Mohon tunggu...
Wilyana
Wilyana Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Saya Wilyana Domisili Sumenep, Saya prodi Perbankan Syari'ah, Saya suka menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Sejarah, Penyebab dan Dampak dari Konflik Pulau Rempang

26 September 2023   07:15 Diperbarui: 26 September 2023   07:25 12920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memang masyarakat rempang tidak memiliki surat kepemilikan tanah tapi kita tau bahwa mereka sudah sangat lama menghuni daerah tersebut bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. 

Tapi jika seandainya pemerintah berdiskusi dan menjelaskan dengan baik-baik apa tujuan dan manfaat mengenai Eco City terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum melakukan tindakan tersebut, mungkin masyarakat akan lebih terbuka, akan lebih mengerti dan mungkin akan setuju untuk pembangunan tersebut meskipun mereka harus menyayangkan sejarah dari kampung halamannya.Dan seharusnya mereka tidak melakukan kekerasan seperti menyemprotkan gas air mata kepada masyarakat dan bahkan beberapa siswa SMP menyebabkan sejumlah warga harus dilarikan ke rumah sakit. 

Hal itu akan menumbuhkan rasa dendam dan traumatik masyarakat. Hal ini akan selalu diingat dalam benak mereka. Oleh karena itu ketidak setujuan masyarakat Rempang menyebabkan perpanjangan pendaftaran relokasi hingga tanggal 28 September hingga mencapai target 700 KK, yg sebelumnya baru terkumpul pendaftar 100 KK pada tgl 20 September. Yang diketahui bahwa masyarakat Pulau Rempang berjumlah 7.500 jiwa. 

Ganti rugi pemerintah kepada masyarakat berupa tanah seluas 500 meter persegi sudah dengan atas hak rumah dengan tipe 45 yang berharga 120 juta da juga uang tunggu transisi hingga sampai rumah jadi sebesar Rp. 1,2 juta per jiwa dan juga uang sewa rumah. 

Dan hal ini menyebabkan dampak yg mungkin timbul karena konflik tersebut, yakni. 

Ketegangan Sosial: Konflik dapat memicu ketegangan antar kelompok etnis, agama, atau budaya yang berbeda di daerah tersebut, meningkatkan risiko konflik sosial yang lebih luas.

Gangguan Kehidupan Sehari-hari: Warga setempat dapat mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Dampak Lingkungan: Konflik dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan, seperti pencemaran air atau kerusakan ekosistem alam di sekitar Pulau Rempang.

Isolasi: Jika konflik menyebabkan isolasi geografis atau ketidakmampuan untuk mengakses sumber daya yang diperlukan, maka warga setempat mungkin akan kesulitan mendapatkan barang dan layanan penting.

Gangguan Terhadap Proses Perdamaian: Konflik dapat mempersulit upaya mediasi atau perdamaian, yang dapat berdampak pada kelanjutan konflik dan meningkatkan risiko konflik bersenjata yang lebih serius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun