Mohon tunggu...
Wily Wijaya
Wily Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik

Medan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengembangan Wisata Danau Toba Berwawasan Lingkungan

13 November 2021   12:42 Diperbarui: 13 November 2021   12:47 3460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Heritage of Toba (dok. pri.)

Danau Toba bagian dari Wonderful Indonesia merupakan danau raksasa yang terbentuk dari hasil empat kali letusan gunung berapi yang sangat dahsyat. Letusan terakhirnya terjadi pada 74,000 tahun lalu dan menjadi yang terkuat di bumi.

Letusan tersebut memicu terjadinya badai vulkanik aerosol sulfat yang melapisi atmosfer bumi dan menghalangi sinar matahari. Akibatnya keberlangsungan spesies manusia terancam karena fotosintesis terhenti dan menyebabkan tumbuhan serta hewan mati.

Letusan Gunung Toba 74,000 tahun lalu telah mengubah dunia. Tidak hanya menyisakan badai debu selama 200 tahun, tetapi juga berupa jejak lapisan abu vulkanik dengan ketebalan bervariasi di Asia Selatan yaitu setebal 15cm, 6cm di India, 9cm di sebagian Malaysia, serta di dasar Samudera Hindia, Laut Arab, dan Laut China Selatan.

Hasil letusan Gunung Toba kini menjadi danau seluas ±1,100km² dengan Pulau Samosir berada di tengah-tengahnya.

Luas pulau tersebut tak kurang dari 650km² dengan titik tertinggi yaitu ±1,600mdpl. Danau Toba yang sejatinya adalah kawah gunung berapi memiliki dasar yang curam dengan titik terdalam ±500meter.

Sejarah terbentuknya Danau Toba dengan jejak geologinya yang unik mendorong ditetapkannya situs ini sebagai Global Geopark pada tanggal 02 Juli 2020 oleh UNESCO pada sidang ke-209 Dewan UNESCO di Paris, Perancis.

Danau Toba layak ditetapkan sebagai Global Geopark karena memiliki tiga unsur yaitu geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity. Penetapan Danau Toba sebagai geopark juga bertujuan untuk melindungi keragaman bumi, konservasi lingkungan serta ilmu kebumian secara luas.

1. Geodiversity

Jejak geologi Danau Toba dibuktikan melalui adanya tanah berlapis-lapis di Pulau Samosir. Lapisan tanah tersebut menunjukkan bahwa Pulau Samosir terbentuk dari proses pengendapan secara perlahan.

Ada satu masa daratan ini berada di dasar danau yang terendam air, lalu perlahan terangkat ke permukaan karena desakan magma. Batu apung sisa letusan Toba sekitar 74,000 tahun lalu juga banyak bertebaran di sekitar Tanah Karo, Sumatera Utara.

Ada pula lapisan fosil ganggang atau diatomae, yang berwarna putih seperti batu kapur, melapisi sebagian besar tanah di Pulau Samosir.

2. Biodiversity

Biodiversity Danau Toba ditunjukkan melalui potensi agrowisata yang tumbuh subur di sekeliling Danau Toba. Perkebunan kemenyan (Styrax paralleloneurum) atau dalam bahasa lokal disebut haminjon misalnya, berlokasi di Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan sekitarnya.

Perkebunan kopi, umumnya jenis arabica seperti kopi Sigarar Utang, Lintong, Sidikalang, dan Mandailing juga banyak dikelola oleh warga setempat.

Ada pula bank pohon dan budidaya tanaman lokal seperti andaliman, hariara, andalehat, tahul-tahul, sampinur, dan lain-lain.

Selain tanaman keras, Danau Toba juga kaya akan jenis anggrek hutan. Tanaman ini tumbuh dan berkembang di Hutan Wisata Taman Eden di Desa Sionggang, Kecamatan Lumban Julu, Toba Samosir.

Danau Toba identik dengan wisata air. Danau yang merupakan kaldera hasil letusan gunung berapi ini memiliki tinggi permukaan 900mdpl.

Komunitas biota yang terkandung di dalamnya cukup beragam seperti plankton, ikan endemik Danau Toba Neolissochilus thienemanni, hewan bentik atau hewan di dasar perairan, dan tumbuhan air.

3. Cultural Diversity

Secara demografi, Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan dilingkupi oleh tujuh kabupaten. Wilayah-wilayah tersebut tidak hanya memiliki potensi alam, tetapi juga sejarah, dan budaya berbeda satu sama lain.

Perbedaan karakteristik masing-masing wilayah tersebut berpeluang menarik wisatawan untuk berkunjung dan tinggal lebih lama. Tujuh kabupaten tersebut adalah Kab. Simalungun, Kab. Toba Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Samosir, Kab. Dairi, dan Kab. Karo.

Salah satu pintu masuk menuju Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba yaitu melalui Kabupaten Simalungun. Di wilayah ini banyak obyek wisata alam dan sejarah budaya yang ditawarkan yaitu Kawasan Wisata Parapat, Air Terjun Bah Biak, Aek Simata Huting, dan Rumah Bolon Pematang Purba.

Memasuki Pulau Samosir di tengah Danau Toba, wisatawan akan menjumpai obyek wisata alam dan sejarah budaya yang berbeda. Tarian Sigale-gale misalnya, merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat suku Batak di Samosir.

Sigale-gale adalah sebuah tarian yang menggunakan boneka berbentuk manusia yang dapat digerakkan seperti menari diiringi musik tradisional gondang.

Tarian Sigale-gale ini termasuk salah satu kesenian tradisional yang cukup terkenal di Sumatera Utara. Tarian ini biasanya ditampilkan di berbagai acara adat, dan acara budaya lainnya.

Wilayah-wilayah lainnya pun tak kalah menarik. Masing-masing memiliki kekayaan alam dan sejarah budaya yang khas dan bisa menarik pengunjung untuk menghabiskan waktu lebih lama.

Melihat potensi yang besar dari Danau Toba sebagai Global Geopark dan sebagai destinasi wisata super prioritas, dirasa penting untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan bertaraf internasional yang dapat mempromosikan Danau Toba sebagai DSP.

Salah satu kegiatan yg dapat dilaksanakan yaitu kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), salah satunya berupa konferensi internasional.

Hari Rabu, 13 Oktober 2021 bertempat di TB Silalahi Center, Toba Samosir Sumatera Utara dilaksanakan kegiatan Konferensi Internasional “Heritage of Toba: Natural dan Cultural Diversity” secara Hybrid (Online dan Offline).

Konferensi ini diikuti oleh maksimum 100 orang undangan luring (offline) yang terdiri atas para tokoh masyarakat, pejabat Dinas Pariwisata Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi dan Kab/Kota.

Hadir pula Asosiasi Usaha Pariwisata, pelaku wisata, budayawan, seniman, LSM, komunitas gerakan akar rumput pemberdayaan masyarakat, akademisi, mahasiswa, dan media massa.

Peserta daring dari seluruh dunia dapat hadir dengan mekanisme registrasi yang diumumkan melalui jejaring media sosial.

Bentuk dari kegiatan Konferensi Internasional “Heritage of Toba: Natural dan Cultural Diversity” oleh KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF adalah pemaparan dan diskusi oleh narasumber yang mempunyai pengalaman dan kepakaran dalam bidang geologi, bidang ekowisata, bidang lingkungan, bidang antropologi, bidang pariwisata, dan bidang seni budaya.

Secara konsep, konferensi ini terbagi dalam dua sesi penting, yaitu sesi pertama; “Kaldera Toba: Menyambung Peradaban Zaman,” dan pada sesi kedua adalah elemen “Kolaborasi Budaya, Masyarakat, dan Pariwisata Toba”.

Konferensi ini menghadirkan pembicara ahli mulai dari kalangan akademisi, praktisi geologi, ekowisata, seni budaya, dan birokrat yang menguasai tentang biodiversity, geodiversity serta cultural diversity dan pengembangan tempat wisata berwawasan lingkungan.

Hans Thulstrup, Senior Programme Specialist for Water and Environmental Sciences UNESCO Jakarta dengan tema “UNESCO-designated site networks”.

Situs yang ditunjuk UNESCO mendorong pemerintah nasional, komunitas dan otoritas lokal, ilmuwan, pendidik dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama untuk memastikan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari alam dan budaya.

UNESCO Global Geoparks didirikan melalui proses bottom-up yang melibatkan semua pemangku kepentingan dan otoritas lokal dan regional yang relevan di area tersebut (misalnya pemilik tanah, kelompok masyarakat, penyedia pariwisata, masyarakat adat, dan organisasi lokal).

Proses ini membutuhkan komitmen yang kuat dari masyarakat lokal, kemitraan lokal yang kuat dengan dukungan publik dan politik jangka panjang, dan pengembangan strategi yang komprehensif yang akan memenuhi semua tujuan masyarakat sambil menampilkan dan melindungi warisan geologi daerah tersebut.

Mr. Mohamed Djelid, Director and Representative, UNESCO Office Jakarta, kata sambutan.

Sesi diskusi konferensi internasional Heritage of Toba (dok. pri.)
Sesi diskusi konferensi internasional Heritage of Toba (dok. pri.)

Sebagai UNESCO Global Geopark, Kaldera Toba ditempatkan secara ideal untuk memainkan peran utama dalam menetapkan agenda pariwisata berkelanjutan dalam konteks pasca pandemi di Indonesia dan sekitarnya.

Geopark Global UNESCO adalah anggota dari jaringan global yang sedang berkembang, yang saat ini memiliki 169 situs dengan signifikansi geologis internasional.

Mereka dikelola dengan konsep holistik yang menggabungkan perlindungan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan - pendekatan yang dibagikan, diperkuat, dan ditingkatkan di seluruh jaringan.

UNESCO Global Geoparks berfungsi sebagai pusat kegiatan yang berkontribusi terhadap tujuan ini. Contohnya adalah proyek UNESCO Kita Muda Kreatif, juga dikenal sebagai Pemuda Kreatif di Situs Warisan Budaya Indonesia.

Didukung oleh Citi Indonesia, Kita Muda Kreatif memberdayakan wirausahawan muda lokal di industri kreatif dan saat ini aktif di lima kabupaten di kawasan Kaldera Toba.

Dengan menyediakan pengembangan kapasitas bagi penenun Ulos dan pemahat Gorga, proyek ini bertujuan untuk melibatkan dan memperkuat warisan budaya takbenda lokal dalam mendukung mata pencaharian masyarakat dan pembangunan lokal.

Penetapan UNESCO - UNESCO Global Geoparks, Biosphere Reserves, dan situs Warisan Dunia – tidak mudah untuk dicapai.

Sebuah nominasi yang sukses membutuhkan dedikasi dan kerja keras selama bertahun-tahun. Maka, selamat kepada Indonesia dan Kaldera Toba karena telah mencapai pengakuan keunggulan global yang bergengsi ini.

Mungkin karena membutuhkan upaya yang begitu besar, terkadang tergoda untuk menganggap pencapaian penunjukan UNESCO sebagai kesimpulan sukses dari proses yang sulit.

Kenyataannya sangat berbeda sama sekali: penunjukan yang sukses hanyalah permulaan. Setelah ditetapkan sebagai situs yang ditunjuk UNESCO, penerapan konsep tersebut harus mengikuti standar internasional tertinggi.

Sesi diskusi konferensi internasional Heritage of Toba (dok. pri.)
Sesi diskusi konferensi internasional Heritage of Toba (dok. pri.)

Indyo Pratomo, Ahli Geologi Badan Geologi Bandung dengan tema "Toba Caldera and Thematics Geotourism Potentials"

Bahaya Geologis: 

Wilayah Kaldera Toba termasuk dalam zona risiko seismik Great Sumatran Fault (GSF).

Bentang alam dan geologi struktural di daerah ini mencerminkan catatan tektonik dari proses geodinamika.

Sistem sesar Samosir termasuk dalam tanda tektonik aktif seismisitas minor dan mayor di daerah ini.

Gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir dan juga tsunami danau dapat menjadi potensi bahaya geologi yang penting.

Implikasi geodinamik dari kebangkitan Samosir menghasilkan warisan geologi dan bentang alam yang eksotis, terkait dengan pengembangan keanekaragaman budaya yang mencerminkan kearifan lokal mereka.

  • Artefak dan Sarkofagus terbuat dari bahan vulkanik Toba yang ditemukan di sekitar domisili mereka
  • Rumah adat Batak merupakan salah satu warisan budaya leluhur yang konstruksinya menggunakan sumber daya alam lokal (kayu dan batu), sangat responsif dalam mengantisipasi bahaya geologi (gempa bumi, banjir, danau-tsunami, letusan gunung berapi, dan lain-lain.

Prof. Harini Muntasib, Ahli Ekowisata IPB dengan tema"Optimalisasi Sektor Pariwisata Danau Toba melalui Pengembangan Wisata Berwawasan Lingkungan"

Membangun rasa bangga terhadap Toba:

Dari 10 Kabupaten di sekitar Toba dan Pulau Samosir diharapkan mempunyai persepsi yang sama dalam memandang Toba

  • Sebagai aset yang luar biasa, tiada duanya di dunia
  • Apabila bisa terbangun rasa bangga maka bukan sekedar memiliki tetapi bagaimana mereka berkarya masing-masing tetapi dengan tujuan bersama:
  • Toba menjadi daerah tujuan wisata kelas dunia. Siapa yang harus membangun, mengelola wisata Toba?
  • Saya memohon yang membangun dan mengelola serta bertanggung jawab adalah saudaraku terkasih warga Batak
  • Karena ada rasa memiliki, mengenal sekali karakter dan bagaimana harus memimpin , menjalankan mekanisme di Toba
  • Kalaupun ada yang lain utamanya adalah ke pendampingan.

Pengembangan wisata Toba, perlunya pewilayahan:

  • Ada yang wisata massal, di link-kan dengan semua Kabupaten di sekitarnya
  • Ada spesial interest
  • Ada cor wisata yang sangat eksklusif, mahal tetapi utamanya adalah wisata pendidikan (education tourism) dan penelitian (research tourism).

Tata Kelola wisata Toba yaitu suatu mekanisme pengelolaan kolaboratif wisata Toba yang melibatkan sektor Pemerintah dan non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif.


Kesamaan persepsi pengusaha dan Pemerintah bahwa wisata Toba itu tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi pelestarian sumber daya sebagai modal dasar harus betul-betul diperhatikan dan hak masyarakat adat dari sosial dan budayanya harus betul-betul "dihargai" dan mempunyai "hak utama" apabila menjadi salah satu daya tarik wisata Toba.

Mice yang disarankan:

* Tentang kegunungapian tingkat dunia

* Tentang danau tingkat dunia

* Tentang wisata gunung tingkat dunia

* Tentang wisata danau tingkat dunia

Annette Horschmann, Aktivis Lingkungan dengan tema "The New Toba Sustainable Development in every sector"

Ancaman Lingkungan Danau Toba:

  • Peternakan ikan dan babi
  • Pertanian
  • Pariwisata
  • Masyarakat sekitarnya

Sustainable Tourism:

  • Ecotourism vs Overtourism
  • Green Hotels
  • Alam sebagai atraksi
  • Masyarakat Lokal Terlibat.

Atraksi:

  • Kereta gantung
  • Wisata Sepeda
  • Trekking
  • Homestay dan Camping
  • Kayak/Sailboats
  • Events ramah lingkungan.

Upaya: Konservasi pohon tua menjadi objek/atraksi wisata, Perlunya kerjasama Pemerintah, Pelaku Pariwisata dan Masyarakat, Utamakan Lingkungan Danau Toba, Zonasi Aktivitas Pariwisata dan Peraturan ramah Pariwisata dan Lingkungan.

Athan Siahaan, Fashion Designer dengan tema "Kain Ulos Batak Toba sebagai Kekayaan Budaya yang Berpotensi Mendorong Pariwisata Toba"

Ulos merupakan jati diri orang Batak yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun yang sudah ada dari zaman raja-raja Batak terdahulu.

Ulos adalah peninggalan leluhur Batak yang sarat akan nilai sakral dan budaya yang sudah ada turun temurun hingga saat ini. Terlihat dengan sangat jelas dan sangat melekat pada setiap upacara adat Batak.

Asal muasal ulos di tanah Batak yaitu suatu ketika seorang putri yang cantik jelita turun dari kayangan ke bumi, dengan sebuah turak benang yang nantinya menjadi bahan utama tenun ulos.

Dia adalah ahli tenun yang menjadi pelopor partonun ulos Batak dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru daerah Batak. Dia adalah siboru deak parujar. Sejak saat itu ulos Batak menjadi sebuah kebutuhan penting yang dipakai sebagai abit atau baju serta haen atau kain dan dipakai sebagai selimut.

Ulos adalah warisan para leluhur yang sangat luar biasa dan merupakan kekayaan budaya yang patut dilestarikan dan diangkat secara global agar bisa menjadi sebuah sarana untuk mengangkat ekonomi para partonun dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Peluang yang sangat bagus dan luar biasa program pemerintah untuk wisata Toba, ada baiknya kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin.

Kita ciptakan pasar baru untuk para partonun ulos dan perajin tradisional dengan cara kita memperkenalkan ulos tersebut kepada orang yang belum mengenal dan mengetahui secara global.

Seperti yang sudah dilakukan selama ini mulai dari kota-kota besar di Indonesia hingga mancanegara. Dan semua dilakukan secara pribadi demi untuk melestarikan kekayaan budaya Batak dan mengangkat kearifan lokal Batak yang saya cintai.

Ulos bisa menjadi sesuatu yang unik dan elegan dengan kreatifitas para partonun dan pekerja seni, agar menarik minat para wisatawan domestik maupun internasional yang akan datang berkunjung ke Toba.

Kita buat mereka berpikir kalau datang ke Toba harus beli buah tangan yaitu ulos Batak. Tentunya itu bisa terjadi dengan kerjasama yang baik antara pihak-pihak terkait mulai dari partonun, pekerja seni dan pemerintah.

Karena tidak bisa dipungkiri, ulos adalah kekayaan budaya Batak yang sangat berpotensi untuk mendorong bangkitnya pariwisata di Toba.

Banyak hal yang bisa dilakukan asal semua bisa saling bergandeng tangan dan sehati bersama sama untuk memajukan pariwisata Toba.

Sampai saat ini kerinduan hati saya adalah ingin mengadakan pagelaran di Toba di tanah kelahiran, dengan kegiatan yang sangat bermanfaat ini, saya berharap ada dukungan dari pemerintah untuk serius mengangkat kearifan lokal para partonun agar mereka semangat untuk berkarya karena kita menciptakan pasar untuk mereka yaitu kedatangan para wisatawan ke Toba.

Prof. Uli Kozok, Ahli Budaya Batak, University of Hawaii dengan tema "Wisata Budaya"

Adat-Istiadat:

1. Adat -- dari bahasa Melayu , abad ke-19, Arab  

2. bicar /bisara dari Sansekerta Vicra 'pertimbangan'

                            

Pendekatan Menyeluruh:

* Wisata apapun hendaknya ada unsur budaya

* Wisata selain menghibur juga mendidik

* Wisata Berwawasan Budaya

* Wisata Budaya = Wisata Ramah Lingkungan

* Wisata Berkelanjutan

Santhi Serad, Praktisi Kuliner Indonesia "Ragam Kuliner Batak sebagai Daya Tarik Potensi dan Faktor Pengembangan Pariwisata Toba"

Kuliner Sumatera Utara

* Memiliki karakter kuat

* Pengaruh kuliner budaya Aceh - Nias - Minang - Riau

* Dipengaruhi oleh dapur Tionghoa, menggunakan Tauco

* Kuliner Sumatera Utara

* Masakan Melayu Deli

* Masakan Batak

* Batak Toba

* Batak Karo

* Mandailing (Halal)

Kuliner merupakan elemen budaya suatu bangsa, yang mudah dikenali sebagai identitas suatu masyarakat.

Ingredients Unik: Memberikan cita rasa khusus.

  • Andaliman; Lada Batak, sensasi pedas getir, kebal di lidah (Zanthoxylum acanthopodium)
  • Rias, Kencong, Kecombrang, Honje; Bunga aromatik
  • Asam Patikala/Asam Cikala; Buah tanaman Kecombrang
  • Asam Jungga; Jeruk Jungga, Utte Jungga
  • Asam Gelugur; Asam gelugor, Asam keping (Garcinia atroviridis)
  • Bawang Batak; Lokio
  • Arsik; Ikan mas, dimasak dalam bumbu kuning
  • Naniura; Sashimi dari Tano Batak
  • Tuna Naniura Tuna mentah, dimatangkan dengan Asam Jungga dan bumbu lainnya
  • Dali ni Horbo; Susu kerbau, dikoagulasikan dengan perasan daun pepaya sehingga mengental menjadi tahu atau Cottage Cheese.

Kuliner Khas:

* Manuk Napinadar, Mie Gomak, Saksang, Natinombur, Babi Panggang, Daun Ubi Tumbuk

Kudapan:

* Lappet, Pohul-pohul / Itak Gurgur

Minuman:

* Jus Martabe, Tuak, dan lain-lain

Harapan untuk Kuliner Batak untuk pengembangan pariwisata Toba:

  • Diplomasi Kuliner, beberapa menu-menu makanan Batak masuk di dalam sajian di kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri
  • Lebih gencar mempromosikan ragam bumbu dan makanan khas Batak dengan story telling mengenai adat dan budaya yang menarik dan Menyajikan lebih banyak makanan dan minuman lokal di hotel dan homestay
  • Kolaborasi Chef dan Praktisi kuliner dalam mempromosikan masakan lokal Batak di tingkat Nasional
  • Inovasi pengolahan bahan pangan lokal untuk oleh-oleh, melibatkan masyarakat daerah (Andaliman, Minuman Terong Belanda)
  • Membuka destinasi wisata kuliner berbasis pengolahan makanan tradisional (contoh: pengolahan tuak, kopi, Dali ni Horbo)
  • Culinary centre: wisdom dan wisman dapat belajar masak, masakan khas Sumatera Utara khususnya masakan Batak
  • Lebih mudah ditemui penjualan bumbu masak khas Batak (contoh: bumbu masak Arsik, Mie Gomak)


Dan diskusi bersama Vicky Sianipar, Musisi dengan tema "Melihat Keunikan Toba melalui Daya Tarik Kekayaan Budaya khususnya Musik Lokal". 

Acara ini dimoderatori oleh Arita Nugraheni, dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan tarian dari Sanggar Tari TB Silalahi Center. 

Sampai ketemu di konferensi selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun