuk neraka" tegas Tengku Lah.

Sembilan anak yang mendengarkan cerita Tengku Lah bergidik.

"Kenapa orang bisa percaya dengan tipu daya Dajjal tengku?"

"Itu karena Dajjal ini sangat licik, di tangannya ada air dan api yang akan diberikannya pada manusia yang akan dia sesatkan.  Dajjal dengan kelicikannya bisa membuat  manusia tertipu, ketika dia menunjukkan  air sebenarnya yang ditunjukkan Dajjal adalah api yang membakar. Sebaliknya ketika yang dia tunjukkan api dan di mata manusia terlihat sebagai api, sesungguhnya itu adalah air minum dingin yang segar." Urai Tengku Lah.

"Kok bisa terbalik-balik begitu tengku?"

"Ya, tentu saja karena Allah memberikan kemampuan seperti itu pada Dajjal"

"Lalu kalau Dajjal sebegitu saktinya, bagaimana caranya supaya kita selamat dari bujuk rayunya tengku, apakah kita harus rajin shalat?"

"Tentu saja," jawab Tengku Lah sambil tertawa kecil.

"Jadi pengikut Dajjal itu orang yang nggak pernah shalat tengku?"

"Oh tidak, sebaliknya, para pengikut Dajjal itu justru orang yang rajin shalat, mereka adalah orang-orang  yang merasa memiliki iman kokoh, sehingga timbul ujub dan kesombongan dalam hatinya,  lalu karena hatinya sudah tertutup kesombongan tanpa sadar dia menjadi pengikut Dajjal, api yang dibawa Dajjal disangkanya air"

"Terus, kalau sudah jadi pengikut Dajjal, apa masih bisa diselamatkan tengku?"

"Sulit, sekali orang masuk perangkap Dajjal, orang sudah tidak bisa keluar."

"Kenapa Tengku?"

"Karena kalau sudah menjadi pengikut Dajjal, akalnya jadi terbolak balik, yang benar dia lihat salah, yang salah dia lihat benar, siang dia lihat seperti malam, malam baginya adalah siang, seperti rengkebel" terang Tengku Lah.

Rengkebel itu apa Wan? Bisik Poniman yang tak mengerti bahasa Gayo ke telinga Irwan

"Kampret" jawab Irwan juga dengan cara berbisik, Poniman manggut-manggut.

"Dajjal itu orang Islam juga seperti kita tengku?"

"Hmmm....Dajjal itu agamanya tidak jelas, tapi karena yang mau disesatkan orang Islam, supaya orang percaya, tentu saja dia mengaku beragama Islam seperti kita."

Anak-anak itu terdiam dengan wajah tampak khawatir, membayangkan sosok Dajjal yang diceritakan Tengkunya, rajin shalat saja tak luput dari perangkapnya, lalu harus bagaimana.

"Terus kalau rajin Shalat saja masih bisa masuk perangkapnya, bagaimana caranya kita bisa menghindar dari jebakan Dajjal tengku?"

"Begini, kuncinya ada di kerendahan hati, jauhkan diri kalian dari sikap sombong, jangan pernah merasa sebagai orang paling baik, jangan pernah merasa diri paling beriman. Lakukan ibadah dengan ikhlas selebihnya serahkan semua pada Allah"

"Begitu saja tengku?"

"Iya, cuma itu caranya"

"Tapi kan kita tidak sadar apakah dalam hati kita ada sifat ujub atau sombong Tengku," tanya Irwan yang meski baru berumur 9 tahun, tapi adalah murid Tengku Lah yang paling cerdas.

"Iya memang"

"Terus, bagaimana caranya kita menghindar tengku"

"Kamu harus kenali Dajjal itu"

"Bagaimana caranya Tengku, kan dia pintar menipu dan mengaku Islam seperti kita juga"

"Suruh dia baca Al Qur'an"

"Apa yang terjadi kalau Dajjal disuruh membaca Al Qur'an tengku?"

"Dia tak akan mau, dia akan mencari segala alasan asal jangan disuruh membaca Al Qur'an"

"Kenapa tengku?"

"Dia akan mati terbakar!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun